Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.
Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.
Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."
Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.
Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.
Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.
PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 TEH CHAMOMILE
Dalam perjalanannya menuju ruang Kesehatan. Aria bertemu dengan kedua seniornya. Aria segera melambaikan tangannya ke arah mereka.
Jessica kebetulan melihat itu, dia langsung bergegas menghampiri, saat sudah dekat, dia bertanya, "Sudah selesai ujiannya? Bagaimana, kamu bisa kan?"
"Ya, senior," jawab Aria.
"Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong kenapa kamu naik ke lantai ini. Apa kamu mencari seseorang?"
Aria menggeleng, "Tidak, aku akan ke ruangan klub Kesehatan."
"Ada apa, apa kamu sakit?" tanya Jessica sedikit khawatir.
Aria kembali menggeleng, "Tidak, Senior. Aku hanya ingin melakukan sesuatu."
"Oh, begitu rupanya," Jessika mendesah lega, dia lalu melanjutkan, "Kamu bisa menggunakan ruang Kesehatan sesukamu. Tak ada yang akan marah ataupun melarang."
"Hanya saja aku juga butuh bantuan, Senior."
Jessica mengerutkan dahi, lalu menunjuk dirinya sendiri, dan berkata, "Aku... Bantuan apa yang kamu butuhkan?"
"Aku tidak bisa mengatakan disini."
"Emm, baiklah, lalu kita ke ruang Kesehatan dulu," putus Jessica tanpa banyak berpikir.
Aria tak langsung setuju, dia sedikit memiringkan badan, melihat seniornya yang lain, "Aku juga membutuhkan Senior Sammy."
"Dia juga," Jessica membalikkan badan ke belakang lalu ke depan. "Kamu yakin?"
"Ya," Aria mengangguk mantab.
"Hal misterius apa yang akan kamu lakukan sebenarnya."
Aria hanya tersenyum tipis, tak berniat mengatakannya sekarang.
Jessica yang melihatnya tak berdaya, juniornya selalu sangat misterius, dia kembali membalikkan badan, lalu sedikit berteriak, "Sammy, kemari lah!"
Di titik itu juga, Sammy ingin menghilang, seharusnya dia segera pergi dan bukannya tinggal untuk mengobrol. Karena setiap kali ketuanya itu memanggilnya, pasti dia akan diminta melakukan sesuatu yang merepotkan.
Teman Sammy yang mendengar teriakan itu seketika menepuk bahunya, "Jessica memanggil mu, Bro."
"Aku tahu," kata Sammy kesal.
"Kalian semakin akrab saja, jangan-jangan diam-diam kalian pacaran ya," goda teman yang lain.
Sammy melotot marah, "Tidak mungkin!" bantah nya cepat.
"Ah, masa sihh, hehehe."
"Cepatlah!" teriakan Jessica terdengar lagi.
Dengan ogah-ogahan Sammy berdiri, pergi menghampiri.
"Cieee, Sammy, hahaha."
Sesaat dia masih mendengar godaan teman-temannya. Membuat hatinya semakin jengkel.
Nada suaranya menjadi keras tanpa sadar, "Apa sih! Manggil-manggil!"
"Dihh, kok marah," Jessica hanya melirik. "Ayo Aria kita pergi...." Dia lalu menunjuk ke arah Sammy "Kau juga ikutlah dengan kami."
Sammy menghentakkan kaki kesal, dimana harga dirinya sebagai lelaki, mana mau dia dikendalikan wanita. Tapi meski dia mengatakan itu, dia tetap mengikuti dengan patuh.
...----------------...
Di ruang Kesehatan.
"Jadi, kamu membutuhkan kami, untuk melakukan apa, Aria?" tanya Jessica setelah sampai.
"Tunggu, sebentar."
Jessica duduk menunggu apa yang akan dilakukan Aria. Terlihat gadis itu sedang membuka termos, lalu mengeluarkan dua gelas. Entah minuman apa yang diseduh Aria, Dia tak bisa melihatnya dengan jelas.
Saat Aria mengaduk air dalam cangkir, aroma yang harum dan manis seketika memenuhi ruangan. Aromanya seperti buah apel yang baru terpotong.
"Cobalah, Senior," kata Aria sambil menyodorkan nampan berisi dua cangkir.
Jessica yang pertama mengambil, berkata, "Apa ini? Penampilannya seperti teh," Dia lalu menghirup aromanya, semakin dekat aromanya semakin kuat, di bawah pengawasan Aria, Dia pun menyesapnya.
Rasanya sangat harum, manis, dan lembut di akhir. Setelah meminumnya perasaannya tiba-tiba menjadi sangat hangat dan damai. Dan yang lebih aneh, entah itu hanya perasaannya atau tidak, tenggorokan yang semula terasa gatal, sedikit mereda.
"Minuman apa ini, Aria?" tanya Jessica.
"Teh Chamomile," jawab Aria. Komponen utamanya adalah bunga Chamomile. Maka tidak salah jika namanya tidak dinanti.
