Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Wisuda berjalan lancar hingga menjelang siang. Alhamdulillah aku lulus dengan IPK 3,70. Ditengah-tengah kebahagian dan rasa haru, aku justru merasa pusing dan mual.
Untungnya Ibu ,Ayah dan Mama masih setia mendampingiku hingga acara selesai. Roy sudah berpamitan pergi dari tadi ketika aku sebelum aku naik podium. Entah kemana lagi dia pergi, tak sempat aku bertanya karena tempat duduk kami berjauhan.
Meski sudah sangat lemah, aku masih tersenyum untuk diambil foto bersama. Tak banyak berpose, karena aku semakin pusing.
" Dara, kamu pucat banget nak, keringat dingin lagi " ucap Ibu sambil memegang tanganku.
" Iya bu, mungkin terlalu capek dan masuk angin. Dari kemrin aku udah ga enak badan, pusing sama demam juga." Jawabku sambil bersandar ke bahu ibu.
" Ya udah, kalo gitu kita balik aja. Ga perlu perbanyak foto lagi, yang penting udah tadi foto sekali. " Ajak Ibu.
" Ibu, boleh aku pulang ke rumah ibu hari ini? Aku ga enak ngerepotin mamanya Roy. Dari kemarin mama yang ngurusin aku waktu demam sama mual. " Pintaku ke mama sambil menoleh ke arah mamanya Roy yang berbincang dengan kenalannya kebetulan bertemu di depan antrian studio foto.
" Boleh nak, kapan aja kalo kamu pengen pulang silahkan, pintu terbuka lebar untuk anak-anak Ibu. " jawab mama.
" Tapi harus ijin suami dan mertua dulu nak " Ayah menimpali.
" Baik Ayah aku telpon Roy setelah ngomong sama mama." Akupun mendekati mama untuk ijin pulang ke rumah mama.
" Ma " sapaku tanpa berniat mengganggu percakapan mertuaku dan temannya. Mama menoleh langsung tersenyum dan menyambutku.
"Hai, mari nak mama kenalin sama Bu Retno, dia teman SMA mama, kebetulan anaknya juga Wisuda. " mama memperkenalkan aku dengan temannya. Akupun mengulurkan tangan.
" Dara tante " sapaku sambil tersenyum walaupun menahan pening kepala.
" Retno, eh kok Dara tangannya hangat? Sepertinya kamu demam. " Tanya Bu Retno
" Iya tan, makanya aku ke sini mau ijin mama balik lebih dulu. " jawabku sambil menoleh ke arah mama.
" Kamu demam lagi nak? Harus ke dokter ya. Dari kemarin lo demamnya naik turun.
" Ga papa ma, hanya capek aja. Istrahat sebentar juga pulih lagi. " Jawabku
" Kalo begitu, kita balik duluan ya. Bu Retno aku duluan ya, menantuku sakit ini. Nanti kapan-kapan kita ketemu lagi " Mama sekalian pamit ke temannya. Berjalan menuju Ayah dan Ibu yang duduk menungguku depan studio.
" Ma, Dara boleh ijin pulang ke Rumah Ayah? "
" Tapi kamu masih butuh istrahat sayang " Jawab mama.
" Iya ma, mama tenang aja. Di sana Dara cuma mau tiduran aja, ga ngapa-ngapain. Kayaknya aku hanya rindu rumah deh hehehe...... "
" Ya udah, boleh tapi mama antar ya... "
" Iya mah, aku telpon Roy dulu. Mau ijin. "
Kali ini untuk menghubungi Roy tidak sulit, langsung diangkat. Akupun mengutarakan tujuanku. Aku berniat mau nginap di rumah Ibu untuk beberapa hari ke depan. Tak ada tanggapan apapun darinya, sepertinya dia sibuk. Bahkan telponku langsung ditutup setelah perbincangan selesai tanpa basa-basi.
Aku pulang bareng Mama dengan taxi online. Sementara Ayah dan Ibu sudah lebih dulu berboncengan naik motor.
" Mas, nanti di depan belok kanan dulu ke arah Jalan Merpati. " mama mengintruksikan sopir untuk mengantarku lebih dulu
Setelah sampai, akupun turun. Mama masih tampak khawatir, masih menawarkan aku untuk ke Dokter. Dan aku pun masih dengan pendirianku hingga mama akhirnya mengalah.
Begitu masuk ke dalam rumah aku sudah mencium Aroma masakan. Kutengok dapur, tampak kakakku sedang menyiapkan makanan.
"Wah masak enak nih kalo Mba yang masak "
" Iya dong buat menyambut seorang Sarjana heheh"
" Alhamdulillah mba, tapi aku mau istrahat dulu. Belum lapar " jawabku dan langsung masuk kamar setelah salim dan memeluk kakaku sebentar. Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian rumahan, aku langsung rebahan.
