Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 - Khilaf Termanis
"Kamu milikku malam ini, akan kuajarkan menjadi dewasa yang sesungguhnya." Mikhayla hanya terpejam, sentuhan Keyvan berhasil membuat dirinya terbuai.
Rasanya pagi tadi Mikhayla tidak sepandai ini, lantas kini kenapa dia justru benar bisa mengimbangi. Keyvan kian membara kala Mikhayla meloloskan dessahan kala dia menelusuri bagian lehernya.
Kecupan disertai gigitan kecil di sana menciptakan rasa sakit namun candu baginya. Keyvan merengkuh tubuh istrinya dengan kehangatan, handuk yang terasa lembab itu mengganggu sebenarnya.
Mikhayla paham kehendak sang suami, tanpa diminta dia menganggat pinggangnya karena kala Keyvan hendak menyingkirkan benda itu dari tubuhnya.
Begitu lembut jemarinya menelusuri setiap lekuk tubuh Mikhayla, setiap inci takkan pernah dia lewati. Mikhayla meracau tak karuan ketika Keyvan mengecup bagian bawah pusarnya, tangannya meremmas sprei dengan sekuat tenaga hingga napasnya kembali memburu padahal belum waktunya.
"Hhmmmpp" desis Mikhayla menarik rambut Keyvan kala bibir Keyvan kian menjadi dan kini mellumat mahkotanya, lagi-lagi dia dibuat mabuk dengan buaian sang suami.
Keyvan takkan berhenti di situ saja, suara indah yang berasal dari bibir mungil istrinya semakin membuat jiwa Keyvan tertantang dan dia merasa benar-benar menjadi pria sejati.
Dahsyatnya seorang pria, hanya dengan lidah saja mampu membuat pinggang istrinya terangkat, Mikhayla dibuat kewalahan dengan buaian Keyvan hingga dia sedikit bergeser. Pria itu menariknya secepat kilat hingga mata Mikhayla membulat sempurna, sepertinya tadi pagi Keyvan belum puas melihatnya lemas tak berdaya.
"Diam, Sayang ...."
Suara Keyvan sudah terdengar luar biasa serak, tampaknya dia juga sudah menggila ingin dilepaskan. Hanya saja, pria itu memang ingin istrinya tak berdaya lebih dulu, hingga Mikhayla kembali mencapai puncaknya untuk kesekian kali di hari ini.
Dada Mikhayla masih naik turun, menampakkan dua benda kenyal yang kini kembali menjadi sasaran Keyvan sembari dia melepas celananya. Dia juga mencari kebahagiaan dalam permainan, dengan napas yang begitu lelah Mikhayla menatap sang suami yang berada di atasnya.
"Kita baru memulai, kamu sudah lelah begini."
Keringat membasah dan membuat rambut istrinya sedikit berantakan di wajahnya. Dengan lembut Keyvan menepikan anak rambut Mikhayla, pria itu mengecup pelan bi-bir Mikhayla penuh perasaan.
Mikhayla membeliak kala dia menatap milik Keyvan sudah siap menerobos miliknya. Pria itu mengambil posisi duduk di pangkal paha sang istri, sebelum benar-benar mencoba menerobos gawangnya, dia mengigit bibirnya pelan lantaran khawatir Mikhayla akan kesakitan.
"Tolong hati-hati, sampai robek aku adukan Papa," ancamnya dengan rasa takut yang benar-benar mendominasi.
Tidak ada kemungkinan lain, yang dia rasakan pertama jelas saja sakit. Mikhayla memejamkan mata sembari mencari pelampiasan akan rasa sakitnya, Keyvan mulai melancarkan aksinya.
"Tenang, jangan remehkan jam terbangku, Mikhayla," ucap Keyvan bangga sekali terhadap pencapaiannya yang merupakan seorang duda ditinggal mati.
"Tapi hati-hat ... Eeuughh."
Khawatir jika teriakannya akan sekeras pemimpin upacara, Mikhayla menutup rapat mulutnya dengan kedua telapak tangan. Keyvan menatapnya sekilas, kemudian kembali fokus dengan tujuannya.
Benar kan kata Mikhayla jika dia akan terkejut, belum juga selesai bicara dan dia yakin itu belum setengahnya. Tapi kenapa sudah sesesak ini, miliknya seakan benar-benar penuh dan dipaksakan untuk menerima benda asing itu.
Sempit sekali, apa dia tidak akan menangis setelah ini.