Jessica mengingat yang ingat rasa teh Chamomile, mirip dengan yang baru saja diminum, meski begitu dia masih berkata ragu-ragu, "Aku pernah meminum teh Chamomile, tapi sepertinya yang ini sedikit berbeda."
"Memang berbeda, karena aku menambahkan beberapa rempah lain. Tapi rasa aslinya masih terjaga kan, Senior."
Jessica mengangguk, sambil sesekali menyeruput, dia tak bisa berhenti teh nya sangat nikmat, dan setiap kali dia menyeruput energinya semakin meningkat.
"Sammy, cobalah kamu akan sangat menyukainya."
"Senior, silahkan," Aria menyodorkan nampan.
Sammy yang masih ragu-ragu mengambilnya. Tak seperti ketuanya yang mencicipinya dengan hati-hati. Dia minum dalam tegukan besar. Seperti meminum sebuah racun.
"Kau sangat kasar, Sammy," Jessica memandang dengan aneh. Dia mencontohkan dalam sekali gerakan anggun, lalu berkata, "Teh itu harus dinikmati perlahan. Bagaimana kau bisa merasakannya jika caramu minum seperti seseorang kehausan di padang pasir."
"Bagaimana aku yang seorang pria ini tahu, cara wanita semacam itu," Keluhnya, kemudian dia memuji, "Ngomong-ngomong, Ini teh yang enak, Aria."
Jessica mengabaikan kalimat pertama Sammy, hanya menangkap kalimat keduanya, dia langsung memuji Aria dengan nada besar, "Ya, Sammy benar sekali. Teh ini sangat enak. Tidak hanya itu, rasanya tubuhku menjadi sehat dan bugar setelah meminumnya."
"Terima kasih, senior," Aria tersenyum tipis. Tujuannya membuat dua seniornya terkesan tercapai. Sekarang hanya perlu membicarakan rencananya. "Teh inilah yang membuatku membutuhkan bantuan dua senior."
"Teh?" beo Jessica dan Sammy bersamaan.
Aria mengangguk, lalu berkata, "Teh ini tak hanya terasa enak. Tapi juga sangat bermanfaat. Perasaan Senior Jessica tentang tubuhnya yang terasa lebih baik. Sama sekali tidak salah. Karena bunga Chamomile, sebenarnya salah satu herba, yang berkhasiat untuk kesehatan."
"Pantas saja, ku pikir hanya karena rasanya enak."
"Jadi kamu minta tolong pada kami, hanya untuk menjadi kelinci percobaan."
Jessica yang mendengar perkataan jahat Sammy memelototinya dengan tajam.
Aria yang dituduh sama sekali tak tersinggung, dia malah mengakui, "Bisa dibilang setengahnya begitu."
"Lihat," kata Sammy dengan nada penuh kemenangan.
Jessica hanya memalingkan muka tak peduli, dan bicara pada Aria, dengan nada lembut, dia berkata, "Tidak masalah, Aria tak akan mencelakai kami."
"Ya, Senior. Aku sudah mengujinya pada diriku sendiri. Sama sekali tidak ada bahaya. Aku hanya membutuhkan preferensi dari Senior. Karena jika dua senior menyukainya, hal selanjutnya akan lebih mudah."
"Pilih kasih sekali! Coba saja jika aku mengatakan itu, sudah pasti langsung ditendang," batin Sammy penuh kebencian. Tapi dia masih mendengarkan penjelasan Aria. Hatinya tergelitik rasa penasaran, apa sebenarnya yang akan dilakukan juniornya ini.
"Niatku adalah untuk menyebarkan teh ini ke seluruh sekolah. Sehingga semua orang bisa mendapatkan manfaatnya. Jika ujian sekolah berjalan baik tanpa ada yang sakit. Maka klub kita akan bisa mengembalikan nama baik yang sempat hilang. Mereka akan tahu kita tidak seperti yang mereka pikirkan. Dan klub ini masih sangat berguna untuk kedepannya."
Semakin mereka mendengar, semakin mereka dibuat linglung. Bukan karena ide Aria buruk, malah sangat bagus. Selama ini mereka telah mencoba banyak cara, untuk mempertahankan klub, misalnya melakukan pekerjaan sekecil apapun yang diminta guru, seperti membagikan masker tadi pagi.
Atau contoh lainnya, seperti Jessica yang selalu setuju, setiap klub Palang Merah meminta bantuan mereka. Meski itu pekerjaan keras dan kotor sekalipun, meski pujian diambil klub Palang Merah, dia tak akan menolak. Sehingga klub Palang Merah, masih akan mengandalkan mereka untuk menjadi penyalur obat-obatan.
Hal itu semua untuk tetap mempertahankan keberadaan klub mereka. Karena sekolah jelas akan membubarkan klub yang tidak berguna dan memberikan kontribusi apapun.
Baik Jessica dan Sammy sangat bekerja keras untuk klub. Namun, setiap saat mereka hanya semakin direndahkan, diejek, dan dihina.
Rencana Aria seperti sebuah cahaya baru bagi klub mereka.
Sammy kini memandang Aria dengan cara yang sangat berbeda.