Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11.
“Bun.. Rumi sudah setelah makan dan sudah minum obat tapi Bunda kok belum makan juga.. kalau Bunda sakit Rumi sedih Bun... “ suara imut Arumi lagi..
“Iya Sayang.. ini Bunda juga akan makan.. “ ucap Ariana sambil menatap wajah Arumi yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. Perut Ariana merasa kenyang meskipun belum makan malam dan sejak siang putar putar mengais rejeki.. tetapi setelah habis mandi mendapat telpon dari Mira dan juga membalas chat chat tetangga menjadi kenyang..
“Iya Ar, kerja ya kerja tetapi tetap pikirkan kesehatan, makan dan tidur cukup jangan sampai terlewatkan, kalau kamu sakit habis uang yang kamu cari hanya untuk berobat.” Ucap Nenek ..
“Nek...tapi uang yang Bunda cari juga habis buat pengobatan Arumi..” suara imut Arumi terdengar sedih karena merasa bersalah.
“Maaf Sayang.. bukan maksud Nenek begitu..” ucap Nenek sambil mengelus kepala Arumi dengan lembut.
“Jangan sedih Rumi.. Bunda akan dapat rezeki lumayan.. ini sudah ada enam anak mendaftar les, mereka akan datang ke sini. Rumi juga senang kan, Bunda ada di rumah...” ucap Ariana sambil duduk jongkok di depan kursi roda Arumi dan memegang kedua tangan mungil Arumi..
“Alhamdulillah...” ucap Nenek dan Arumi terdengar penuh syukur dan bahagia..
“Iya alhamdullilah ini Bunda baru saja mengatur jadwal mereka.. yang kelas nya sama Bunda jadikan satu... “ ucap Ariana sambil tersenyum bibirnya karena bahagia, sudah ada enam anak menjadi calon murid les nya. Mereka les tiga kali seminggu, satu minggu Ariana sudah mendapatkan tambahan pemasukan tiga puluh ribu kali enam anak. Seratus delapan puluh ribu satu minggu satu bulan sudah tujuh ratus dua puluh ribu rupiah. Jumlah yang lumayan bagi Ariana yang seorang guru honorer. Bahkan lebih tinggi dari gaji nya sebagai guru honorer di sekolah. Dan memberi les di rumah dia tidak perlu keluar uang bensin.
“Ya sudah sekarang kamu makan dulu.” Ucap Nenek
“Baik Bu...” ucap Ariana dan Ariana pun bangkit berdiri untuk melangkah ke ruang makan mengisi perut nya meskipun dia tidak merasakan lapar akibat sangat bahagia...
Waktu pun terus berlalu tiap sore hari rumah Nenek kini ada anak anak yang datang ke rumah untuk les. Arumi pun sangat senang dia bahkan ikut duduk anteng di kursi roda nya menemani Sang Bunda memberi pelajaran les..
Ariana yang sudah terbiasa dengan telaten dan sabar merawat dan mengajar Arumi, dengan sabar dan telaten juga mengajar murid murid nya.. mereka pun cocok dan senang diajar oleh Ariana.. kini di sore hari ada dua anak perempuan kelas TK yang sedang les di ruang depan rumah Nenek.
“Bunda Ar... aku senang loh diajar Bunda Ar.. aku pernah dileskan di tempat Tante Sofie aku kapok tidak mau lagi... “ ucap seorang anak perempuan berusia lima tahun lebih yang tidak lain adalah cucu Ibu Mira. Tante Sofie adalah guru les tetapi berada di luar lingkungan RT mereka.
“Galak ya Tante Sofie, kata Mama ku juga mahal les di sana, aku mau di les kan Mama di sana tapi tidak jadi karena mahal, terus ikut kamu di sini.” ucap satu anak perempuan lainnya yang bernama Ela yang juga sekelas dengan Rara cucu Bu Mira.
“Iya galak, ga mukul sih.. ga bentak juga tapi ya gitu dech... gini nih omongannya kalau aku ga bisa baca... sudah dikasih tahu kok masih belum juga bisa bisa baca ya Rara ini... maka nya kalau Tante sedang ngajari itu didengarkan diperhatikan jangan ngalamun jangan bengong saja...” ucap Rara cucu Bu Mira malah menirukan ucapan guru les nya dulu, bibir mungilnya pun ikut mencong mencong. Ariana yang melihat tersenyum.
