Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Pelan-pelan Moira membuka pintu kamar, ia mengintip sebentar sebelum masuk kedalam. Memastikan jika tidak ada Leon didalam atau ia berharap semoga Leon masih membersihkan diri. Matanya mengelilingi ruangan kamar benar tidak ada Leon disegala tempat. Tapi, Moira mendengar suara gemericik air.
"Ohh dia lagi mandi.."
Moira pun masuk kedalam tidak lupa mengunci pintu kamar, tangannya masih memegang uang 20 juta pemberian Leon tadi. Langkah Moira menuju pinggiran tempat tidur, ia duduk disana sembari menaruh uang tersebut didalam tas selempang.
"Dia menekanku dengan kekayaannya, tapi tidak ku sangka kalau keluarga Dante ternyata benar-benar kaya."
Rasanya kedua kaki Moira sangat pegal karena memakai alas kaki yang terus bertumit. Ia duduk sembari memijat kakinya sendiri, rasanya sangat lelah dan segera ingin istirahat segera.
"Mandilah dulu baru istirahat.." Ucap Leon secara tiba-tiba, mengejutkan Moira saja. Pria itu berdiri didepan Moira yang masih memijat telapak kakinya. Semua pergerakan Moira terus diperhatikan oleh mata tajam Leon, ia melihat tumit Moira sedikit memerah.
"Kau tidak terbiasa memakai alas kaki yang bertumit?" Tanya Leon, ia berlalu menuju ruang ganti sepertinya ingin berganti pakaian karena masih memakai handuk saja.
Tidak lama Leon balik dari ruang ganti, ia memberikan salep pada Moira. Tidak memberikan secara baik-baik melainkan melemparnya begitu saja hingga mengenai wajah Moira.
"Oleskan tumitmu dengan salep itu setelah mandi, sekarang mandilah." Leon lebih ke perintah sebenarnya.
Moira yang tidak mau ribut malam ini dengan Leon, tidak hanya karna dirinya bisu sangat melelahkan jika berdebat harus menulis sesuatu dulu di buku ataupun ponsel. Jadinya Moira hanya bisa patuh saja, ia berlalu pergi menuju bathroom meninggalkan Leon yang masih terus menatapnya.
"Jangan lama-lama, aku tidak bisa tidur kalau ad suara berisik sedikit saja." Ucap Leon hingga tangan Moira yang ingin memegang knop pintu menjadi terhenti. Wanita cantik berusia hampir 22 tahun itu menoleh ke arah Leon yang menatapnya. "Kau dengar, aku mengatakan jangan lama-lama karna aku tidak bisa tidur jika ada suara berisik saja." Ulangnya lagi.
Moira memejamkan mata seolah berusaha untuk sabar, melelahkan sekali menghadapi peraturan aneh dari Leon Dante. Berdebat juga percuma, Leon selalu punya cara agar Moira tetap patuh.
"Baiklah.." Moira menunduk hormat saja, ia melanjutkan niatnya untuk masuk kedalam bathroom.
Padahal yang sebenarnya alasan Leon memberikan peraturan itu karna merasa mandi dijam larut malam begini tidak baik untuk kesehatan. Bukan karna alasan yang ia katakan tadi kepada Moira, bisa dikatakan kalau Leon sedikit mengkhawatirkan Moira.
~
Selesai mandi Moira menuju tempat tidur, ia melihat Leon sudah tertidur dengan posisi membelakangi dirinya. Sampai Moira berhati-hati untuk naik keatas ranjang karena tidak mau menganggu tidur Leon nantinya. Setelah berhasil naik Moira ingin menarik selimut, tapi sepertinya dari arah Leon memegang erat selimut tersebut.
"Diamlah!" Ucap Leon, ia seperti tidak terima karna Moira terus berusaha untuk merebut selimut darinya.
