Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Anna turun dari motor Ryan, Anna mengembalikan helm nya pada Ryan.
" terima kasih kak sudah mau mengantar Anna pulang." ucap Anna.
" santai aja lah an." ucap Ryan.
Tiba- tiba penglihatan Anna buram dan kepalanya mulai pusing ia tidak lagi mendengar apa yang di katakan Ryan.Suara Ryan terasa samar-samar darah seperti menetes dari hidungnya sedetik kemudian semuanya jadi gelap.
" Anna."
Dentang jarum jam terdengar di ruang rawat tempat Anna berbaring. Sudah 10 jam Anna belum sadar kan diri, mata itu masih setia tertutup.
Ryan menatap cemas ke arah Anna yang terbaring dan belum sadarkan diri.
" Sebenarnya kenapa kamu sembunyikan ini an, harus nya disaat seperti ini kamu bilang sama aku, kita teman kan an." ucap Ryan, tanpa sadar air mata menetes di pipinya.
Mata yang tertutup itu mulai bergerak terbuka perlahan, matanya berkedip mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk, selang infus tertancap di tangan serta nasa canul yang terpasang di hidungnya. Jarinya bergerak perlahan membuat Ryan menoleh ke arah Anna.
" Anna , kau sudah sadar." Ryan segera memencet tombol darurat untuk memanggil dokter.
" syukurlah kau sudah sadar, bagaimana perasaan mu apa ada yang sakit." ucap Ryan.
" ke...na..pa a..ku di..sini." ucap Anna tertatih.
" kau seharusnya tidak terlalu memaksakan diri apalagi sampai banyak pikiran begini , kau bisa meminta bantuan ku. apa kau sudah tidak menganggap ku lagi. Aku bahkan sudah menganggap kau seperti adikku sendiri. Tapi kau malah menyembunyikan masalah mu dariku." ucap Ryan.
Semarah apapun Ryan ia berusaha menahan hingga Anna merasa lebih baik.
Dokter memasuki ruangan dan segera memeriksa keadaan Anna. Dokter menekankan stetoskop ke dada Anna.
" Dia butuh istirahat, dengan keadaan nya ia terlalu memaksakan diri selama ini." ucap dokter.
" terima kasih dokter."
Setelah kepergian dokter, Ryan Kembali menduduki tempat di samping Anna. Ryan meraih tangan Anna yang masih lemah. Ia menyuapi Anna dengan makanan dari rumah sakit. Anna berhenti makan di suapan ke tiganya.
" apa yang tengah kau pikirkan, kau bahkan sampai drop, kau tahu keadaan mu sedang buruk jadi jangan terlalu memaksakan diri." ucap Ryan pada Anna.
" perkataan mu justru membuat ku makin sakit tahu." kesal Anna.
" maaf, apa ini ada hubungannya dengan joan." ucap Ryan. Anna melirik Ryan sekilas lalu menghela napas.
" ini tidak ada hubungannya dengannya." ucap Anna.
" kau tidak bisa membohongi ku Anna, katakan padaku apa kau menyukai joan." ucap Ryan.
Anna menundukkan kepalanya, percuma berbohong pada Ryan karena ia akan tahu.
" apa joan tahu tentang perasaan mu." ucap Ryan. Anna menggelengkan kepalanya.
" kenapa? Apa karena pertunangan nya." ucap Ryan. Anna mengangguk.
" lalu bagaimana dengan Ryan apa dia menyukai Tiara atau dirimu?" tanya Ryan.
" dia pernah menyatakan perasaan nya padaku, tapi aku tidak menjawab." ucap Anna .
" kenapa?"
" dia akan bertunangan."
" lalu apa masalahnya, kalian saling mencintai."
" tidak sesederhana itu, banyak hal yang membuat aku dan joan tidak bisa bersama."
Ryan terdiam mendengar Anna.
" orangtuanya tidak akan pernah menerima ku, keadaan keluarga ku membuat aku tidak pantas dengannya, meskipun kami menentang hal itu tapi aku sekarat Yan." ucap Anna menangis.
" tuhan bahkan melarang kami bersama, hingga aku ditakdirkan menerima sakit ini, hidupku udah nggak lama lagi, aku tidak ingin memberinya harapan disaat aku sendiri sudah tidak memiliki harapan." tangis Anna semakin kencang membuat Ryan khawatir.
" setiap malam hatiku sakit membayangkan Tiara yang akan menjadi istri joan nanti, tapi aku juga tidak punya kuasa atas takdir buruk ku ini."
" aku selalu ketakutan, aku takut kalau aku akan pergi sebelum aku bisa menyelesaikan tanggung jawabku. Aku takut tidur malam ini dan tidak bangun di esok paginya. Lalu bagaimana bisa kau bertanya kenapa aku tidak mengatakan padanya tentang perasaanku!"
