NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Sang CEO

Takdir Cinta Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: relisya

Aruna Nareswari, seorang wanita cantik yang hidup sebatang kara, karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Ia menikah dengan seorang CEO muda bernama Narendra Mahardika, atau lebih sering dipanggil Naren.
Keduanya bertemu ketika tengah berada di tempat pemakaman umum yang sama. Lalu seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Mereka berharap jika rumah tangganya akan harmonis tanpa gangguan dari orang lain. Namun semua itu hanyalah angan-angan semata. Pasalnya setiap pernikahan pasti akan ada rintangannya tersendiri, seperti pernikahan mereka yang tidak mendapatkan restu dari ibu tiri Naren yang bernama Maya.

Akankah Aruna mampu bertahan dengan semua sikap dari Maya? Atau ia akhirnya memilih menyerah dan meninggalkan Narendra?

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya, terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon relisya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

"Tunggu apa lagi ma? Cepat hubungi kak Haikal!" seru Diandra yang terlihat tidak sabar lagi.

"Iya sayang, mama akan hubungi dia."

Maya segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja tepat di hadapannya, lalu dia bergegas membukanya dan langsung menghubungi sang keponakan yang bernama Haikal.

Tuttt... Tuttt... Tuttt...

Tak membutuhkan waktu lama lagi, Haikal langsung mengangkat panggilan yang masuk dari tantenya itu.

"Halo tan, ada apa? Tumben banget telepon aku," lontar Haikal dari seberang telepon.

"Kal, gimana kalo mulai saat ini kamu tinggal di sini saja? Daripada kamu tinggal di sana sendirian kan?" tawar Maya yang tidak mau menyampaikan tujuannya yang sesungguhnya.

"Nggak ah tan, nanti Narendra marah lagi sama aku. Aku kan hanya pengangguran saja," tolak Haikal yang takut kepada Narendra.

"Udah kamu tenang aja, nanti biar tante yang urus dia," bujuk Maya agar keponakannya itu mau.

"Beneran nih tan? Nggak masalah kalo aku tinggal di sana?" tanya Haikal yang masih ragu.

"Iya beneran. Lebih baik sekarang kamu siap-siap, dan langsung pindah ke sini, nggak ada penolakan!" Maya menegaskan kata-kata terakhirnya.

Terdengar helaan napas dari seberang sana, "Oke lah kalo tante maksa, aku siap-siap dulu,"

"Oke, tante tunggu kamu di rumah,"

"Iya tan."

Tuttt...

Maya langsung mengakhiri panggilan telepon, lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Setelahnya ia menatap sang putri dengan tersenyum.

"Gimana ma?" tanya Diandra yang penasaran.

Maya menganggukkan kepalanya, "Dia akan ke sini hari ini,"

"Baguslah, lebih cepat lebih baik." Jawab Diandra yang merasa lega.

Setelah berhasil membuat rencana itu, mereka berdua kembali menonton televisi. Tidak seperti tadi yang terlihat cukup tegang, kini mereka berdua lebih terlihat santai dengan bersandar pada sandaran sofa.

"Gimana kalo kita lenyapin aja tuh kucing sialan? Mama nggak suka ada hewan peliharaan di rumah ini!" baru juga terdiam, Maya malah berulah lagi dengan idenya.

Diandra yang mendengarnya pun dengan sangat antusias langsung menatap sang mama, "Ayo ma! Aku juga benci banget sama tuh kucing!"

"Yaudah, kalo gitu ayo kita cari dia."

Maya dan Diandra bangkit dari duduk mereka, lalu bergegas keluar dari sana untuk mencari keberadaan Lily.

Tak pandang bulu memang, sampai hewan yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa pun kena imbasnya.

.

Kembali lagi kepada Aruna dan Narendra. Kini mobil mereka berdua sudah sampai di depan butik milik Aruna yang bernama Butik Alfee.

"Nanti aku jemput jam berapa?" tanya Narendra kepada sang istri.

"Nanti kalo aku udah pulang, pasti aku akan telepon kamu," jawab Aruna sembari melepaskan sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya.

"Hmm... Yaudah deh, nanti aku tunggu telepon dari kamu," ucap Narendra menatap penuh sayang kepada wanita yang kini juga tengah menatapnya.

"Yaudah, aku turun dulu ya?" pamit Aruna.

"Iya sayang semangat ya," ucap Narendra, lalu memajukan tubuhnya sedikit untuk mencium kening sang istri.

"Kamu juga semangat." Ungkap Aruna setelah Narendra kembali ke posisi awalnya.

