Cerita anak Alana dan Devan. Ini versi terbarunya jadi cerita yang ada di dalam kisah adiknya nggak dibuat.
...
Karena kesalahan orangtuanya yang mengenali anak lain sebagai dirinya. Hidup Bella sangat menyedihkan di keluarga orang lain. Namun tiba-tiba saja identitasnya terungkap dan ia akhirnya mengetahui orang tua kandungnya.
Sayangnya kehadirannya tidak pernah di terima oleh orang tua dan kakak laki-lakinya. Mereka lebih mencintai anak salah itu dan mengabaikannya.
Belum juga mendapatkan kasih sayang orang tua. Bella di paksa menikah dengan pria misterius yang mengaku sudah menikah dan tua.
Ikuti cerita Bella yang penuh dengan lika-liku kehidupan dan balas dendam pada orangtuanya terutama anak perempuan yang sudah menempati posisinya pulihan tahun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Budak Cinta Istri
Bella yang tadinya sibuk membuat teh langsung berhenti ketika air panas tiba-tiba mengenai punggung tangannya. Itu sangat sakit dan dia tidak menyadari kalau sejak tadi ada sepasang mata mengawasinya.
Al yang awalnya hanya ingin mengawasi setiap gerak gerik wanita itu langsung panik. Itu di luar dugaannya dan tidak ia sadari sama sekali.
"Kemarilah."
Bella terkejut mendengar suara Al. Ia tidak menyangka kalau Al mengawasinya sejak tadi. Bagaimana bisa Bella tahu kalau ia di awasi. Itu semua karena Al terlihat sudah nyaman duduk di sofa yang memang terlihat dari dapur.
"Apa aku sudah membuat kesalahan? Jika ya, tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi." Bella benar-benar takut dengan kemarahan Al. Rasa trauma masih ada saat ia hampir mati di kolam renang. Bagaimanapun ekspresi Al sangat menyeramkan ditambah lagi Bella ingat bagaimana pria itu menyiksa seorang pria paruh baya beberapa hari yang lalu.
"Kenapa kau begitu sangat takut? Apa aku mengatakan bahwa aku akan menghukum mu?" Al merasa Bella terlalu berlebihan. Dia hanya ingin mengobati tangannya tidak lebih.
"Kau terlihat marah, dan aku yakin bahwa aku sudah menyinggung mu."
Mendengar perkataan Bella membuat Al tertawa. Bukan jenis tawa yang menyenangkan di mata Bella. Itu tawa yang menakutkan.
"Aku memanggil mu untuk melihat luka di tangan mu. Sekarang datanglah kemari atau kau ingin aku yang datang ke sana?"
Bella menggelengkan kepalanya. Ia langsung berjalan ke arah Al lalu duduk di sisi Al dengan patuh.
Saat jantungnya berdetak kencang, tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang dingin di tempat luka akibat air panas tadi. Bahkan, matanya terbelalak ketika melihat sang suami mengobati bekas siraman air panas yang melepuh.
"Kenapa kau sangat ceroboh? Lihatlah, anak perempuan tidak boleh membiarkan tubuhnya terluka. Ini akan jelek dan jadi bahan ejekan orang lain."
Entah kenapa, air mata Bella tiba-tiba menetes. Ia terharu, Al seperti ibu angkatnya yang merupakan ibu kandung Lita. Setiap kali ia mendapatkan luka, pasti sang ibu angkat akan mengobati lalu mengucapkan kata-kata yang hampir sama dengan Al.
Suara tangis Bella sampai ke telinga Al. Ia yang tadinya fokus pada luka kecil sang istri mengangkat kepalanya lalu melihat pipi wanita tersebut sudah di basahi oleh air mata. Awalnya Al berpikir kalau alasan Bella menangis karena menahan sakit, jadi ia melembutkan gerakannya saat mengobati namun tangisan itu semakin menjadi-jadi dan Al sadar bahwa penyebab tangisan istrinya bukan apa yang ia pikirkan.
