Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Keinginan yang belum terjadi
Meskipun dalam keadaan sakit sekalipun Reina tetap memiliki sifat angkuh seperti biasanya, tanpa menjawab pertanyaan dari Leo, justru Lucas yang menjawabnya “dia baru saja tersadar Leo, aku membutuhkanmu untuk bisa menemani Reina disini. Aku harus segera kembali ke rumah”
“Kau mau meninggalkanku sayang?” tanya Reina kesal
“Aku sudah menemanimu dari semalam, dan aku harus kembali ke rumah karena Hazel sedang sakit” jawabnya dengan nada cukup tinggi, Leo yang melihatnya hanya tersenyum dalam hatinya.
Leo senang, karena bos nya itu telah memiliki istri yang begitu baik dan penyayang seperti Hazel karena Leo juga cukup mengenal karakter Hazel selama mereka bekerja disana di perusahaan milik Lucas.
“Kau.. apakah kau mulai menyukai wanita itu Lucas?” tanya Reina menginterogasi.
“Cukuplah Reina, bahkan kau yang sudah memberikan ide konyol ini untuk aku menikahi Hazel agar kau tetap mendapatkan semua kebutuhanmu bukan? Kau pikirkanlah dulu kesehatanmu ini” jawab Lucas.
“Astaga pak Lucas, bagaimana bapak bisa melakukan itu?” Leo terkejut akan ungkapan Lucas di depannya.
Tanpa ia sadari, Lucas dan Reina menatapnya sangat tajam. Leo yang mengerti bahwa dia dalam situasi yang rumit.
“Ba.. baiklah jika bapak ingin pulang. Saya akan menemani nona Reina disini”
“Segeralah pulih kembali, aku pulang dulu” ucap Lucas pamit pada Reina tanpa menciumnya terlebih dahulu seperti yang dilakukan Lucas pada Hazel.
“Leo, aku titip Reina padamu” tambahnya pada Leo dan dianggukan Leo.
Hazel, ditinggal sendirian di rumah besar yang sunyi, merasakan gelombang kecemasan dan kebingungan yang mendera pikirannya. Apakah dia benar-benar harus pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Lucas dan Reina? Tapi Lucas tidak pernah menyebutkan rumah sakit mana Reina dirawat. Kesetiaannya pada Reina membuat Hazel merasa diabaikan, meskipun dia juga sedang tidak enak badan. Dia mulai bertanya-tanya, mengapa Lucas begitu terikat dengan wanita yang tampaknya hanya menyebabkan masalah.
“Tidak, aku tidak boleh menyerah. Aku harus bisa mendapatkan hatinya,” gumam Hazel, semangatnya membara di tengah rasa sakit dan kelelahannya.
Tiba-tiba, suara pintu terbuka menggema di rumah yang besar. Hazel, yang merasakan kedatangan Lucas, bersiap untuk menghadapi suaminya dengan strategi baru.
“Bi Sari, siapa itu?” tanya Hazel dengan suara rendah, berusaha memastikan.
“Tuan Lucas, Nyonya,” jawab Bi Sari dari kejauhan.
Ketika Lucas kembali, Hazel segera merencanakan langkah selanjutnya untuk menarik perhatian Lucas. Dia ingin memastikan bahwa upayanya akan efektif. Dia merancang sebuah tes untuk melihat apakah Lucas akan memilih untuk tidak bekerja hanya untuk berada di sampingnya hari itu. Jika strateginya berhasil, itu akan menjadi tanda bahwa dia mungkin masih memiliki kesempatan untuk memenangkan hati suaminya.
“Bi Sari, kemari sebentar,” panggil Hazel, suaranya lembut namun penuh dengan niat tertentu.
Bi Sari segera mendekat, mendengarkan instruksi majikannya dengan penuh perhatian. “Bi, tolong katakan pada Pak Lucas bahwa aku baru saja tidur lagi setelah menunggunya cukup lama. Katakan padanya bahwa bibi sangat kasihan melihatku harus ditinggal sendirian dalam keadaan yang kurang sehat seperti ini, ya Bi,” bisik Hazel, merencanakan setiap kata dengan cermat untuk memastikan pesannya sampai dengan cara yang paling simpatik.
“Siap, Nyonya,” jawab Bi Sari dengan tegas, memberikan isyarat jempol sebagai tanda dukungan dan persetujuan.
Bi Sari berjalan kembali ke ruang tamu untuk menyampaikan pesan itu kepada Lucas, sementara Hazel menunggu di kamar, hatinya berdebar, berharap bahwa taktiknya akan membuahkan hasil yang diinginkan: perhatian penuh dari Lucas, yang selama ini tampaknya terbagi antara dia dan Reina.
Lucas, yang baru saja memasuki rumah, terhenti sejenak ketika mendengar pesan dari Bi Sari. Wajahnya mengungkapkan campuran kelelahan dan kekhawatiran.
“Hazel baru saja tidur lagi, Tuan. Dia benar-benar menunggu kedatangan Anda, dan tampak sangat lelah,” kata Bi Sari dengan nada yang dipilih secara hati-hati untuk menekankan kondisi Hazel.
Lucas mengangguk, rasa bersalah membanjiri ekspresinya. “Apakah dia sudah makan bi?” tanya Lucas. Seketika bi Sari kebingungan harus menjawab apa.
Tanpa mendapat instruksi apapun dari Hazel, bi Sari menjawab bahwa Hazel belum makan pagi ini “belum tuan” jawabnya.