Keyvan memikirkan hal itu sebenarnya, akan tetapi gelora cintanya sudah terlalu tinggi hingga dia tidak bisa menundanya lagi. Persetan dengan tangisnya, nanti juga bisa berhenti.
"Tarik napas dulu," pinta Mikhayla menahan Keyvan yang hendak menuntaskan sisanya. Pria itu menghela napas kasar lantaran sedikit sebal tiba-tiba, hingga dia izinkan Mikhayla mengatur napasnya persis senam ibu hamil itu tanpa sedikitpun pergerakan.
"Bentar ya, aku gugup ... sebentar, jangan bergerak dulu," titah Mikhayla menatap lekat wajah Keyvan yang begitu sabar menantinya.
One
Two
Three
Time's up, Mikhayla
Kala istrinya lengah, Keyvan mengambil ancang-ancang dan menghentaknya dengan sekali gerakan.
"Aaarrrggghhh!! Papa!!" jerit Mikhayla hingga mengeluarkan air mata, Keyvan hanya menatapnya tanpa dosa dengan sudut bibir yang tertarik sempurna membentuk lingkaran di wajah manisnya.
"Sa-sakit," lirih Mikhayla meminta iba pada sang suami, dia mencubit lengan Keyvan sekecil mungkin agar rasa sakitnya semakin maksimal.
"Maaf, Sayang ... khilaf." Ya, itu memang sedikit memaksa tapi jika menunggu Mikhayla selesai mengatur napasnya mungkin sampai subuh tidak akan selesai.
Keyvan takkan mengurungkan niatnya, pria itu kini menenangkan sang istri dengan kecupan di biibirnya. Masih dengan tangisan persis korban peleccehan, dia menatap Keyvan penuh dendam.
Rasanya sudah licin, lantas kenapa masih menangis juga. Keyvan tidak peduli meski istrinya tampak cemberut begitu, paling juga bertahan beberapa menit di awal. Belum saja dia terbuai nikmat permainan yang sesungguhnya, pikir Keyvan.
Perlahan Keyvan menggerakkan pinggulnya, Mikhayla yang tadinya marah tanpa sengaja melenguh hingga membuat Keyvan menarik sudut bibir.
"Lepaskan, Khayla ... jangan ditahan," bisiknya kemudian, entah berapa lama Mikhayla akan tetap berusaha menutupi jika dia juga menikmati permainan suaminya.
Benar saja dugaan Keyvan, dia yang tadinya pura-pura tidak suka kini justru heboh sendiri. Pria itu tidak menepis tangan sang istri kala kuku-kuku Mikhayla mungkin saja mengores punggung dan dadanya.
Semakin kesini Keyvan semakin dibuat heran oleh istrinya sendiri, keduanya sama-sama dibuai asmara dan menikmati panasnya permainan. Dessahan dan rintihhan keduanya memenuhi ruangan, kamar yang beberapa minggu lalu masih menjadi tempatnya melakukan penyatuan bersama sang istri kini justru terganti dengan wanita lain yang ternyata membuat Keyvan lebih gila dari sebelumnya.
Mana sempat dia memikirkan hal itu, Keyvan merasakan sesuatu seakan hendak meledak di bawah sana. Dia mengerang seraya memepercepat gerakannya hingga Mikhayla yang justru lelah melihat sang suami.
"Khay ...." Beberapa saat setelahnya Keyvan ambruk di atas tubuh Mikhayla, dengan napas yang kini memburu Keyvan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Mikhayla.
Sementara kini, Mikhayla justru dibuat terpaku dan bingung hendak bagaimana. Butiran kristal bening tiba-tiba saja mengalir dari sudut matanya, dia menoleh ke menatap foto pernikahan sang suami di atas nakas.
"Tolong geser, berat," pinta Mikhayla dengan suara lemahnya, tidak dapat dia sembunyikan kali ini jika memang tengah menangis.
"Hm? Kenapa? Apa ada yang sakit?"
Mikhayla menggeleng, perihal sakit akibat berhubungan mungkin akan dia rasakan esok hari. Akan tetapi, untuk saat ini sakitnya Mikhayla bukan karena hal itu, dia tidak bisa mengungkapkan untuk saat ini.
"Lalu kenapa?"
"Berat!!" sentak Mikhayla tiba-tiba sebal sendiri lantaran suaminya belum juga berniat untuk beranjak dari tubuhnya, Keyvan hanya terkekeh kala istrinya berani berteriak di hadapannya. Menyeramkam juga jika sudah keluar taringnya begitu.
- To Be Continue -
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