" itu hanya akan membuat nya semakin sulit untuk melepas ku, kak Ryan." ucap Anna dengan air mata yang mengalir deras si pipinya, Ryan terdiam dan air mata mengalir di pipinya.
" maafkan aku, harusnya aku tahu kalau kau tidak akan pernah egois." ucap Ryan.
" jangan pernah beri tahu joan biar aku yang memberitahu nya jika sudah waktunya, atau waktu yang akan memberitahunya." ucap Anna.
Anna kembali menjalani aktifitasnya di kantor seperti biasa, dia tanpa sengaja berpapasan dengan joan dan Tiara, dengan sengaja Tiara menarik tangan joan di hadapan Anna.
" kau bilang kita akan mulai memesan dekor dan juga mengukur pakaian kan, sebulan itu bukan waktu yang lama jadi kita harus segera menyiapkan semuanya." ucap Tiara sengaja agak keras agar Anna mendengarnya.
' ya sebulan lagi mereka akan menikah.' batin Anna
Joan hanya diam memperhatikan Anna yang hanya melewati mereka tanpa melirik ke arahnya.
" kau mendengar ku sayang." ucap Tiara.
Joan melepas tangan Tiara dan pergi begitu saja meninggalkan Tiara sendirian di sana.
" aduh, capek banget sih." keluh Tiara kembali mengikuti joan dari belakang dengan ekspresi kesal.
Anna memasuki toilet, darah kembali keluar dari hidungnya dengan cepat ia mengambil botol obat nya dan meneguk dua butir pilnya dengan tangan yang gemetar. Kepala nya mulai membaik, ia melirik cermin dan mulai membersihkan darah di hidung nya. Ia memperhatikan wajahnya yang pucat juga semakin tirus dari biasanya. Ia sedikit men- touch up wajahnya agar terlihat sedikit lebih segar.
Anna menghembuskan nafasnya, ia melirik ke tanggal yang terdapat di ponselnya.
" waktuku hampir habis ternyata."
Anna mengusap wajahnya kalut, setelahnya terdengar suara tangis yang begitu menyakitkan dari Anna.
' jika aku pergi apa yang akan terjadi dengan ibu dan adik.' batinnya.
Anna berjalan ke arah halte tempat ia biasa menunggu bis. Anna duduk disana sendirian sambil melamun hingga seseorang duduk di sampingnya. Anna menoleh dan mendapati joan disana.
" menunggu bis terakhir lagi." ucap joan tersenyum.
" ya." ucap Anna dengan senyum.
" kau sakit, wajahmu pucat." tanya joan khawatir.
" tidak, aku baik- baik saja." ucap Anna.
" jangan berbohong, kau bahkan terlihat semakin kurus, katakan padaku apa kau sakit " ucap joan pada Anna.
" tenanglah aku baik-baik saja , hanya kurang tidur karena aku ada banyak kerjaan." ucap nya.
Keduanya kini tenggelam dalam pikiran masing-masing.
" sebulan lagi kau dan Tiara akan menikah kan." ucap Anna
" ya , aku tidak ingin, tapi aku sudah berjanji." ucap joan.
" harusnya kau tidak melakukan itu demi aku, aku merasa bersalah padamu." ucap Anna.
" jangan katakan itu, aku akan melakukan apa pun untuk melindungi mu." ucap joan.
' jika aku bilang padamu untuk lari bersama ku. Apa kau mau." ucap Anna membuat joan menoleh padanya dan menatap nya agak lama, mata teduh itu seakan memancarkan se percik harapan.
" apapun untuk mu, akan aku lakukan Anna." ucap joan tega.
Tiba-tiba Anna tertawa kencang sampai-sampai ujung matanya mengeluarkan air.
" kau ini aku hanya bercanda, mana mungkin aku merusak kebahagiaan wanita lain." ucap nya mengusap ujung matanya.
" tapi aku serius Anna." ucap joan dengan pandangan tegas nya.
" itu tidak akan terjadi, bagaimana pun kini Tiara adalah yang terbaik untuk mu." Anna berdiri karena bus yang sudah berhenti didepannya.Anna berbalik ke arah joan yang tetap duduk di tempatnya.
" oh iya aku pamit dulu, dan .. Satu lagi, mungkin aku tidak bisa hadir di pernikahan mu dengan Tiara." selepas mengatakannya Anna langsung menaiki bis tanpa menunggu jawaban joan. Anna duduk di salah satu kursi dan menelungkupkan wajahnya ke kursi di depannya, air matanya menetes.
" maaf kan aku." lirih nya dengan tangis yang tak juga berhenti.