Sebelum keluar dari dalam mobil, Aruna terlebih dahulu mencium punggung tangan Narendra. Setelahnya, barulah ia turun dari mobil.

Aruna menunggu mobil Narendra melaju dari depan buktikan. Dia dengan setia dan senyuman manisnya menatap ke arah mobil tersebut, sampai pada akhirnya mobil itu pergi dari sana.

Setelah mobil Narendra sudah tidak terlihat lagi, Aruna segera masuk ke dalam butik miliknya. Toko butik tersebut memang tidak terlalu besar, karena di sana hanya khusus menjual pakaian saja dan tidak ada aksesoris lainnya.

"Selamat pagi bu Aruna," sapa seorang pegawai di sana yang bernama Alin ketika melihat Aruna yang baru masuk.

"Pagi Alin," jawab Aruna dengan tersenyum ramah.

"Keisha di mana?" tanya Aruna lagi, ketika tidak melihat keberadaan salah satu karyawatinya itu.

"Hadir bu!" seru seorang pegawai lain yang berada di pojok belakang, sembari mengangkat tangannya.

"Ku kira kamu telat Kei," ujar Aruna sembari membenarkan tas yang ia bawa.

"Nggak mungkin dong bu! Orang saya datang yang paling awal!" seru Keisha sembari berjalan mendekat ke arah Aruna dan Alin.

"Eh apaan! Orang tadi gue yang datang duluan!" protes Alin yang tidak terima.

"Jangan ngaku-ngaku lo! Udah jelas tadi gue yang sampe sini duluan!" bantah Keisha.

"Nggak! Pkoknya gue yang duluan!" seru Alin.

"Gue!"

"Gue!"

"Gue!"

"Udah stop!" Sena sedikit meninggikan suaranya untuk melerai pertengkaran yang tidak penting itu.

"Cuma masalah sepele gitu jangan dijadiin masalah besar. Yang penting kalian berdua nggak datang terlambat," sambung Aruna lagi, namun dengan nada yang kembali rendah.

"Iya bu." Jawab Alin dan Keisha dengan menundukkan kepalanya.

Mereka benar-benar takut sang bos akan marah, karena sikap mereka yang sudah keterlaluan. Sedangkan Aruna hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan dari keduanya.

Maklum saja, usia Alin dan Keisha baru sembilan belas tahun, jadinya mereka masih suka bercanda yang sedikit keterlaluan. Namun jika sudah ramai pengunjung, pasti mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak ada kata bercanda lagi.

"Kania di mana?" tanya Aruna setelah melihat keduanya diam.

"Bu Kania belum datang bu," jawab Alin.

Aruna yang mendengarkan pun mengernyitkan dahinya, "Tumben banget jam segini belum datang, biasanya aja dia datang yang paling awal,"

"Nggak tau juga bu. Mungkin aja bu Kania bangun kesiangan, jadinya terlambat datang," tebak Keisha.

Aruna mengangguk-anggukkan kepalanya, "Yaudah, kalian lanjutkan pekerjaan kalian. Nanti kalo dia sudah datang suruh ke ruangan saya,"

"Baik bu." Jawab keduanya secara bersamaan.

Aruna bergegas pergi ke dalam ruangannya yang berada di belakang tempat kasih. Sengaja membuatnya di sana, karena itu akan mempermudah dirinya untuk mengawasi seluruh kejadian yang ada di butik.

Aruna memang mempercayai Kania untuk memegang seluruh keuangan di sana, dan juga mempercayakan butiknya ketika dia tidak bisa hadir untuk mengelola butik tersebut.

.

Beralih kepada Narendra yang sudah sampai di kantornya. Dia buru-buru menuju ke ruangannya, karena masih banyak berkas yang harus ia cek dan tandatangani.

Ketika Narendra baru saja terduduk di kursi kebesarannya, tiba-tiba saja sang sekretaris sudah masuk ke dalam ruangannya dan langsung menghampirinya sembari membawa map di tangannya.

"Selamat pagi pak Naren," sapa Elena dengan riasan wajahnya yang dibuat secantik mungkin agar Narendra meliriknya.

"Pagi," jawab Narendra dingin, dan tanpa memandang ke arah Elena. Ia lebih sibuk dengan laptop yang baru saja ia buka.

"Pak Naren, jadwal kita hari ini sangat padat. Banyak pertemuan di luar kota yang harus kita datangi," ungkap Elena dengan suara sedikit pelan karena takut.

"Apa?!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!