Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Disembunyikan Gadis Itu
Tepat ketika Dika sedang keluar dari stasiun. Ponsel Dika mendapatkan notifikasi pesan masuk. Dika menemukan jika ada pesan masuk yang berasal dari Chika. Dalam pesan masuk tersebut, dijelaskan jika Chika ingin datang ke tempat kosnya.
Dika hanya bisa mengiyakan permintaan gadis itu. Dengan cepat, Dika membalas pesan yang berasal dari Chika. Diluar dugaan, disaat Dika ingin memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Dia mendengar notifikasi kembali yang berasal dari Chika.
[Aku akan menunggumu di depan tempat kosmu]
Dika hanya bisa menggelengkan kepala. Ternyata Chika sedari awal sudah menunggu di depan kamar kosnya. Untuk sesaat, Dika berpikir jika dia tidak mengizinkannya, Chika pasti akan langsung pulang dari tempat kos Dika.
Dengan kedua langkah kaki yang cepat. Dika berlari kecil untuk segera sampai ke tempat kosnya. Dia tidak ingin membuat seorang gadis menunggu kehadirannya dengan begitu lama.
Tidak butuh waktu lama. Dika sampai di tempat kosnya. Pemilik kos menyapa Dika kalau ada seorang gadis cantik yang sejak tadi menunggu kehadirannya di koridor. Merasa tidak enak, akhirnya pemilik kos membukakan pintu kamar Dika menggunakan kunci utama.
Dika berterima kasih kepada pemilik kos karena telah membantu gadis itu. Pemilik kos hanya berkata kepada Dika untuk tidak bertindak berlebihan pada seorang gadis. Pemilik kos mengaku berani melapor ke polisi jika Dika melakukan sesuatu pada gadis itu.
Dika mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh pemilik kos. Dia berterima kasih karena telah mengingatkannya. Kemudian dia segera menuju kamar kosnya untuk melihat kondisi Chika.
Hal yang pertama kali Dika temui di kamar kosnya. Chika yang sedang menggunakan laptop Dika dengan berpakaian sembarangan layaknya rumah sendiri.
Dengan mengunyah roti coklat di mulutnya. Chika melepas seragam sekolahnya dan hanya mengenakan tanktop berwarna putih dengan keringat yang mengucur di sekitar tangannya.
Melihat Chika yang berpakaian seperti itu hanya bisa membuat Dika menghembuskan napas panjang. Dika memberitahunya kalau dia tidak boleh berpakaian seperti itu di kamar dari seorang laki-laki yang baru ditemui olehnya.
Kemudian Dika langsung menyalakan kipas angin dan membuka jendelanya untuk membuat artikulasi udara panas di dalam kamarnya keluar. Dika melirik Chika yang tidak bergerak sedikitpun di depan laptop Dika sambil mengetik skenarionya.
"Apa kamu lapar?" tanya Dika untuk memecahkan keheningan diantara keduanya.
"Iya...."
"Mau kumasakkan nasi goreng?" tanya Dika sambil duduk di tempat tidur dan menaruh tas sekolahnya, "Maaf aku tidak mempunyai makanan mewah. Aku hanya ingin menghemat pengeluaranku."
"Santai saja. Aku tidak ingin membebanimu," balas Chika sambil melirik ke arah Dika, "Apa aku boleh menginap disini lagi?"
"Aku sih tidak masalah. Tapi, setidaknya kamu berpakaian lebih baik disini. Bagaimana jika ada yang melihat kita dan berpikiran aneh?" tanya Dika dengan menggelengkan kepala, "Aku sangat membenci gosip. Sebab percakapan yang berasal dari spekulasi orang lain bisa menyebar dengan cepat."
"Oh, apakah kamu merasa tertarik dengan tubuhku yang hanya mengenakan tanktop?" celetuk Chika sambil menggoda Dika.
"Aku yakin, laki-laki di dunia ini akan langsung terpana melihatmu yang berpakaian seperti itu. Apalagi rok sekolah yang sengaja kamu lipat ke atas untuk terlihat sangat pendek," balas Dika dengan melepas seragam putihnya.
"Eh, tunggu. Kenapa kamu melepas seragammu juga?" kata Chika sambil memalingkan wajahnya.
"Apa kamu malu melihatku?" balas Dika sambil bernada menggoda Chika, "Lagipula ini kamarku. Aku sudah biasa menggantung seragam sekolah di kamar. Apalagi aku hanya ingin mandi sebelum membuat makan malam."