"Ada apa? Kenapa kau menangis?" Al menghapus air mata yang dulu sangat ia benci. Kadang, Al bertanya-tanya mengapa seorang wanita selalu suka menangis. Bahkan saat bahagia pun mereka akan menangis.
"Ak-aku... tiba-tiba rindu pada ibu." Tangisannya masih sama. Bahkan usapan Al tidak meredakannya.
"Kenapa tiba-tiba?" Al yakin ibu yang Bella maksud adalah ibu yang merawat Bella selama ini bukan ibu kandung Bella yang bernama Doroty.
Tidak perlu ditanya dari mana Al tahu kehidupan Al. Jauh sebelum tuan William menemukan Bella. Al sudah mengetahui identitas wanita yang dulu pernah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan hidupnya.
Ya. Alasan Al menikahi Bella karena wanita itu pernah nyaris meninggal dunia karena menolongnya. Al tidak akan pernah melupakan kebaikan Bella.
"Karena ibu juga melakukan hal yang sama setiap kali aku terluka. Kata-kata kalian hampir mirip, itu membuat ku teringat padanya."
Tiba-tiba saja Bella ingin mengunjungi keluarga angkatnya. Walau hidup serba kekurangan tapi keluarga itu selalu merawat Bella dengan penuh kasih sayang.
Karena tidak terbiasa menghibur wanita menangis. Al memutuskan memberikan pelukan, ia meletakan kotak P3K ke atas meja lalu membawa Bella ke ranjang dan menyelimutinya.
"Sekarang tidurlah, kau pasti lelah," ucap Al sambil memeluk tubuh Bella. Memberikan kehangatan yang berbeda untuk wanita tersebut.
Rasa rindu sedikit terobati ketika mendapatkan pelukan dari Al. Bella merasa nyaman, ia bahkan menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang suami lalu tidur dengan damai.
Al yang masih terjaga tiba-tiba tersadar. Ia merasa aneh pada perubahan yang sedang terjadi padanya. Awalnya, ia sangat ingin marah setelah melihat luka di punggung tangan Bella. Namun, entah kenapa ia tidak bisa marah setelah melihat ekspresi Bella. Hal yang tidak pernah ia alami sebelumnya.
"Sepertinya besok aku harus bertemu mereka. Ini sangat tidak normal bagi ku." Belum selesai dengan keanehan menahan amarah. Al kembali sadar tentang kebaikannya yang tiba-tiba bersedia mengobati luka milik sang istri. Ini perubahan yang tidak pernah Al rencanakan. Bayangkan saja, lukanya saja tidak pernah ia perlakukan istimewa namun untuk Bella, semua dapat berubah begitu saja.
***
Seperti yang sudah Al katakan, ia memang benar-benar meminta teman-temannya berkumpul terutama Rafael yang sudah menikah. Rasa penasaran serta tidak nyamannya membuat ia harus bertanya.
"Ku pikir aku mulai tidak normal," ucap Al membuat keempat temannya terkejut. Jika itu hanya Raiden dan Larry yang mendengarnya, maka mereka langsung paham apa maksud Al namun berbeda dengan Rafael dan Bram yang masih belum mendengar berita pernikahan Al.
"Kau memang sudah tidak normal," ucap Larry membenarkan membuat Raiden langsung memukul tangan temannya agar diam. "Apa? Kenapa kau memukul ku? Al memang sudah tidak normal setelah menikah."
Nah, kali ini Rafael dan Bram semakin terkejut. Sahabatnya sudah menikah namun mereka tidak tahu itu.
"Kau sudah menikah?" tanya Bram.
"Ya, tapi pernikahan tanpa cinta. Aku cukup puas dengannya, jadi kami tidak perlu memberitahu publik." Semudah itu Al mengatakan hal tersebut, membuat Rafael yang sudah menikah ingin memukul kepalanya.
"Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu? Apakah pernikahan di mata mu hanya sebatas kau puas? Apa kau tidak pernah memikirkan perasaan wanita yang menjadi istri mu?" Rafael mulai memberi nasehat. Bram, Raiden dan Larry menjadi jengah. Sebenarnya Al juga akan sama namun karena sekarang ia sudah menikah. Maka ia akan mendengarkan setiap perkataan Rafael.
