Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Sampai Jatuh Cinta
Duduk di kursi seadanya di dalam kamar Kos ini, cukup membuat Devan keheranan. Bagaimana bisa seseorang tinggal dalam kamar yang sempit seperti ini. Melihat ada lemari es kecil dan juga kompor untuk memasak disana. Sungguh satu ruangan yang dijadikan untuk segala hal. Tempat memasak, makan dan juga menerima tamu. Devan benar-benar terkesima dengan semua ini. Ada tempat seperti ini ternyata.
"Kak, kaget ya sama tempatnya? Pas aku tadi antar Dika kesini juga cukup kaget. Pas aku tanya sama Tia, ternyata ini yang dinamakan Kosan. Kontrakan satu kamar. Biasanya sering ditempati para Mahasiswa gitu" bisik Beby.
"Awalnya aku kira ini seperti Apartemen" lirih Devan.
Beby hanya tersenyum saja dengan mengangkat bahunya. Karena memang sebenarnya dia juga tidak menyangka dalam ruangannya akan sesempit ini.
Leava membuka tirai yang menjadi penghalang tempat tidur di ruangan ini. Membawa Dika dengan sedikit memapahnya. Leava sudah cukup menjelaskan pada Dika tentang kebenaran Beby dan Devan. Dan Dika juga baru tahu jika ternyata Kakaknya itu bekerja dengan Devan, pria yang dia maki saat di Villa waktu itu.
Devan langsung berdiri saat Leava dan adiknya keluar. "Em, jadi bagaimana keadaanmu? Apa kita perlu memanggil Dokter khusus untuk memeriksa keadaanmu. Takutnya ada luka serius"
Leava hanya diam dengan menahan tawa, sungguh ucapan Devan memang menunjukan bagaimana dia adalah seorang pria kaya yang bisa melakukan apapun. Bahkan luka seperti adiknya ini saja, harus memanggil Dokter khusus.
"Em, saya rasa tidak perlu Tuan. Lagian tidak ada luka parah, hanya lecet-lecet saja. Luka di bagian kening juga sudah di obati dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan" jelas Leava.
"I-iya Tuan, saya baik-baik saja. Terima kasih sudah sengaja datang kesini" ucap Dika, ikut menimpali.
Devan menghela nafas pelan, dia melirik Beby yang hanya diam saja. Devan menengadahkan tangan di depan adik sepupunya itu. Membuat Beby kebingungan.
"Apa?" tanya Beby.
"Mana kunci mobilmu? Serahkan padaku, kau tidak diizinkan bawa mobil untuk seminggu ini!"
Beby langsung terbelalak kaget mendengar itu. Bagaimana bisa dia tanpa mobil kesayangannya itu. Dia tidak akan bisa pergi hangout bersama teman-temannya.
"Kak.. Aku 'kan..."
"Tidak ada pembantahan lagi, Sabyina! Uang jajanmu juga harus di potong bulan ini. Untuk bentuk ganti rugi pada keluarga Korban. Motornya yang rusak, juga tanggungjawab kamu untuk memberikan biaya perbaikan!" tegas Devan.
Beby langsung cemberut dengan kesal pada Devan. "Kak, bisa minta uang ke Papi aku 'kan untuk perbaikan motor. Atau minta saja sama Mami juga pasti ngasih. Jangan potong uang jajan aku. Ayolah, uang jajan segitu gak cukup buat semua kebutuhanku"
Devan sama sekali tidak menghiraukan rengekan dari Beby. Dia langsung meraih tas milik gadis itu dan mengambil kunci mobil milik Beby. Lalu dia mengambil ponselnya juga.
"Lea, sebutkan nomor rekening kamu" ucap Devan.
"Hah?" Leava malah sedikit kaget, setelah dia hanya terkesima dengan perdebatan saudara di depannya ini. Kini tiba-tiba Devan inginkan dia menyebutkan nomor rekening miliknya. "Untuk apa Tuan?"
"Cepat sebutkan saja!" tegas Devan.
Dan Leava pun tidak bisa menolak lagi, dia langsung menyebutkan nomor rekeningnya pada Devan yang masih mengotak-ngatik ponsel milik Beby. Setelah selesai, dia langsung menunjukan sekilas layar ponsel ke depan Leava.
"Sudah aku transfer untuk biaya kerusakan motor dan juga biaya pengobatan adik kamu. Kalau masih kurang bicara saja padaku"
Leava terkaget dengan itu, suara notifikasi di ponselnya terdengar. Dia langsung membukanya, dan lebih kaget lagi dengan biaya yang diberikan Devan padanya.
