Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
"Kamu bukan hanya berpelukan sama
Tatiana, kamu hercumbu Mas, "ucapku pada Mas Adi yang sedang berbicara. Sepertinya aku mulai tidak peduli dengan keberadaan Mama dan Papa karena sudah terlanjur emosi, "Nesa, pelankan nada suaramu," peringat Papa. "Aku nggak pernah bercumbu Fir. Posisi kamu di belakang kami yang membuatnya kelihatan seperti itu." Mata mas Adi menatap nyalang ke arahku. Laki-laki itu sepertinya tidak terima dengan tuduhanku, sama seperti pertama kali aku menuduhnya. Dia berkeras untuk tidak menceraikanku. Aku tertawa.
"Kamu nggak punya bukti untuk meyakinkanku Mas. Sekarang pulang, aku tidak ingin kamu bertanggungjawab." "Nesa!!"
Bukan suara Mas Adi, melainkan Mama. Sepertinya Mama dan Papa juga mulai kesal dengan tingkahku. "Celana dalam yang kudapati di laci meja kerjamu tidak mungkin berbohong. Aku tidak pernah memilikinya Mas." Mama dan Papa menatap dengan tidak percaya padaku yang sudah mulai kehilangan rasa malu. Riar saja semua terkuak, lagi pula Mama dan Papa juga harus tahu kegilaan yang pernah Mas Adi lakukan padaku di masa lalu. Kulihat Mas Adi mengurut pelipisttya.
"Itu untukmu sebagai hadiah anniversary."
Mama dan Papa kembali melotot ketika mendengar ucapan Mas Adi. Aku dan Mas Adi benar-benar sudah gila.
Aku tertawa lagi.
"Kamu pikir aku percaya? Bagaimana bisa dikatakan hadiah sementara bentuknya kelihatan sedikit kusut dan sudah tidak terbungkus. Dan lagi dari sekian banyak hadiah kenapa kamu malah menilih celana dalam Mas?
Kamu udah sinting."
"Mama dan Papa tinggalkan kalian
untuk bicara secara pribadi. Ingat
Nesa, Mama dan Papa tidak akan
setuju kamu mengambil keputusaan
sendiri. Pikirkan juga bayi kalian."
Mama dan Papa meninggalkan
kami sendirian di ruang tamu, mungkin merasa tidak sanggup lagi mendengarkan obrolan gilaku bersama Mas Adi. "Panjang ceritanya, aku butuh kamu untuk mendengar." "Mendengar karangan cerita yang kamu buat Mas? Tidak, terima kasih." "Sekarang pulanglah, aku tidak akan
berubah pikiran kalau tidak ada
bukti."
"Segitu tidak percayakah kamu padaku
hingga meminta bukti seperti itu?" Kulihat mata Mas Adi memerah. Aku diam tak menanggapi hingga lelaki itu mengambil tanganku dan meletakan sesuatu di atas telapak tanganku.
"Inilah yang harusnya ku berikan paginya setelah kejadian malam itu, tapi aku menunggu hingga beberapa bulan untuk menyerahkannya karena sepertinya kamu memang tidak berniat untuk mempercayaiku." "Banyak waktu yang kita habiskan tak juga membuatmu benar-benar mengenalku Kanesa Alfira."
Aku terdiam mendengar ucapan Mas
Adi
"Tontonlah, hubungi aku kalau
berubah pikiran."
Mas Adi beranjak dari sana, aku tidak menahannya karena aku memang tidak berniat melakukannya. Melihat kepergian Mas Adi, ada rasa bersalah
yang menggerogoti perasaanku.
Apakah aku sudah begitu keterlaluan?
4 jam setelah kepergian Mas Adi, aku memberanikan diri untuk mengunci diri di dalam kamar dan menonton video yang tadi diberikan Mas Adi. Tayangan awal yang di dalam video itu terlihat Mas Adi yang sibuk di depan komputer lalu Tatiana datang dengan tangisannya. Perempuan itu tampak rapuh. Entah apa yang mereka bicarakan. Namun aku melihat. bagaimana Mas Adi bertingkah wajar sebagai seorang sahabat. Kemudian Kulihat Mas Adi menghampiri perempuan itu dan memeluknya dan menepuk
pundaknya.
Setelah itu aku muncul dan langsung
berpikiran negatif. Setelah itu
tayangan langsung berpindah pada
video lain pada Tatiana yang berlutut
meminta maaf di depan Mas Adi.
Kok aku nggak pernah tahu?
Eh iya aku kan tidak pernah mau.
mendengarkan penjelasan Mas Adi
karena sudah terlanjur sakit hati. Lalu
tayangan kembali berganti, sepertinya
ini adalah potongan-potongan video
cctv di ruangan Mas Adi.
Terlihat Mas Adi yang sedang
membuka sebuah kotak hadiah
berwarna coklat. Aku mencoba mengamati apa yang dia ucapkan. "Ini ukuran Fira kan? Bisa malu aku kalau nggak cocok? Tapi kayaknya cocok deh aku kan udah sering megang celana dalamnya beberapa kali. Nggak apa-apalah sekali-kali ngasih hadiah antimeanstrean," ucap Mas Adi sembari merentangkan sebuah celatta dalam berenda warna pink pucat. Wajahku tiba-tiba terasa panas.