Chika masih memalingkan wajahnya, "Justru kalau orang lain melihat kita tanpa pakaian seperti ini. Kita akan dituduh melakukan hal yang aneh di kamar ini!"
"Harusnya itu adalah ucapanku, bodoh."
Dika langsung berjalan ke arah dapur. Melepaskan celana sekolahnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, Dika segera menyiramkan air dingin dari bak mandi ke atas kepalanya.
...***...
Dengan cepat Dika menyajikan nasi goreng di atas dua piring. Dia membawakan satunya untuk Chika dan satunya untuk dirinya sendiri. Bahkan setelah Dika mempermasalahkan cara berpakaian yang dikenakan Chika sebelumnya. Chika tidak terlalu memikirkannya. Kecuali bagian roknya yang sudah tidak dilipat.
Sama seperti sebelumnya, Dika mengambil kursi dan duduk disebelah Chika sambil melihat aktivitasnya di depan laptop. Disisi lain, Chika merasa risih karena merasa Dika lebih dekat dari sebelumnya.
"Ada apa?" tanya Chika penasaran untuk membukakan topik pembicaraan.
"Tidak apa. Aku hanya penasaran dengan sosok gadis yang jago akting di sampingku," jawab Dika sambil meniup piring nari goreng miliknya karena masih panas, "Apakah kamu mempunyai masalah dengan kedua orang tuamu?"
"Apa kamu sudah mengetahuinya?" sela Chika sambil melirik ke arah Dika, "Begitu, yah? Jadi, kamu sudah tahu, ya?"
"Tidak sepenuhnya. Ini hanya spekulasiku setelah memperhatikan keadaannya," jelas Dika dan mengangkat kedua bahunya, "Aku tidak tahu masalah apa yang menimpamu. Tapi, semoga saja itu berakhir...."
"Tentu saja itu tidak pernah berakhir, bodoh! Aku ini—."
Dika memotong perkataan Chika. Dia sudah tahu sebagian besar yang disembunyikan oleh Chika. Kabar mengenai Chika yang mendadak keluar dari klub penggemar film saat sedang syuting dengan klub film.
Kedua mata Chika langsung terjatuh mendengar ucapan Dika. Kedua tangan Dika langsung memegang lengan Chika sambil mengatakan kalau Chika sempat dijauhi oleh klub penggemar film.
"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi," lanjut Dika, "Namun, seharusnya kamu menjelaskan situasinya. Aku yakin mereka akan peduli denganmu. Jika kamu terus berlari seperti ini. Kamu hanya terus menyakiti dirimu sendiri."
"Aku tahu tentang itu," balas Chika dan meneteskan kedua matanya, "Tapi, tapi ... Aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Dimasa lalu, situasiku sangat terjepit dan aku tidak tahu caranya melepas cengkraman itu...."
Chika memeluk perutnya menggunakan kedua tangannya dengan erat. Dia menangis. Air matanya menetes membasahi rok sekolahnya.
Melihat itu, Dika memeluk Chika yang sedang menangis. Dika memberitahu Chika kalau tidak masalah jika dia tidak ingin menceritakannya. Mendapat perlakuan hangat seperti itu, membuat Chika menangis sampai membasahi pundak Dika sambil mengucapkan terima kasih.
Dika melirik ke arah skenario film yang ditulis oleh Chika. Melihat isi skenario yang ditulis seperti itu. Membuat Dika yakin kalau itu semacam curhatan yang ingin disampaikan oleh Chika. Disana juga tertuang alasan mengapa Chika mendadak tidak bisa syuting dengan klub penggemar film dan klub film.
Chika tidak bisa melanjutkan syutingnya dulu karena Ayahnya meninggal. Keluarganya yang awalnya bahagia mendadak hancur dan perlakuan Ibunya menjadi berubah kepada Chika. Cita-cita Chika untuk menjadi seorang aktris karena motivasi dari Ayahnya juga menjadi pupus.
Perasaan Dika yang merasa simpatik setelah membaca skenario buatan Chika. Berniat untuk membantu mewujudkan skenario itu ke dalam bentuk film. Walau begitu, Dika penasaran dengan akhir dari skenarionya. Sebab skenario yang sedang Chika tulis belum selesai. Seolah-olah masih ada babak akhir dari cerita yang belum bisa untuk disampaikan.