“Baiklah, tolong ambilkan makanan untuk Hazel ke kamar ya bi” ucapnya sebelum beranjak menuju kamar untuk melihat keadaan Hazel.
Di kamar, Hazel berpura-pura tidur dengan memutuskan untuk menggunakan lingerie seksi untuk menarik perhatian Lucas, matanya terpejam namun pikirannya terjaga, mendengarkan setiap langkah yang mendekat. Hatinya berdebar saat mendengar pintu kamar dibuka pelan dan langkah kaki Lucas yang mendekat.
Lucas duduk di tepi tempat tidur, mengamati Hazel yang tampak tertidur pulas dengan pakaian yang sangat seksi. Dia menyentuh tangan Hazel dengan lembut, ditarik oleh perasaan penyesalan dan kekhawatiran. “Hazel, aku minta maaf karena membuatmu menunggu,” bisiknya, meski tahu bahwa Hazel mungkin tidak mendengarnya.
Bisikan itu justru membuat bulu kuduk Hazel meremang, sebab karena ulahnya kemarin, rasanya dirinya ingin terus berada di samping Lucas.
"Eh, Bapak sudah pulang?" ucapnya dengan nada yang dihiasi kelelahan buatan dan mengusap matanya lembut.
"Maaf, kalau aku mengganggu tidurmu," kata Lucas, suaranya menunjukkan rasa bersalah.
"Tidak, aku tidak benar-benar tidur. Bagaimana keadaan Reina?" tanya Hazel, mempertahankan kekhawatiran yang ia rasa perlu untuk menunjukkan empati, meskipun jauh di dalam hati, rasa cemburu menggelayuti pikirannya.
"Dia sudah sadar, dan Leo menemaninya sekarang," jawab Lucas, matanya tak lepas dari wajah Hazel, mencari tanda-tanda reaksi.
Tiba-tiba, suara ketukan di pintu memecah kesunyian. Bi Sari masuk dengan baki makanan di tangannya. "Permisi Tuan, Nyonya, ini makanannya."
"Terima kasih, Bi," Lucas merespons sambil mengambil baki dari tangan Bi Sari.
"Selamat makan, Tuan, Nyonya," ucap Bi Sari sebelum meninggalkan ruangan dengan hati-hati.
“Bapak mau makan?” tanya Hazel.
Setelah Bi Sari meninggalkan ruangan, Lucas menoleh ke Hazel dengan rasa khawatir yang tergambar jelas di wajahnya. "Kamu belum makan hari ini, kan? Bi Sari bilang begitu. Aku sangat khawatir. Mau aku suapi? Tapi setelah ini, aku harus ke kantor."
“Astaga, aku baru saja makan tadi sebelum pak Lucas kembali. Kenapa bisa bi sari menjawabnya aku belum makan. Aku juga banyak sekali makan tadi karena frustasi menunggu pak Lucas. Aku harus bagaimana ini” gumam Hazel dalam hati sembari tersenyum kikuk dibuatnya dan mencoba menunjukkan ekspresi sedih.
Melihat ekspresi murung Hazel, Lucas merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki suasana. “Kenapa?” tanyanya, penuh kepedulian.
Hazel, melihat kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak waktu bersama Lucas, mengambil inisiatif dengan meraih lengan Lucas dan mengusapnya lembut. “Jika aku makan, apakah bapak bisa tinggal di rumah hari ini dan esok saja? Aku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama. Bapak telah pergi sejak semalam,” katanya dengan nada manja.
“Baiklah, aku akan menghubungi Leo untuk mengatur pekerjaan dari rumah,” ujar Lucas, tergerak oleh permintaan Hazel.
“Benarkah?” Hazel berseri, wajahnya berubah menjadi sangat bahagia, sebuah kontras yang jelas dengan wajahnya yang murung tadi.
Lucas tersenyum, “Apakah kamu senang sekali?”
“Tentu, terima kasih,” ucap Hazel tersenyum manis dan memberikan kecupan singkat di pipi Lucas.
Mereka berdua kemudian duduk untuk makan bersama. Lucas mulai menyuapi Hazel dengan lembut, namun setelah beberapa suapan, Hazel merasa kekenyangan. “Aku tidak kuat lagi, aku sangat kenyang,” katanya setelah suapan keempat.
“Baru empat suapan dan kamu sudah kenyang?” tanya Lucas, setengah bercanda.
Tiba-tiba, Lucas menyadari ada sesuatu yang janggal dengan situasi ini, terutama melihat ekspresi mencurigakan dari Bi Sari sebelumnya. “Oh, rupanya kamu dan Bi Sari mencoba membohongiku, ya?” katanya sambil mulai menggelitik Hazel.
Hazel tertawa terbahak-bahak. “Hentikan, hahaha!”
Hazel menambahkan, “Lihatlah di jendela, hujan turun sangat deras, rasanya nyaman sekali jika sore hari begini turun hujan.”
“Kamu mau berbohong lagi ya?” tanya Lucas, sambil terus menggelitiknya.
“Apakah kamu tidak mendengarnya? Mungkin kamu perlu periksa ke THT,” Hazel bergurau.
“Kau!!!” Lucas terus menggelitiknya tanpa henti, hingga akhirnya ia melihat ke arah jendela, benar adanya kalau hujan sedang turun deras.
Seketika pikiran Lucas mengingat kejadian kemarin bersama Hazel, andaikan orang lain tidak menghubunginya karena Reina yang di bawa ke rumah sakit, mungkin hal yang diinginkannya akan terjadi.
Tetapi, dirinya juga sangat sungkan untuk meminta hal konyol itu pada Hazel.