Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Akan Kuhancurkan Semuanya!
[Liana PoV]
Tiga tahun telah berlalu sejak saat itu, kini kami sedang menuju ke kerajaan Fronshen. Dengan kereta kuda, aku dan pria disampingku ini duduk tenang menikmati perjalanan.
Pria itu terus menatap keluar jendela. Namun, tentu saja yang dipikirkannya menuju ke sesuatu yang lain. Nona Lise mungkin?
Perjalanannya cukup lama, kami baru sampai ke ibukota kerajaan setelah dua bulan. Ibukota kerajaan benar-benar dipenuhi orang-orang.
Ini karena tahap seleksi akan segera dimulai, untuk itulah mereka akan membuktikan kekuatannya masing-masing. Tapi...
Kalau membandingkan banyak orang disini dengan Sion, aku tidak yakin orang-orang itu bisa melawannya. Kecuali kalau mereka memang memiliki kemampuan.
Aku memberikan artefak berbentuk sebuah anting. Artefak ini dapat mengubah warna rambut sekaligus warna mata. Dengan penampilan kami sebelum, tentu saja orang-orang yang menjemput Nona Lise sebelumnya akan mengenali kami.
Setidaknya sampai pria disampingku ini berhasil menang, barulah identitasnya bisa dibongkar. Untuk sekarang sebaiknya cari jalur aman terlebih dahulu.
Siapa tahu, pahlawan itu akan menyerang Sion ketika dia sedang lengah, kan?
Kami menuju kebagian tengah ibukota, terlihat bangunan besar yang diatasnya ada beberapa orang yang sedang duduk memperhatikan pertarungan dibawah.
Orang-orang diatas itu antara lagi ada si Pahlawan itu, lalu orang yang menjemput Nona Lise dan Nona Lise itu sendiri.
"Si—Ah bukan, maksudku Leon. Sebentar lagi giliranmu, kira-kira apa kau bisa menang?"
"Jika kalah disini akan terlalu memalukan, setidaknya aku harus mencapai tiga besar. Jika tidak kemungkinan bisa menemui Lise lagi akan sangat kecil."
Ketika kami sedang berbincang tiba-tiba terdengar suara keras. "Pertarungan berikutnya, Leon Valencia vs Asrahan Dapaan."
Aku menoleh kearah pria itu. "Leon Valencia? Kau seenaknya mengubah nama di kertas itu yah!"
"Hanya sedikit perubahan, tidak akan berpengaruh."
Yeah... Sebenarnya ini sedikit berpengaruh. Bagaimana jika orang-orang yang mendengarnya dari atas curiga?
...---...
[Lise—Devolica PoV]
Hari seleksi akhirnya tiba, banyak petarung yang menunjukkan kemampuannya masing-masing, namun belum ada yang benar-benar bisa membuatku terkejut.
Orang-orang disini terlalu lemah, bahkan melawan pahlawan itu saja tidak bisa bertahan beberapa gerakan. Aku heran kenapa di Kerajaan lain begitu banyak orang-orang kuat.
"Pertarungan berikutnya, Leon Valencia vs Asrahan Dapaan!"
Seorang pria berambut putih berjalan ketengah lapangan, lalu didepannya pria berambut hitam dengan aura yang cukup kuat.
Leon Valencia? Entah kenapa nama itu membuatku mengangkat sudut bibirku. Bocah itu tidak pandai menggunakan nama samaran yah.
Sudah jelas sekali pria berambut putih dan mata merah itu adalah Sion, dia yang biasanya begitu berhati-hati. Tapi kenapa kali ini malah membuat kecerobohan dengan menggunakan namaku? Atau... Dia sengaja?
Pria itu dalam sekejap menyelesaikan pertarungannya. "Pemenangnya Leon Valencia!"
Sejak kapan dia sekuat itu, dia kemudian menatap kearahku dan akhirnya pandangan kami bertemu. Pria itu mengalihkan pandangannya.
Kemudian ia berbicara. "Kalau begini akan memakan waktu yang lama..." ucapnya terdengar nyaring diseluruh area. "...Kalian semua maju semua, akan kuhancurkan semuanya."
"Hah dia serius?!"
"Sombong sekali!"
"Lihat aku pasti akan menghancurkannya!"
Orang-orang mulai terprovokasi dengan ucapannya itu dan kemudian turun ke arena. Sion dikelilingi oleh ratusan orang dengan keahlian mereka masing-masing.
Setelah Sion melangkah satu kaki, orang-orang itu langsung menyerangnya bersamaan. Namun, dalam sekejap sepuluh orang ditumbangkan oleh pria itu.
Banyak orang-orang yang masih menyerangnya, Sion hanya menggunakan tinjunya dan menghempaskan beberapa orang dengan kekuatannya.
