Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17- Kebrutalan Gadis
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
"Kamu kenapa, sih? Siapa yang kamu kejar?" Tirta menatap Rebecca dan ojek yang membawa Yusuf dengan heran.
"Saya sedang mengejar mas Yusuf, Pak," jawab Rebecca sedih dengan tatapan yang masih terus ditujukan pada Yusuf yang semakin menjauh bersama ojeknya.
"Yusuf? Jadi, itu orangnya?" Tirta menunjuk penumpang ojek yang semakin menjauh itu. Rebecca mengangguk.
🌻🌻🌻🌻🌻
Gadis meninggalkan rumah Marina dengan menumpang bajaj yang kebetulan lewat. Namun, para pengawal Marina masih terus mengikutinya sekalipun dia sudah lumayan jauh dari lokasi rumah tantenya tersebut.
Tampaknya Marina sangat marah dan sangat berniat untuk memberi pelajaran pada keponakannya itu.
"Masih ngikutin aja lho ya. Mau kalian apa, sih? Mau ngajak ribut? Lho pikir mentang-mentang gue cewek, jadi gue nggak bisa ngabisin lho semua?" tantang Gadis sambil berkacak pinggang begitu dia keluar dari bajaj karena mobil mereka berhasil menghadang bajaj yang ditumpanginya.
"Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah dari nyonya besar. Kalau tidak, kami bisa dipecat. Mohon kerja samanya, Nona," tegas kepala pengawal yang masih berusaha sabar menghadapi gadis badung itu.
"Gue juga mohon ya kerja samanya dengan kalian, sekarang kalian cabut nggak usah ngikutin gue lagi."
"Nona, kami sudah berusaha bicara baik-baik. Tolong jangan paksa kami untuk melakukan kekerasan," ancam sang kepala pengawal. Namun tidak sedikitpun membuat Gadis merasa gentar. Malah dia menanggapinya dengan senyum sinis.
"Lho ngancam gue? Lho pikir gue takut, sama badan-badan gedek kalian? Lama-lama gue beri juga ya. Sini lho kalau berani," seru Gadis yang juga mulai habis kesabaran, hingga tangannya terasa gatal ingin menghajar mereka.
Karena ditantang, akhirnya para pengawal yang berjumlah enam orang itu pun menyerangnya. Sesuai dengan hobinya, Gadis dengan senang hati meladeni serangan mereka.
Meski wanita dan seorang diri melawan keenam pria berbadan kekar itu, nyatanya Gadis tetap mampu mengalahkan mereka hingga terpental ke jalanan.
"Tadi baru rumah majikan songong lho yang gue bakar ya. Gimana, kalau sekarang lho semua yang gue bakar? Gue paling senang sih, main bakar-bakaran. Apalagi, korbannya orang-orang sok jagoan dan ngeyel kayak lho pada." Gadis mengeluarkan korek api dari dalam saku celananya, lalu menyalakannya sambil berceletuk.
Sambil menahan sakit akibat serangan brutal Gadis barusan, keenam pengawal itu tampak ketakutan dengan ancamannya, apalagi melihat korek api yang menyala ditangannya.
"Satu, dua, ti---"
"Nona, jangan!" seru kepala pengawal sambil berusaha bangkit dan mengangkat tangannya kedepan saat Gadis mengambil ancang-ancang akan melempar korek api itu kearah mereka.
"Tolong. Kami masih punya anak istri yang masih sangat membutuhkan kami. Tolong kasihani mereka," Pinta kepala pengawal itu dengan wajah memelas.
Gadis sangat senang dan puas melihatnya hingga senyum sinis tersungging di bibirnya.
"Gue kira lho pada udah nggak sayang lagi sama anak istri lho, makanya dari tadi ngeyel terus disuruh pergi."
Para pengawal itu saling beradu pandang. Mereka semakin gelisah dan bingung harus berbuat apa. Disatu sisi ada nyonya besar yang pasti akan memaki mereka habis-habisan, atau bisa jadi akan memecat karena gagal menangkap Gadis yang telah membakar rumahnya.
Namun disisi lain, orang yang diperintahkan untuk ditangkap ternyata sangat berbahaya melebihi singa betina. Salah-salah, nyawa mereka juga bisa melayang.
"Oke, gue hitung sampai tiga. Kalau lho semua nggak pergi juga, berarti kalian udah siap dong, jadi kambing guling." Gadis kembali mengancam dengan menggerak-gerakkan korek api ditangannya.