Aku tak bisa memejamkan mata, pikiranku menerawang memikirkan kemana perginya suamiku. Bukankah tadi pagi dia sangat bersemangat untuk hadir di acara wisudaku? Tadi jangankan untuk menemani dan ikut foto bersama, bahkan belum sempat aku naik podium Roy sudah pergi. Alasannya ke Mama adalah urusan pekerjaan.
Seharusnya dari awal ga usah datang, tidak perlu memberi harapan. Sedikit jengkel, belum selesai masalah kemarin malam ditambah lagi hari ini.
Pintu kamar tebuka, tampak ibu datang membawakan aku bubur.
“ Nak, kamu makan dulu ya. Setelah itu istrahat. “
“ Baik bu “ akupun memakan bubur yang dibawakan ibu, tapi bebelum aku menelannya terhirup aroma bubur ayam, aku tak suka dengan aroma bumbu dalam bubur itu membuat perutku bergejolak dan mual. Segera aku berlari ke belakang. Dan memuntahkannya. Ibu pun mengikutiku dan sambil memija punggungku Ibu membawakan aku air hangat.
“Masih mual? “ tanya ibu
“ Udah bu, kayaknya aroma bawang putih dari bubur itu yang membuatku mual “ jawabku sambil berdiri dan berjalan ke arah kamar.
“ Ada bubur polos ga bu? Ga usah di campur-campur sama bumbu dan ayamnya. Cukup bubur polos aja sama telur rebus yang tadi"
“Loh, tumben kok ga suka bubur ayam, biasanya kamu yang paling hobi makan bubur ayam.” jawab Ibu
“ Ga tau bu, mungkin efek perutku yang masih kurang enak.”
“ tapi, eh apa jangan-jangan... nak apa kamu sudah telat datang bulan?”
“ hmmmmm.... terakhir haid sih seminggu sebelum pesta pernikahan bu, sejak menikah belum ada kayaknya “ akupun terdiam dan memandang ibu. Sepertinya aku dan ibu punya pemikiran yang sama.
“ Nah kan, sepertinya kamu hamil “ Ibu menebak
“ Sebentar Ibu minta tolong mbakmu belikan tespek. Kamu istrahat di kamar nanti Ibu buatkan bubur polos buat kamu. “ lanjut Ibu sambil berjalan keluar dari kamar membawa mangkuk berisi bubur ayam tadi.
Tak berselang lama Ibu membawakan bubur polos dan menyuruhku cepat-cepat makan. Bahkan Ibu ingin menyuapi aku makan, tapi aku menolak. Ibu terlalu berlebihan.
Ternyata benar aku hamil, ada dua garis biru di tespek.
Ya Tuhan, benarkah aku hamil? Apakah aku harus memberitahukan kabar baik ini kepada Roy? Tapi untuk apa? Roy seperti tidak peduli kepadaku belakangan ini. Aku jadi pesimis. Ah ataukah aku hanya sensi saja? Dan mungkin ini adalah kabar baik untuk keluarga dan suamiku.
Kukirimkan gambar tespek yang bergaris dua ke WA nya Mama, sengaja Mama yang lebih dulu ku kabari, Roy nanti setelah pemeriksaan Dokter.
“Sepertinya ini yang membuatku mual dan kurang sehat belakangan ini Ma....“
"Benarkah? Ya ampun. Kalo gitu sekarang juga Mama jemput kamu kebetulan ada Arini kita langsung ke rumah sakit, kamu siap-siap ya"
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 ketika Mama dan Kak Arini tiba, setelah ijin Ibu kami pun langsung menuju Rumah Sakit Bunda. Mama memilih Rumah Sakit Bunda, karena di sana Dokter Kandungan langganannya kak Arini kebetulan masih sepupu jauh Mama.
Tak perlu mengantri lama, pemeriksaan selesai. Aku positif hamil 5 minggu. Ketika mama dan kak Arini masih mengobrol dengan Dokter depan Ruangan aku ijin ke toilet karena tiba-tiba kebelet. di ujung selasar sebelum berbelok ke toilet aku melihat seperti Roy sedang mendorong kursi roda. Tampak belakang sih, tapi aku sangat mengenal Roy. Kuurungkan niatku ke toilet dan berjalan tergesa untuk mengikuti Roy namun karena jarak terlalu jauh aku kehilangan jejaknya.
Aku semakin berprasangka ke Roy, apa benar dia yang tadi kulihat? Tapi siapa ? Siapa pasien yang dia jaga sehingga rela meninggalkan hari wisudaku. Apakah orang itu penting?