Moira mengalah saja, ia tidak tahan dengan suhu dingin AC. Anehnya suhu dingin inilah yang paling disukai oleh Leon, sebagai seorang penumpang maka Moira hanya bisa mengalah saja. Moira berbaring membelakangi Loen dengan posisi meringkuk karna rasa dingin yang luar biasa.
"Kau sudah mengobati tumitmu tadi?" Tanya Leon, barulah Moira teringat dengan itu. Ia berbalik badan kesebelah kiri, siapa sangka jika ternyata Leon sudah mengarah padanya. "Jadi kau belum mengobati tumitmu?"
Moira menjawab dengan gelengan kepala saja, ia bangku untuk duduk. Mengambil salep tersebut yang tergeletak di meja tempat lampu tidur, Moira ingin mengoleskan sendiri meskipun pastinya sedikit sulit.
"Biasakan meminta tolong pada orang sekitarmu!" Secara tiba-tiba Leon merebut salep tersebut dari tangan Moira.
"Meminta tolong? bukankah katanya untuk jangan ikut campur urusan masing-masing, anggap saja hanya hidup satu rumah tapi tidak saling memperdulikan satu sama lain."
Moira tidak tahu kenapa Leon mudah sekali mengganti aturan sesukanya saja, benar-benar sipaling egois.
"Kemarikan kakimu.." Perintah Leon menyadarkan lamunan Moira.
Sebenarnya sangat canggung bagi Moira, tapi sepertinya Leon tidak suka niat baiknya ditolak. Maka meskipun ada rasa segan yang amat tinggi dihati Moira, tetap saja ia mengarahkan kakinya pada pangkuan Leon. Tidak pernah ada orang asing yang bisa ia perlakukan seperti ini, bahkan ayahnya sendiri saja tidak pernah.
Tangan Leon memegang kaki mulus Moira, sangat putih seperti susu saja. Leon mengoleskan salep di tumit Moira, ia melakukannya secara perlahan sampai Moira tidak merasakan sakit.
"Kau bekerja ditempat lain itu sebabnya kau tidak menerima tawaranku untuk menjadi sekretaris?" Tanya Leon sembari terus mengolesi salep tersebut.
Setelah merasa semua sudah teroles dengan baik maka Leon menurunkan kaki Moira kembali. Ia terus menatap Moira menunggu jawaban, wanita itu mengangguk mantap.
"Kenapa begitu? kau malu bekerja disisiku?" Tanya Leon, semestinya pertanyaan itu tidak keluar dari mulutnya.
Moira bingung harus menjawab dengan apa, tapi ia juga semakin bingung dengan pertanyaan terakhir Leon. Tangan Moira meraih buku kecil yang selalu ada meja, ia menuliskan sesuatu disana.
"Bukan begitu, kau sendiri yang mengatakan agar kita tidak boleh sering bersama hingga membuat orang-orang menjadi memperhatikan. Aku hanya menuruti semua peraturan yang kau buat.."
Leon berdecak sebal membaca apa yang Moira tulis, ia menyalahkan diri sendiri yang ntah apa sempat mengatakan peraturan itu.
"Jadi kau bekerja dimana sekarang?"
Ada rasa lega dihati Moira karna jika Leon bertanya soal itu pasti mulai setuju dengan apa yang ia katakan. Dengan penuh semangat Moira menulis jawabannya dibuku, ia terus tersenyum bahkan.
"Aku bekerja sebagai penerjemah diacara berita, bisa disebut aku penerjemah menggunakan bahasa isyarat."
Kedua alis Leon langsung mengkerut membaca apa yang Moira tuliskan. Pekerjaan yang di maksud Moira sama saja berarti jika wanita itu akan sering tampil di televisi karna juga sebagai penerjemah.
"Bahkan kau lebih memilih bekerja sebagai penerjemah dari pada bekerja sebagai sekretaris? Apa kau sengaja menampilkan wajah jelekmu itu pada semua orang di Negara ini?" Tanya Leon beruntun disertai cacian dan remehan.