Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16-Menjaga dengan Ketat
Tak lama kemudian pintu tersebut terbuka, ada raut wajah lega dari dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan putri dan cucu saya dokter?"tanya Christian dengan tidak sabar.
"Syukurlah, putri dan cucu bapak selamat. Beruntung sebelum ke sini mereka sudah melakukan pertolongan pertama. Karena itulah putri bapak bisa tertolong. Pasien mengalamai syok Hipovolemik, ini sebenarnya berbahaya jika dibiarkan, beruntung sekarang sudah stabil pasien segera dipindahkan ke ruang rawat ini. Ia harus dirawat setidaknya seminggu untuk memantau kondisi mentalnya. Jika ada pertanyaan lain mengenai diagnosis pasien nanti temui saya saja, nanti saya jelaskan lebih lanjut. Saya permisi dulu..."penjelasan dokter tersebut membuat mereka berdua tertegun. Mengapa Vivian bisa mengalami syok yang begitu. Apakah dirinya trauma? Mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi.
Mereka berada diruang inap Vivian, tampak Vivian berbaring lemah dengan infus di tangannya. Mariana segera meraih tangan Vivian dan menggenggam erat tangannya, meletakkan dipipinya. Air mata Mariana jatuh begitu saja, dirinya terpukul untuk kesekian kalinya Vivian harus menderita seperti ini.
"Nak... Bangun... Mama dan Papa sangat menghawatirkan dirimu, kamu anak yang kuat bangun nak..."ucap Mariana dengan suara seraknya.
Mariana semakin menggenggam tangan itu, kemudian melepaskan tangan satunya. Kemudian dirinya mengelus perut Vivian yang sedikit membuncit itu.
"Halo Cil, kamu jangan membuat ibumu susah ya Nak... Jadilah anak yang baik dan berbakti. Jaga ibumu, Oma menyayangi kalian berdua..."tambah Mariana, mungkin karena mendengar Mariana berbicara bayi di dalam tersebut merespon Omanya dengan baik, dengan cara menendang. Tendengan tersebut dapat dirasakan oleh Mariana.
Ada rasa haru dan terpukul melihat melihat putri kesayangannya menderita. Ditengah-tengah kebahagiaan mereka, ternyata ada musibah menimpa mereka.
...----------------...
Hingga keesokan harinya, Vivian akhirnya sadarkan diri. Kondisi yang masih lemah, membuatnya hanya berbaring di ranjang pasien itu.
"Syukurlah nak, kamu sudah siuman..."ucap Mariana yang melihat mata Vivian sudah mengerjab terbuka dengan pelan. Sedari kemaren dirinya hanya duduk ditepi ranjang Vivian sambil memegang erat tangannya, tak pernah ia lepaskan.
"Iya nak, syukurlah kamu sadar. Bagaimana perasaanmu nak?"Christian langsung menghampiri keduanya dan mengusap lembut kepala Vivian.
"A... Ekhm..."suara Vivian tampak serak, dengan sigap Christian mengambilkan air minum untuknya.
"Ma temani sebentar Vivian ya, Papa mau menemui dokter yang menanganinya..." Mariana mengiyakan dan Christian langsung bergegas keluar dari ruangan itu.
Sesampainya diruangan dokter, Christian langsung dipersilahkan masuk keruangannya. Beruntung dokter tersebut memiliki waktu, dan Christian menanyakan kondisi Vivian yang sebenarnya.
"Dokter, bagaimana kondisi Vivian sebenarnya dok?"tanya Christian tanpa basa basi.
Tampak dokter tersebut menghela nafas panjang"Haa...apakah pasien sudah siuman?"tanya dokter.
"Sudah baru saja siuman dan saya segera menemui anda"jawab Christian cepat.
"Baik, nanti saya cek kondisi pasien kedepannya. Tapi untuk saat ini ada beberapa penjelasan bahwa kondisi saudari Vivian cukup berbahaya. Terutama kondisinya tengah hamil muda, untuk itu Bapak sebagai orang tua dan orang-orang terdekatnya. Sangat dimohon menjaga kondisi mental dan emosinya untuk tetap stabil"penjelasan dokter sedikit terjeda.
"Selain itu, sebagaimana penjelasan saya sebelumnya ia mengalami syok hipovolemik. Dimana syok ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya trauma. Jika boleh tau sebelum kejadian, pasien mengalami kejadian yang sangat mengguncang emosinya?"
"Iya pak, kami baru saya mengalami kecelakaan beruntun yang hampir nyaris ditabrak truk. Bekas lupa yang kami dapatkan itu disebabkan kecelakaan tersebut. Tapi kami tidak tau bahwa Vivian mengalami trauma sejak kejadian tersebut."jelas Christian tampak bingung
"Baik, terimakasih atas penjelasannya. Satu kunci untuk menghindari hal-hal yang fatal kedepannya, mohon untuk menjalankan saran-saran saya tadi ya pak. Apakah ada pertanyaan lainnya seputar kondisi pasien?"penjelasan dokter tersebut.
Christian menimbang-nimbang untuk menanyakan hal serius pada dokter, akhirnya ia buka suara"Dok... Sebenarnya kami ingin mengtakan sesuatu yang mungkin akan mengguncang kestabilan emosinya, jika kami lakukan apakah sangat fatal?"
"Sebenarnya jika kondisi pasien stabil, boleh-boleh saja keluarga menyampaikannya. Namun jika terjadi sesuatu sebaiknya temani Vivian dengan orang yang profesional, seperti psikolog"tambah Dokter
"Baik terimakasih atas penjelasannya, saya cukup bisa mengerti."tutup Christian
"Baiklah, jika tidak ada hal yang lain mari kita ke ruangan pasien untuk mengecek kestabilan Vivian saat ini."Dokter dan Christian langsung menuju ke ruangan dimana Vivian berada.