"Tidak ada cinta, jadi kenapa aku harus repot-repot memikirkannya? Lagi pula aku memberikan apa yang tidak bisa ia dapat sebelumnya. Bukankah ini setimpal?"
Akhirnya, karena tidak tahan lagi. Rafael memukul kepala Al. Tidak perduli jika pria itu marah, benar-benar membuat emosinya memuncak ketika mendengar setiap kata terkutuk dari Al.
"Kenapa kau memukul ku?" Meski merasa tidak senang, Al tidak benar-benar marah. Ia hanya mengelus kepalanya yang habis terkena pukulan.
"Kau pantas mendapatkannya!"
Bram, Raiden dan Larry mengacungkan jempol pada Rafael. Hanya pria itu yang berani memukul dan memperlakukan Al sedemikian rupa, mereka saja tidak berani.
"Bukankah semuanya terasa normal?"
"Sepertinya saat pembagian otak Tuhan lupa memberikan mu rasa kemanusiaan."
Mendengar bahwa Rafael terus saja menghinanya. Al menjadi kesal sendiri, wajar kalau ia seperti itu. Bagaimana pun selama hidupnya ia tidak pernah jatuh cinta dalam artian yang benar, hanya saling suka. Jauh berbeda ketika ia menikah dengan Bella.
"Tolong beritahu dia, Raf. Kau tahu EQ nya kurang sehingga cukup bodoh tentang hubungan." Bram akhirnya angkat bicara. Ia tidak ingin Rafael memukul dan menghina Al terus-menerus sehingga menyebabkan tragedi.
"Benar, berita dia secara langsung namun jangan gunakan kata-kata lembut. Katakan saja walau kasar." Larry membantu.
Sebenarnya Rafael sadar tentang kebodohan Al tentang cinta. Itu jugalah yang membuat ia tidak terlalu menghina Al.
"Apa yang membuat mu merasa tidak normal?" tanya Rafael.
"Aku menahan amarah, bertindak seperti suami penuh cinta, mengobati lukanya, memberikan pelukan padanya, membalas orang-orang yang berani menyakitinya, tidak lagi pulang malam. Entah kenapa kaki ku selalu ingin pulang ke rumah, mata ku juga tidak suka melihat wanita lain. Hanya ada namanya di pikiran ku serta senyum manisnya membuat ku menjadi lebih bersemangat."
Waw, keempat pria tersebut tercengang. Terlalu banyak hal yang tidak normal terjadi pada Al, mereka saja tidak sebucin itu saat jatuh cinta.
"Kau jatuh cinta," ucap Rafael.
"Tidak mungkin, saat bersama Hana aku tidak pernah merasakannya. Apakah aku sedang menderita penyakit serius?" Sebenarnya Al tidak pernah mencintai atau jatuh cinta pada wanita yang ia sebut Hana. Mereka hanya pernah berkomunikasi beberapa kali lalu setelah itu hilang kontak karena Hana merasa di permainkan.
Kali ini keempat pria tersebut tertawa puas. Membuat Al mengerutkan keningnya karena tidak mengerti mengapa mereka tertawa.
"Kenapa kalian tertawa? Apakah penyakit mengerikan seperti itu seperti lelucon untuk kalian?" Al menjadi tidak bahagia sekarang.
"Ya, kau memang terkena penyakit serius."
"Benarkah? Penyakit apa? Cepat berita tahu aku?" Benar kata Bram. EQ Al memang tidak setinggi IQ nya.
"Penyakit Bucin. Bahkan sudah tahap tidak bisa di obati." Yah, Rafael yang sudah mengalami tentu saja tahu. Ia juga terkenal sebagai budak cinta istrinya.
"Apa itu Bucin?" Sepertinya Al baru pertama kali mendengar hal tersebut.