"Em, Tuan maaf. Ini terlalu besar" ucap Leava.
Gila kali ya, adek gue cuma lecet-lecet doang. Kenapa ngasih konpensasinya sampe sebesar ini. Kan gue jadi takut.
Beby langsung mengambil alin ponselnya, dia melihat saldo uangnya yang sudah menipis. "Aaa.. Masih lama ke awal bulan, masa aku cuma pegang uang segini, Kak. Kalau gak cukup, Kak Devan harus kasih aku ya. Belum lagi ada tas terbaru yang mau aku beli bulan ini. Hiks.. Aku benar-benar miskin sekarang"
Devan langsung menyentil kening adik sepupunya itu atas drama yang dia buat. "Miskin bagaimana? Masih ada 20 juta untuk bulan ini. Kau masih bisa makan enak bulan ini"
"Hah?! 20 juta?!" teriak Kakak beradik ini yang benar-benar kaget dengan kenyataannya.
Leava melihat kembali ponselnya, yang di transfer ke Rekening miliknya sudah sebesar ini. Dan masih tersisa sebesar itu, sungguh Lea hanya mampu geleng-geleng kepala dengan tingkah dua orang kaya di depannya saat ini.
Uang segitu banyak, dia bilang miskin? Aa.. Gue mau nangis rasanya. Betapa rendah gue dibandingkan mereka.
Setelah kepergian dua orang kaya itu, kini Leava dan adiknya sedang merebahkan tubuh di atas tepat tidur. Leava melirik ke arah Dika yang berada disampingnya.
"Dek, lo tahu gak berapa uang yang di transfer Tuan Devan sama gue buat biaya pengobatan sama benerin motor lo yang rusak?"
"Mana gue tahu, lo 'kan belum bilang. Emang berapa?" tanya Dika, ikut penasaran.
"15 juta"
"Gila!"
Dika langsung terbangun karena kaget, meringis pelan karena tangannya yang terluka tidak sengaja menekan ke tempat tidur. "Lo yang bener, Kak? Luka apaan yang gue alami sampe di kasih ganti rugi sebesar itu?"
"Makanya, gue juga kaget. Dikira lo patah tulang atau gegar otak kali ya. Tapi bagus juga deh, jadi kita punya simpenan. Bisa kirim ke Ibu sama Bapak juga sisanya" ucap Leava. Dia mengelus kepala adiknya dengan sayang. "...Lo emang pembawa rezeki"
"Sialan lo, adeknya udah terluka kayak gini karena ketabrak. Malah dibuat keuntungan. Dasar Kakak gak tau diri" ketus Dika. Dia kembali merebahkan tubuhnya disamping sang Kakak.
"Kak, lo jangan sampai jatuh cinta sama Tuan Devan ya? Gue lihat tatapan dia sama lo kayak beda gitu. Gue takut lo malah terjebak sama dia. Semuanya akan rumit kalo lo sampe punya perasaan lebih padanya" ucap Dika.
Leava menghembuskan nafas kasar, memang sebenarnya dia juga tidak tahu atas perasaannya sendiri. Namun, dia hanya akan berusaha untuk tetap menjadi Leava yang hanya Sekretarisnya, tidak lebih.
"Gak mungkinlah Dek, lagian Tuan Devan juga pastinya sudah punya pacar. Lo 'kan pernah denger tentang cerita gue kalo dia hampir perkosa Kirana? Nah, pastinya dia masih sama sampai sekarang. Seorang Casanova"
Dika mengangguk pelan, dia memang pernah mendengar tentang itu. "Ya, apalagi seperti itu. Gue gak mau lo sampai terluka gara-gara cowok. Cukup sekali aja lo ngerasain di sakiti sama cowok, Kak. Sekarang, apa lo masih memikirkan mantan pacar lo itu?"
Leava terdiam, mantan pacar pertama dan cinta pertamanya yang berhasil membuat dia merasakan sakit atas cinta untuk pertama kalinya.
"Gue udah gak inget-inget dia lagi, Dek. Lagian dia pasti udah bahagia sama wanita yang dijodohkan orang tuanya. Gue denger mereka akan segera menikah"
Dika menoleh dan menatap Kakaknya dengan prihatin. Ditinggalkan pas sedang sayang-sayangnya, memang pasti menyakitkan.
"Yaudah, lo pasti bisa dapetin yang lebih baik setelah ini, Kak. Gue yakin itu"
"Iya Dek, makasih"
Bersambung