Sesampainya diruangan Vivian tampak sedikit ceria, dan tampak mengobrol ringan dengan Mariana.
"Selamat siang Buk, Vivian"dokter menyapa mereka terlebih dahulu.
"Siang dok"Mariana dan Vivian serentak menjawabnya.
"Baik saya permisi dulu untuk mengecek kondisi saudari Vivian..."Dokter lalu mengecek kondisi Vivian.
Tampak Dokter mengangguk kepalanya, tampak seperti ada kabar baik. "Baik sejauh saya pantau, kondisi Vivian membaik secara drastis, tapi ingat untuk memperhatikan emosi ya Vivian. Jika sudah normal, pasien bisa diperbolehkan pulang."
Raut wajah Mariana dan Christian pun tampak bahagia.
"Oh ya, nanti saya merujuk ke dokter obgyn untuk memantau kondisi ibu dan janin. Baik itu saja yang dapat saya sampaikan. Saya permisi dulu"ucap dokter tersebut kemudian pamit undur diri.
"Baik dokter terimakasih."jawab Mariana dengan sopan.
Perawat pun datang untuk menggantikan infus Vivian yang sudah habis.
"Permisi pak, buk kami permisi untuk mengganti infus pasien."dengan lincah perawat tersebut menyelesaikan. Tugas nya dan pamit undur diri.
...----------------...
Christian menghela nafas panjang."Ha... Syukurlah kamu baik-baik saja sayang..."ucapnya menghampiri Vivian dan mengecup pucuk kepala putrinya dengan sayang.
Sepanjang hari Vivian, Mariana dan Christian hanya di ruangan saja. Karena Vivian tidak diperbolehkan untuk bergerak keluar. Hingga tibalah waktunya Vivian istirahat.
"Baiklah Vi... Kamu istirahat ya, semoga tidur yang nyenyak kami setia menunggumu"ucap Mariana pelan, tampak Vivian mulai memejamkan matanya karena efek obat.
Setelah Vivian tertidur, keduanya menghela nafas panjang. Christian langsung menjelaskan penjelasan dokter sebelumnya, Mariana sangat sedih. "Pa... Jadi kapan waktu tepatnya?"tanya Mariana yang sedikit khawatir akan hal yang akan terjadi kedepannya.
Jika saja Vivian tidak hamil muda, mungkin mereka bisa mengatakannya dengan leluasa.
Tak terasa sudah empat hari mereka di rumah sakit itu. Kini tibalah waktunya Vivian melakukan USG.
"Baiklah, silahkan berbaring tidak perlu tegang, relaks aja ya..."titah dokter obgyn tersebut lembut.
Vivian melakukannya dengan patuh, ia dapat merasakan sensasi dingin dari gel yang dioleskan ke perutnya. Kemudian sebuah alat langsung menjelajah perut tersebut. Tampak dimonitor seperti bayi yang masih belum sempurna, tapi sangat aktif bergerak.
"Bisa dilihat, ini janin yang kamu kandung... Tampaknya sangat sehat dan sangat aktif sekali... Usianya diperkirakan sudah memasuki bulan ke 5. Untuk jenis kelamin, selamat anak anda laki-laki pasti ia sangat tampan sekali..."mendengarkan penjelasan dokter itu, mata semua orang berkaca-kaca terutama Vivian. Dirinya tampak sangat antusias menantikan buah hatinya, ia terharu dan bertekad menjaga sang anak memastikan tumbuh tanpa kekurangan apapun itu. Itulah janjinya.
"Pa... Cucu kita laki-laki, jagoan ini akan memenuhi rumah kita yang sekarang terasa sepi..."ucap Mariana lirih pada Christian, Christian hanya mengangguk tanda setuju.
"Bersyukurlah, selama ini bayi ini sangat kuat. Benar-benar sebuah anugerah yang tuhan berikan dengan memberikan bayi yang kuat dan sehat seperti ini."lanjut dokter tersebut.
"Baik selama ini apakah ada kesulitan dalam menjalani kehamilan ini?"tanya dokter pada Vivian, setelah pemeriksaan tersebut.
"Sejauh ini tidak dok, cuma saya sering drop ketika ada sesuatu yang bisa mengguncang emosi saya. Untuk kedepannya saya berusaha menahan emosi tersebut, agar mental saya terjaga."mendengar penjelasan tersebut dokter tersebut paham dan beberapa juga telah dijelaskan oleh dokter sebelumnya yang menangani Vivian.
"Itu adalah solusi terbaik Vivian. Saya akan meresepkan beberapa obat yang dapat membantu proses pemulihan anda dan memperkuat kehamilan ini, mengingat kamu masih belia jadi kamu harus memperhatikan lebih kondisimu sendiri ya.."ucap sang dokter dan Vivian mengiyakan.
"Kira-kira kapan Vivian diperbolehkan pulang dok?"Christian pun angkat bicara.
"Besok sudah boleh, tapi saya ingatkan untuk istirahat yang cukup jangan paksakan sesuatu yang membuatnya lelah. Ini resep yang saya berikan"jawab dokter.
"Baiklah dok, terimakasih atas penjelasannya. Kami pamit undur diri..."Christian izin untuk undur diri, begitupun dengan Vivian dan Mariana.
Sementara Vivian dan Mariana ke ruangan, Christian segera menebus resep obat tersebut. Vivian sangat ketat dijaga oleh orang tuanya kali ini, karena keduanya takut kehilangannya. Tak terasa mereka pun segera bergegas pulang, tidak terus melanjutkan ke tempat dimana mereka harus berkunjung, itu semua demi kondisi Vivian dan Christian mengambil langkah yang terbaik.
...----------------...
Lanjut ke bab 17👉👉
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja