Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Cekleekk ...!"pintu pun terbuka.
Dion akhirnya menemukan ibu mertuanya di dalam. Ternyat Bu Rossa sedang melihat hasil rekaman cctv yang iya taro di kamar tua Huda tadi.
Dion perlahan menutup pintu ruangan itu.
Bu Rossa jadi takut dibuatnya. Bisa-bisanya pria biadap ini menemukanya.
"Mau apa kamu??"hardiknya
Iya bergegas mengambil flash disk yang berisi bukti kejahatan menantunya yang masih terletak di meja.
Melihat itu, dengan sigap, Dion langsung merampasnya. Tenaga laki-laki memang selalu lebih kuat dibandingkan tenaga perempuan. Akhirnya benda penting itu berhasil di kuasai Dion.
"Braakkk ...!!" Iya pun menghampaskanya ke lantai.
Bu Rossa terkejut melihatnya.
"Ibu mertua ku sayang, anda pintar juga yah. Tapi sayang, itu tak sebanding dengan kepintaranku.
"Apa yang kau lakukan!"teriak Bu Rossa. Bukti satu-satunya yang iya punya kini sudah ludes akibat ulah menantunya.
"Jangan teriak-teriak Mah, bagaimana kalau Rika dengar nanti."lirih Dion dengan senyum anehnya.
"Mah, jangan lakukan itu lagi. Kalau tidak, aku akan membuat anda jadi janda seumur hidup."ancam Dion. Iya lalu keluar dari ruangan itu.
****
Setelah makan malam, Rika dan suaminya pun berpamitan.
"Mas, aku akan ke kamar papa sebelum pulang."
"Kau tunggulah di mobil."kata Rika.
"Biar aku ikut."
"Tidak usah, ada yang ingin aku katakan dengan papa."laranggnya.
Rika langsung bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar ayahnya lagi.
Tuan Huda masih saja terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Air mata kesedihan pun kembali bercucuran.
Sungguh malang nasib ayahnya. Dulu bisa pergi jalan kemanapun yang iya mau. Tapi sekarang, iya hanya bisa berbaring dan terus berbaring di atas tempat tidur.
Rika mengecup kening ayahnya dengan penuh kasih sayang.
"Pah, Rika mau pamit. Papa cepat sembuh yah, Rika sayang papa."
"Rika gak mau liat papa terus-menerus kayak gini."
Tiba-tiba Seseorang memegang pundaknya dari belakang. Rika membalikkan kepalanya dan melihat ibunya telah berdiri di belakangnya .
"Sayang ada yang perlu kamu jelaskan pada kami berdua."ucap Bu Rossa seketika.
"Apa mah?"
"Pernikahan kedua suamimu, Dion."
Rika bangkit, kini iya berdiri tepat di hadapan wanita yang melahirkannya.
"Mah, mas Dion menikah lagi karena Rika gak bisa ngasih dia anak."
"Apaa ...?"kaget Bu Rossa.
Tega sekali Dion melakukan itu kepada anaknya. Bu Rossa seakan tak percaya dengan alasan itu. Mengingat betapa besar cinta Dion pada Rika waktu dulu.
Seharusnya masalah ini dihadapi bersama bukan malah mengambil jalan pintas yaitu menikah lagi.
"Sudahlah, mah. Rika juga udah pasrah. Jika itu memang kemauan dia, yah biarkan saja."
"Bagaimana bisa dibiarkan? Rika, mama itu tau betul kalau kandunganmu itu subur, dokter juga berkata begitu kan."protes Bu Rossa.
Iya juga terkadang ikut menemani anaknya perika ke spesialis kandungan. Mana mungkin semua dokter kandungan yang iya datangi berbohong. Dion menikah lagi karena Rika tak bisa memberinya anak, itu sama sekali tak masuk diakal.
"Ini mungkin sudah takdir Rika mah, kujalani sajalah."cakapnya pasrah. Rika tak tau harus berbuat apa lagi.
Bu Rossa memeluk anaknya.
Iya menangis pilu mendengar cerita malang yang menimpa anaknya. Iya tak pernah membayangkan anak satu-satunya yang iya sayangi akan bernasib seburuk seperti itu.
Takdir memang tak bisa di tentukan, tapi nasib bisa ditentukan oleh manusia itu sendiri.
"Mah, Rika pamit dulu yah. Rika titip papah" ucapnya melepas pelukan.
"Iya sayang, mama pasti jagain papa kamu. Kamu harus kuat yah, anggap saja semua ini hanya mimpi buruk yang sebentar lagi akan berakhir. Jangan takut yah, ada mama dan papa di sini. Rika harus kuat."kata Bu Rossa menyemangati anaknya.