Jadi selama ini Mas Adi diam-diam
menyentuh celana-celana dalamku?
Gila.
Tiba-tiba terlihat pintu dibuka Mas
Adi gelagapan dan memasukan
celana dalam itu ke dalam laci dengan
sembarangan dan terlihat menggaruk
belakang lehernya. Ternyata yang
masuk ke dalam ruangan adalah Papa
mertua.
"Ngapain kamu?"
"Eh enggak Pa. Hadiah buat Nesa,"
jawab Mas Adi dengan wajah salah
tingkah.
Pipiku tiba-tiba basah tanpa di duga.
Entah apa yang ku tangisi. Aku
memang seringkali gegabah dalam
mengambil keputusan. Lagi pula
besoknya aku malah keguguran.
Aku kaget awalnya karena alat tes
kehamilan yang kucoba kemarinnya
hanya menampakkan satu garis. Namun kata dokter itu wajar karena biasanya ada alat tes yang tidak akurat. Hal itulah yang semakin menambah rasa kecewa hingga akhirnya kuputuskan untuk tetap teguh meminta perceraian dari Mas Adi."
Jadi Mas Adi tidak pernah selingkuh?
Lalu apa yang kulakuan sekarang?
Setelah berpikir beberapa saat,
akhirnya kuputuskan menelepon Mas
Adi.
"Halo," sapaku setelah telepon
tersambung.
"Halo, kenapa? Kamu berubah
pikiran?"
Mas Adi langsung menodongku dengan
pertanyaan seperti itu.
Aku tiba-tiba langsung merasa gugup.
"Ehm, Nggak. Aku salah tekan."
Dengan cepat ku matikan sambungan.
telepon. Astaga kenapa aku sangat
gugup, biasanya tidak seperti itu.
Apakah karena aku baru saja
mengetahui fakta bahwa sebenarnya
Mas Adi tidak selingkuh.
Ponselku berdering.
Aku menoleh dan melihat nama Mas
Adi yang tertera jelas di sana. Ku
biarkan hingga suara deringannya
berakhir.
Mantan Bos
Saya tahu kamu berubah pikiran, Aku
selalu menunggu kamu kembali Fir.
Sial. Mas Adi terlalu pede.
To Mantan Bos
Jangan Ge'er kamu Mas.
Besok kita bicara, aku berbaik hati
mendengar penjelasan kamu.
Tak lama setelah itu aku melihat
halasan dari Mas Adi
Mantan Bos
lya sayang, tya.
ketemunya di mana?
Seketika aku merasa mual mendengar
ucapan Mas Adi
To Mantan Bos
Di depan toko Roti tempat kita bicara
setelah USG beberapa waktu lalu.
Mantan Bos
Oh oke sayang.
Aku tidak membalas lagi.
Aku tersenyum, kenapa hidupku
begitu lucu?
Jadi kalau aku tidak bertemu lagi
dengan Mas Adi dan sampai hamil
begini apakah aku masih terus
membencinya dan menganggap dia
mengkhianatiku?
Ah, dunia ini lucu,
Aku bangun tidur dengan keadaan
mata yang membengkak, semalam aku
tidak bisa tidur karena memikirkan.
beberapa hal. Apalagi semalam aku
ngidam
ini sekali mie instan buatan
Mas Adi Anakku memang tahu cara
mengerjai ibunya.
"Nesa," teriak Mama dari luar.
"Iya Ma," balasku sembari turun dari
ranjang
"Ini tetangga bawain mangga muda,
itu pohon mangganya Tante tyam
tiba-tiba roboh, buahnya banyak tapi
masih muda. Katanya, tante Iyam ingat
banget kamu suka mangga muda."
Kulihat sebaskom mangga yang
nampak begitu menggiurkan..
"Sarapan dulu!" peringat Mama.
"Oh iya Nes, kemarin gimana kamu
sama Adi? Nggak lama Mama lihat dia
pulang, kamu nggak ngusir dia kan?"
"Aku usir Ma," jawabku dengan wajah
sedikit menyesal.
"Keterlaluan kamu," kesal Mama.
Iya aku sendiri aku kalau aku memang
sudah sangat keterlaluan.
"Terus gimana kelanjutan hubungan
kalian?"
"Aku udah nonton video bukti kalau
Mas Adi nggak selingkuh, ya menurut
Mama aku harus gimana?"
Kulihat mama mendengus.
"Itu kan, Mama udah bilangin
dengerin dulu penjelasan suami kamu,
eh kamunya malah ngeyel suka-suka
sendiri."
"Iya aku tahu aku salah Ma, semalam
aku kirim pesan sama Mas Adi supaya
kita ketemu dan menyelesaikan
masalah ini."
"Tapi kamu nggak minta cerai lagi
kan?" tanya Mama dengan mata
menyelidik.
"Ya enggaklah."
"Ya nggak usah ngegas gitu. Tahu yang
masih sayang." ejek Mama.Aku mengabaikan ejekan itu dan mengambil alih baskom berisi mangga itu dari tangan mama dan membawanya ke dapur.