Lingkaran sihir yang mengelilingi tangannya. Terlihat ada tiga, pasti itu adalah Emphasize, Amplifier, dan yang terakhir Gravity?
Bocah ini, bahkan bisa menggunakan Gravity. Memang dia ini benar-benar aneh, seseorang tanpa bakat tapi lebih hebat dari orang yang memiliki bakat.
"Ghaaa!"
BOOM—!
Ledakan terjadi di arena, terlihat hanya pria itu yang masih berdiri dan disekitarnya ratusan orang telah tumbang. Kau ini memang sangat hebat yah.
"Kak, kelihatannya orang itu bisa dijadikan perwakilan untuk kerajaan kita," ucap Thivaani yang sedari tadi berada disampingku.
"Ada yang aneh dengannya, tapi dia benar-benar membuktikan kekuatannya," tambah Pahlawan—Jura Bastie.
Aku hanya diam, tidak merespon mereka dan tetap memperhatikan Sion yang masih berdiri ditengah arena. Pria itu kemudian mengangkat tangannya keatas dengan jari telunjuk.
"Kalian ingatlah ini, aku adalah yang terkuat disini," katanya nadanya datar namun tegas. "Siapapun yang tidak terima dengan ucapanku tadi, maka datanglah dan bertarunglah denganku. Aku adalah Leon Valencia!" Ia menurunkan jari telunjuknya.
Terlihat lingkaran sihir besar berwarna ungu diatasnya yang menekan semua orang yang berada di arena.
"Aghhh!"
"Sakit!"
"Tekanannya sangat kuat, apa ini sihir Gravity?!"
"Siapapun selamatkan aku dari monster ini!"
Beberapa saat setelahnya lingkaran sihir itu pecah. Namun pria itu tidak bereaksi apa-apa dan hanya keluar dari arena seakan tidak terjadi apa-apa.
"Yeah... Sekarang kandidatnya hanya dia saja, tak akan ada yang berani melawannya."
...---...
[Sion PoV]
"Ughh!"
Sial, aku terlalu berlebihan menggunakan sihir dengan skala sebesar itu. Untung saja masih bisa berpura-pura kuat, dengan begini harusnya kandidat perwakilannya tersisa aku, si Pahlawan dan pangeran Reynold.
Meskipun orang itu—Pangeran Reynold tidak mengikuti seleksi sudah pasti dia akan terpilih. Seleksi hanya membawa satu orang dan sisanya diisi oleh orang-orang dari kerajaan itu sendiri.
Sebenarnya kerajaan ini seharusnya memiliki penyihir yang kuat juga, tapi kekurangannya penyihir itu tak memiliki kemampuan jarak dekat.
Karena itulah kandidatnya hanya Pangeran dan Pahlawan lalu satu orang dari masyarakat.
Aku memasuki ruang tungguku dan langsung duduk mengistirahatkan tubuhku.
Meski hanya melihat Lise sebentar tapi tetap saja, setelah lima tahun tidak bertemu dengannya aku benar-benar merindukannya. Wajahnya jadi semakin cantik dan berwibawa layaknya seorang putri.
Untuk sekarang harus pikirkan cara agar bisa menenangkan turnamen antar kerajaan ini. Ada satu hal lagi yang harus kuperhatikan. Yaitu...
Iblis.
Ratu iblis yang baru kelihatannya tidak bodoh, mereka bisa saja memanfaatkan situasi lalu menyerang.
Pintu terbuka lalu, wanita dengan rambut hitam masuk kedalam ruangan ini. Itu adalah Liana dalam penyamarannya.
"Yaho~ Kau baik-baik saja, kan?"
"Kurang lebih begitu."
"Kau terlalu memaksakan diri, sampai mengeluarkan sihir semacam itu hanya untuk pamer pada Nona Lise, ck ck ck..."
"Tentu saja aku harus melakukan itu, aku akan merebut Lise secepatnya. Jika ada yang menghalangiku maka akan kuhancurkan!"
Bugh!
Tinju melayang ke kepalaku. "Aduh!" Aku memegangi kepalaku yang sebelumnya dipukul oleh Liana. "Apa yang kau la—"
"Bodoh!" ucapnya, nada serius. "Dengarkan aku, jika kau benar-benar ingin hidup, maka jangan menunjukkan seluruh kemampuanmu. Kau harus menyimpan kekuatan terkuat agar musuh tidak bisa menebak seranganmu, ingat itu!"
"Dan satu lagi..." ia melanjutkan. "...Kau harus lebih memikirkan perasaanku juga." Ia kemudian berlari keluar dari ruangan ini.
Apa itu tadi? Kalau aku tidak salah lihat, pipinya memerah?