Iya tak tau harus berbuat apalagi untuk Rika. Sekarang, anaknya itu sudah berkeluarga, tak baik jika iya harus ikut campur dalam masalah rumah tangganya.
"Aku pergi dulu Mah," pamitnya tak rela.
Rika pun meninggalkan kediaman orang tuanya. Sekarang ini sudah larut malam, iya dan mas Dion langsung pulang ke rumah.
****
Jalanan malam ini tampak normal, dan baik saja. Kemacetan di pagi hari tak terjadi ketika malam hari. Dion santai saja mengemudikan mobilnya.
Rika menatap ke luar jendela mobil. Iya tampak menikmati perjalan pulangnya dengan lampu yang berkelap-kelip di pinggiran jalan.
Rika menyorotkan pandangan nya. Di sisi jalan iya melihat pedanggang sate yang masih berjualan semalam ini. Sudah lama rasanya iya tak mencicipi makanan tusukan itu.
Enak rasanya, apalagi makannya bersama pasangan. Rika jadi teringat waktu masih pacaran dulu. Dion sering kali mengajak Rika untuk menghabiskan waktu menyusuri jajanan pinggi kota. Sate adalah makanan favorit mereka waktu itu.
Rika tersenyum kala mengingatnya. Dion berusaha menabung untuk segera melamarnya. Makanya makan di pinggir jalan jadi tempat kencangnya. Ingin rasanya iya mengulang kenangan indah itu.
Dion tiba-tiba menghentikan mobilnya tepat di depan penjual jajanan sate itu.
Rika heran melihatnya. Setelah menikah, Dion bahkan tak pernah melirik penjual pinggiran lagi. Lalu kenapa sekarang malah berhenti di depannya.
"Rik, ayo turun."ajak Dion setelah mobil benar-benar berhenti.
"Hahh ...!! Turun?"kata Rika heran.
"Tuh ada penjual sate." Tunjuk Dion. Iya lalu membuka pintu mobilnya dan langsung keluar.
Wajah heran Rika tiba-tiba berubah menjadi wajah yang penuh dengan kebahagiaan.
"Ternyata Mas Dion juga mengingat kenangan indah itu." Batinnya.
Rika juga segera turun dan menyusul suaminya.
Dion tampak sedang bercakap dengan penjualnya. Rika pun menghampirinya dengan senyum bahagia di wajahnya.
"Pak! tolong buatkan satu porsi, dibungkus yah."pinta Dion.
"Kenapa dibungkus Mas?"tanya Rika.
Mereka kan bisa duduk dan makan di meja yang telah di siapkan.
Dion membalikkan wajahnya ke arah wanita yang sedang menanyainya.
"Reta kan dirumah, makanya dibungkus saja."
"Hahh!! Terus kita?" Tanya Rika dengan senyum yang tak lagi ada di wajahnya.
"Kita kan sudah makan! Jadi tak usah beli." Jawab Dion tanpa rasa bersalah.
Iya pergi bersama Rika tanpa memberi tahu Reta sebelumnya. Jika tak membeli sesuatu, Reta pasti akan marah.
"Tuan, ini pesanannmu."ujar penjual sate itu sembari menyerahkan satu bingkisan.
Dion pura-pura meraba kantongnya. Sebenarnya iya tak membawa dompet karena isinya sedang tak ada.
"Rik, tolong bayarkan dulu. Dompetku tak ada uangnya."bisik Dion.
"Haaahhh!! Bagai ...??"
"Sudah, diam. Langsung bayar saja. Protesnya di mobil saja." Serka Dion membisik.
Rika pun membayar makanan yang dibeli suaminya untuk istri keduanya.
Sekarang ini, iya benar-benar kesel dibuatnya. Tau begitu ngapain turun tadi. Sungguh perlakuan tak mengenakkan.
Keduanya kini kembali ke mobil.
Rika hanya menampakkan kekesalan dan kemarahan di wajahnya
Dion kembali mengemudikan mobilnya. Sesekali iya melirik ke arah istrinya.
Entah kenapa iya merasa Rika marah sekali dengannya. Tapi sudahlah, mungkin reaksi datang bulannya Kumat lagi, makanya seperti itu. Semua wanita pasti mengalaminya.
.......................happy reading.........
Bantu like and vote nya temanku yang baik hati
caranya gampang kok cukup tekan tombol di bawah ini aja. komennya juga yahhh aku pengen tau nih gimana sih pendapat kalian tentang sikap Dion terhadap Rika itu
skip lah.. bosan