“Issh siapa juga yang melamun dan bengong, terus nanti dilaporkan pada Oma dan Mama ku.. “ suara imut Rara lagi dengan nada terdengar kesal.
“Untung dech aku ga jadi diles di Tante Sofie ga tambah pinter malah tambah diomel Mama aku, aku juga suka diajar Bunda Ar.. “ suara imut Ella tampak terlihat bahagia wajahnya..
“Pokoknya kalau aku diterima di sekolah favorit aku mau kasih hadiah pada Bunda Ar...” ucap Rara sambil tersenyum lebar karena dia sangat senang diajar oleh Ariana.
“Alhamdullilah kalau kalian suka diajar Bunda Ar.. ya sudah pelajaran hari ini sudah selesai.. kalian boleh duduk di sini atau di teras menunggu jemputan..” ucap Ariana.
Dan tidak lama kemudian terdengar suara dua motor berhenti, orang yang menjemput dua anak itu sudah datang..
“Bunda Ar terima kasih ya...” suara dua anak itu sambil menjabat tangan Ariana..
“Arumi aku pulang dulu ya.. semoga kamu cepat sehat ya.. kita bisa bermain main..” ucap Rara sambil menoleh ke arah Arumi yang duduk anteng di kursi roda sambil memegang Alat bantu huruf Braille nya dia pun juga ikut belajar sendiri.
“Iya.. terima kasih ya... sampai jumpa lagi besok...” suara imut Arumi bibir nya tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya.. meskipun wajah nya tidak menghadap tepat ke arah Rara dan Ella yang sudah melangkah..
Akan tetapi di saat Ariana membukakan pintu tampak sosok Bu Mira dan Mama nya Ella sudah berdiri di depan pintu, di belakangnya ada dua anak yang kelas empat yang akan ikut les di jam 6 sampai jam 8.
“Mbak Ariana aku mau beli sprai dan ini Mama nya Ella mau beli daster..” ucap Bu Mira..
“Oo iya Bu, tapi biar dilayani Ibu saya ya... ini saya sudah mau ngajar kelas berikut nya.” Ucap Ariana dengan santun..
“Iya iya tak masalah.. Rara , Ella sini tunggu dulu sekalian Oma dan Mama Ella mau beli sprai dan daster..” ucap Bu Mira sambil mengandeng tangan mungil cucu nya..
Ariana pun cepat cepat memanggil Ibu nya dan mengambilkan dagangannya lalu dia kembali memberi les di jadwal berikutnya..
Beberapa menit kemudian, transaksi jual beli sprai dan daster pun telah selesai. Nenek tersenyum lebar karena dagangan habis laris diborong Mama nya Ella dan akan dijual dikirim ke luar jawa, bahkan sudah pesan lagi model daster yang lain.
Rumi ayo kita sembahyang, kita ucapkan syukur pada Allah karena mendapat rezeki berlimpah hari ini.” ucap Nenek sambil mendekati Arumi dan dia mendorong kursi roda Arumi untuk di bawa masuk ke dalam..
“Iya Nek.. alhamdulillah... “ suara imut Arumi terdengar penuh syukur..
Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam.. jam delapan tepat dua murid kelas empat pun telah selesai jam pelajaran nya..
“Alhamdulillah...” gumam Ariana di dalam hati karena pekerjaannya hari ini berjalan lancar..
Di saat Ariana akan menutup pintu rumah nya, di depan rumah nya berhenti mobil yang sudah begitu dia kenal..
“Pak Anton ada apa dia malam malam datang ke sini? Mau memberi tambahan tugas lagi..” gumam Ariana di dalam hati. Pak Anton selain saudara sepupu Respati dia juga kakak tingkat Ariana waktu kuliah dulu meskipun Anton lulus dan Ariana baru masuk.
Tampak pintu mobil Pak Anton terbuka dan muncul sosok Pak Anton keluar dari mobil dan ditangan nya membawa satu amplop besar berwarna coklat.