"Kau resmi menjadi budak cinta. Bucin merupakan kepanjangan dari budak cinta, kau budak istri mu mulai sekarang. Selamat, akhirnya kau berdiri di samping Rafael yang juga sudah lebih dulu menjadi budak cinta istrinya." Senang rasanya melihat sahabat yang mereka pikir gay ternyata bisa menjadi budak cinta.
"Kau pasti salah! Aku tidak mungkin menjadi budak cinta." Al masih tidak ingin mengakuinya.
"Jika istri mu nantinya pergi meninggalkan mu. Apa hal pertama yang akan kau lakukan? Mencarinya atau menikah lagi?" tanya Rafael.
"Tentu saja mencarinya. Aku tidak ada niat menikah lagi."
"Maka kau sudah jatuh cinta padanya. Jika tidak, bagaimana bisa seorang Alexander yang terkenal dingin dan kejam, repot-repot melakukan pencarian. Bisa saja kau menikah kembali, toh masih banyak wanita di dunia ini."
"Bukankah itu normal? Lagi pula aku bukan pria murahan yang suka gonta-ganti pasangan, apalagi istri."
Sepertinya Al masih saja menolak mengakui atau memang ia merasa bahwa definisi dan kata-kata cinta yang Rafael serta Bram katakan tidak masuk akal. Ia selalu berfikir logis namun lupa kalau cinta memang sulit di utarakan bahkan mencari alasan mengapa bisa jatuh cinta saja sulit.
"Terserah pada mu. Saat nanti istri mu pergi mungkin saat itu juga kau baru menyadari kalau kau memang sudah jatuh cinta." Pada akhirnya Rafael menyerah memberitahu Al. Percuma, manusia seperti Al jika belum di berikan contoh atau belum benar-benar merasakan tidak akan mudah percaya.
Mendapati bahwa tidak ada jawaban yang sesuai keinginan Al memutuskan pulang. Mungkin melihat istrinya bisa menenangkan pikirannya, lagi-lagi Al tidak sadar kalau dirinya memang sudah jatuh cinta.
***
Abbas, Doroty Lita dan Ludwig dibuat panik ketika mendengar tuan William, yang notabennya ayah Abbas akan datang ke kediaman untuk bertemu Bella.
Sebenarnya itu bukan hal yang mengejutkan sebab William lebih menganggap Bella sebagai cucunya dibandingkan Lita yang tidak ada hubungan darah sama sekali dengan keluarga William.
Mungkin awalnya William merasa sayang pada Lita. Namun, pria paruh baya yang menjunjung tinggi kekeluargaan dan hubungan darah langsung menjadikan Lita nomor terakhir di dalam keluarga setelah kehadiran Bella. Hal tersebut jugalah yang membuat Lita semakin membenci Bella. Ia merasa Bella mengambil tempatnya.
"Apa kau sudah menghubungi Albert?" Hanya Albert yang mereka kenal. Jadi Abbas meminta sang putra menghubungi Albert untuk memberitahu Bella agar segera pulang.
"Belum. Tapi aku rasa itu tidak perlu, Pa. Semakin sedikit kakek berinteraksi dengan Bella maka semakin besar peluang Lita kembali di sayang kakek. Lagi pula aku lebih suka Lita menjadi adik ku dibandingkan Bella yang kampungan."
Lita menyembunyikan senyum kemenangannya setelah mendengar perkataan Ludwig yang merupakan kakak kandung Bella. Dia berhasil merebut ayah, ibu dan kakak Bella. Lita yakin dia juga bisa menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga William dan Valvet.
"Ludwig benar, Sayang. Lagi pula ayah hanya membutuhkan waktu. Aku yakin Lita pasti akan kembali di sayang ayah dan anak sialan itu dibuang."
Abbas setuju dengan perkataan putra dan istrinya. Lagi pula Lita jauh lebih membanggakan menjadi putrinya dibandingkan Bella yang merupakan darah dagingnya.
"Baiklah. Lita, tolong yakinkan kakek mu kalau kau lebih baik dari pada anak sialan itu."
"Baik, Pa."
Lita nyaris melompat karena bahagia. Ia benar-benar berhasil sekarang. Yakin kalau tuan William akan kembali menyayanginya.