Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 - Penderitaan Wanita Psk
Mata Rendra membulat. Dia tentu kaget mendengar perkataan Vanya. Dirinya nyaris lupa kalau para wanita psk selalu punya sisi liar begitu.
"Enggaklah!" Rendra langsung menolak. Membuat Vanya memecahkan tawa.
"Nggak lucu!" geram Rendra dengan wajah memerah.
"Kau lucu sekali. Bukankah kau dokter? Harusnya hal seperti ini bukanlah hal yang tabu bagimu. Menyinggungnya sedikit saja wajahmu sampai merah begitu," tukas Vanya.
"Dokter mengobati, bukannya menikmati," sahut Rendra yang langsung beranjak masuk ke kamar. Meninggalkan Vanya yang nampak masih cekikikan.
Kini Rendra sudah di kamar. Ia membiarkan ibunya tidur di ranjang. Sedangkan dirinya tidur di lantai dengan beralaskan karpet. Bagi Rendra, bantal dan guling sudah cukup untuk membuatnya tidur nyenyak.
Entah sudah berapa lama Rendra tertidur, akan tetapi suara panggilan sang ibu membangunkannya. Perlahan dia buka matanya. Rendra melihat Endah dan Vanya tampak berdiri di ambang pintu.
"Ada apa, Bu? Kok rame-rame begini?" tanya Rendra seraya mengucek matanya.
"Mbak Jeni, Ren. Kondisinya sedang drop. Kau kan dokter, bisakah kau memeriksanya?" ujar Arini.
"Bisa. Dimana Mbak Jeni?" tanggap Rendra sembari bangkit untuk berdiri.
"Di kamarnya. Ikut kami!" kata Endah. Dia lantas berjalan lebih dulu.
Sesampainya di kamar Jeni, Rendra melihat ada banyak orang di sana. Mereka cemas dengan keadaan Jeni. Wanita itu pingsan dan tampak memprihatinkan dengan banyak luka serta lebam di tubuhnya.
Buru-buru Rendra periksa keadaan Jeni. Terutama mengenai denyut nadinya.
"Apa yang terjadi sama Mbak Jeni?" tanya Rendra.
Semua orang yang tadinya riuh, seketika terdiam. Mereka saling bertukar pandang seolah enggan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa kalian diam?" tanya Rendra sembari menatap satu per satu para wanita di sekitarnya.
"Hari ini Jeni dipesan oleh sekelompok pria. Kau bisa tebak apa yang terjadi padanya." Endah menjadi satu-satunya orang yang menjawab.
"Apa? Jadi maksudmu Mbak Jeni..." Rendra kaget. Ia tak kuasa mengakhiri kalimatnya.
"Ya... Jeni digilir. Tidak usah kaget. Ini adalah salah satu resiko pekerjaan kami," ucap Endah.
"Jadi bagaimana keadaan Jeni?" tanya Nadia. Dia tampak menangis karena Jeni adalah sahabatnya.
"Sebentar. Aku harus memeriksa semua kondisi tubuhnya," sahut Rendra. Dia kembali fokus pada Jeni. Atensinya langsung tertuju ke arah alat vital Jeni. Bagaimana tidak? Terlihat ada darah yang menetes dari sana.
Tanpa pikir panjang, Rendra segera memeriksa kondisi organ intim milik Jeni. Dia tentu meminta izin terlebih dahulu. Naluri dokternya langsung bangkit. Ketika itu terjadi, maka Rendra tak merasa enggan dan malu. Baginya yang terpenting adalah berusaha menyelamatkan kondisi seseorang. Terlebih ada banyak orang di sekitarnya, jadi Rendra tak perlu berpikir dua kali untuk bertindak.
Semua orang reflek berseru kaget saat seluruh celana Jeni dibuka. Sebab mereka melihat keadaan alat vital Jeni yang tampak memprihatinkan. Sebagian besar dari mereka bahkan langsung memalingkan wajah karena tak sanggup melihatnya.
"Ini sangat parah. Pantas saja Mbak Jeni pingsan. Alat vitalnya mengalami luka dan bengkak," kata Rendra. Dengan hanya satu kali pengamatan, dia sudah bisa menyimpulkan.
"Jeni akan baik-baik saja kan?" tanya Nadia. "Aku mohon selamatkan dia," mohonnya.
"Tapi, Mbak-Mbak semua. Aku ini bukanlah dokter ahli. Aku ini masih dokter koas. Menurutku Mbak Jeni sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja," saran Rendra.
"Ada alasan kami meminta bantuanmu. Nanti aku akan beritahu. Yang jelas, aku mohon lakukan sesuatu untuk membuat keadaan Jeni lebih baik," ujar Endah yang tampak serius.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...