"Ayo kita pergi." kepala pengawal melirik para bawahannya.
"Serius, Bos? Nanti kalau nyonya besar marah, gimana?"
"Mau gimana lagi? Daripada kita mati dibakar hidup-hidup."
Mereka semua kembali masuk kedalam mobilnya yang kemudian melaju meninggalkan tempat itu.
"Badan aja gedek, sama korek api aja takut lho," ejek Gadis.
🍂🍂🍂🍂🍂
Gadis berjalan tanpa tujuan. Dia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Bukan karena kesasar atau lupa alamat rumahnya, namun dia enggan untuk kembali kerumahnya karena orang tuanya sendiri tidak menginginkannya ada diantara mereka. Buktinya, mereka membuangnya pada tante songong dan cerewetnya itu.
Jadi, sekarang dia akan lakukan keinginan mereka dengan tidak kembali lagi kesana. Mungkin dengan begitu, mereka akan senang karena tidak perlu lagi melihatnya. Anak yang selalu membuat masalah.
Dari arah yang berlawanan dan jarak yang lumayan jauh darinya, tampak seorang wanita paruh baya dengan penampilan sederhana, berjalan sambil menenteng kantong plastik berisi belanjaan. Wanita itu adalah ibu Santi. Tampaknya beliau habis dari pasar.
Tiba-tiba sebuah sepeda motor dengan dua orang pria diatasnya melintas disebelahnya. Pria yang duduk dibelakang merebut dompet bu Santi. Sedangkan pria yang didepan dan mengendarai sepeda motornya, terus melaju tanpa berhenti sedetikpun.
"Copet! Copet! Tolong! Copet!!" terkejut dan panik dompetnya dirampas, bu Santi berteriak sekeras mungkin sambil menatap kesekeliling, berharap ada yang akan membantunya.
Harapannya pun terwujud. Gadis yang berada disana tidak tinggal diam. Motor itu melewatinya dengan kecepatan tinggi.
Gadis berusaha mencari akal. Mengejar mereka juga rasanya percuma saja, dia tidak punya motor. Dia menatap kesekelilingnya, hingga tatapannya tertuju pada balok besar yang ada di pinggir jalan.
Gadis langsung mengambil balok itu dan melemparnya dengan sangat keras hingga menimpa punggung pria yang duduk dibelakang.
BRUUK!!
"Ahhhkkkk!!"
Akibatnya, si pengendara terkejut dan kehilangan keseimbangan hingga motornya terjatuh. Kedua pria yang terkapar di jalan itu bangkit dan berjalan mendekati Gadis dengan tatapan penuh amarah.
"Dasar cewek kurang ajar. Berani-beraninya lho ikut campur. Mau sok jadi pahlawan lho?!" maki pria yang tadi duduk dibelakang karena marah dilempari oleh Gadis hingga badannya terasa sakit.
"Nggak usah banyak omong. Sekarang balikin itu dompet ke pemiliknya, habis itu lho cabut," titah Gadis tanpa takut sedikitpun dengan wajah garang dan penuh amarah kedua pria berbadan besar itu.
"Mau sok jagoan ini cewek. Pakek acara ngancam segala." pria itu menatap Gadis dengan tatapan kesal dan meremehkan.
"Udah, kasih pelajaran aja," timpal temannya memanas-manasi.
Keduanya pun menyerang Gadis yang dengan sigap membalas serangan mereka. Bu Santi berjalan mendekati ketiga orang yang sedang bertarung itu dengan ngeri dan cemas, melihat seorang anak perempuan melawan dua orang pria berbadan besar. Dia ragu apakah gadis itu mampu mengalahkan mereka.
Wanita paruh baya itu menatap kesekelilingnya, berharap ada orang yang lewat dan membantu gadis itu. Namun harapannya percuma, jalan itu jalanan perkampungan sehingga jauh dari keramaian.
Namun, keraguannya meleset setelah beberapa saat kemudian Gadis berhasil menguasai pertarungan itu dan membuat kedua pria itu terpental.
"Apa? Masih mau lagi?" tantang Gadis sambil berkacak pinggang dengan gaya premannya. Membuat kedua pria itu saling beradu pandang dengan wajah ketakutan.
"Lho mau cabut sekarang juga, atau mau tunggu gue hajar sampai mampus?"
"Ampun-ampun."
BERSAMBUNG