NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 17 — Gila

Kecepatan Chen Huang dalam perkembangan kultivasinya bisa dibilang cukup mengerikan. Dia yang hanya seorang pemuda lima belas tahun, di mana dalam usia tersebut adalah usia yang amat terlambat untuk memulai jalan kultivasi, setelah enam bulan berlalu Chen Huang berhasil naik dua tingkat sekaligus.

Saat umurnya bertambah satu, ketika itulah dia menginjak Tingkat Bumi puncak. Di samping kultivasinya, Chen Huang juga terus mengasah teknik bertarung gagak dan Simbol Magis. Walau sudah ada peningkatan, tapi Simbol Magisnya tetap banyak dan rumit seperti sedia kala.

"Cepat-cepatlah naik ke Tingkat Langit." Tatapan Bai Li penuh semangat berkobar. Tentu saja sebagai seorang guru, dapat dibayangkan betapa bangganya dia memiliki seorang murid yang amat berbakat dalam kultivasi. "Ada satu sumber daya yang disimpan dalam cincin ruang ini, berguna untuk meningkatkan kualitas Qi. Tapi hanya untuk Tingkat Langit."

"Sayang sekali," Chen Huang mengusap peluh di dahi dan leher setelah berlatih teknik baru yang diajarkan Bai Li. "Menurutmu, apa perkembanganku cukup lambat? Sudah setengah tahun, tapi aku hanya bisa naik ke Tingkat Bumi akhir."

Perkembanganmu mengerikan, anak manis. Bai Li mengangguk tegas, berulang-ulang seperti kepala ayam. "Wajar, kaumulai di umur lima belas, seharusnya kaumulai di umur tujuh atau bahkan lima."

"Sayang sekali." Chen Huang meletakkan kain kecil yang basah keringatnya itu di wadah kecil. "Kalau diingat-ingat, sejak saat itu kita tak pernah diganggu lagi, ya?"

Ucapan itu berhasil membuat Bai Li tidak senang. "Kau mau keributan semacam itu?"

"Bukan begitu," ia menerima minuman obat di mangkuk kecil yang disodorkan Bai Li. "Hanya saja aku khawatir."

Bai Li menuangkan obat herbal lain di mangkuk yang baru. "Soal apa?"

"Rasanya tak nyaman kalau kau harus bertarung untuk melindungiku."

Tanpa tahu alasannya, tangan Bai Li bergetar dan membuat obat herbal itu sedikit tumpah.

"Kau hanya khawatir pada dirimu sendiri."

Chen Huang tak menghiraukan dan menenggak habis obat herbal yang kedua. Itu hanya obat herbal biasa yang hampir semua kultivator dapat membuatnya, begitu kata Bai Li.

Dua obat herbal itu adalah racikan Bai Li sendiri. Kuku Laba-Laba dan Akar Jamur, Bai Li menyebutnya. Mengingat nama ramuan itu, Chen Huang tak ingin mengetahui bahan-bahannya secara terperinci. Cukup minum saja karena membuat aliran Qi dalam tubuh lebih stabil dan dapat mengurai rasa lelahnya.

"Teknik Bulan Menyerpih itu berbahaya. Pastikan tidak mengenaiku kalau kita bertarung bersama suatu hari nanti," jelas Bai Li saat keduanya duduk di bawah pohon besar, berlindung dari teriknya matahari. "Untuk Matahari Hitam, kau harus lebih banyak mengalirkan Qi ke dalam telapak tangan. Aku melihat aliran Qi milikmu menyebar sampai ke lengan bahkan dada."

"Matahari Hitam sulit, tanganku rasanya berat dan bergetar."

"Aku tahu, tapi aku juga yakin kau akan segera menguasainya."

Chen Huang memandang ke kejauhan, wajahnya membayangkan sesuatu seolah dia sedang merasa terganggu akan sesuatu. "Semua teknik-teknikmu tampak keji."

"Tergantung engkau," Bai Li menimpali. "Kalau kaugunakan untuk menolong orang, masih berani mengatakannya keji?"

Setelah itu, mereka mengobrolkan banyak hal. Dari semua yang mereka obrolkan, Chen Huang lebih sering mendengar daripada bicara.

Sudah sejak lama Bai Li memiliki ketertarikan dengan Wilayah Pedalaman, apalagi dia menemukan puluhan buku yang membahas tentang itu di dalam cincin penyimpanan. Mengingat di Wilayah Tengah pengetahuan tentang Wilayah Pedalaman cukup jarang. Sejak saat itu, Chen Huang menyimpulkan bahwa Bai Li amat menyukai buku.

"Ketika kau naik ke Tingkat Langit, aku akan membuat tubuhmu semakin kuat." Gadis berambut panjang dan yang selalu mengenakan jubah merah itu berdiri. "Kau istirahatlah dulu, aku mau jalan-jalan."

"Bawalah sesuatu saat pulang."

"Oh, baru pertama kali ini kau minta sesuatu saat aku pergi. Baiklah, akan kucarikan daging gajah kalau kami bertemu nanti, hahaha."

...----------------...

"Enam bulan ... enam bulan ... enam bulan ...." Dipegangnya batu tak rata di samping tebing curam tersebut. Letak tempat ini sudah cukup jauh dengan pondoknya. "Kenapa aku lakukan ini ...?" Kemudian Bai Li membenturkan kepalanya ke batu itu kuat-kuat.

"Sudah cukup main-mainnya!" teriaknya pada benturan pertama. "Persetan dengan guru dan murid!" Benturan kedua. "Akan kumakan dia." Benturan ketiga. "Kubalaskan dendam muridku!" Empat. "Dendam kakakku!" Lima. "Dan dendam guruku."

Saat hendak mencapai benturan ketujuh, dia menarik kepala. "Tidak sakit, batu tolol!" Dan hancurlah batu itu dengan satu tendangannya. Seonggok batu yang semula tampak kokoh kuat, berubah jadi serpihan kecil-kecil akibat tindakan gadis itu.

Enam benturan kepala yang disengaja tadi sama sekali tak melukai kepalanya. Sama sekali.

Gadis itu berjalan dengan lemas, tak tentu arah, hanya melangkah sesuai kehendak hati tanpa ada tujuan. Sesekali dia melihat burung-burung kecil saling berkejaran di atas kepalanya dan dengan demikian Bai Li merasa jengkel.

Dia seperti sedang diejek. Atau setidaknya begitulah yang dia rasakan.

Seluruh dunia sedang mengejeknya dengan segala keindahan ini.

Satu batu besar lain berlubang setelah menerima tinju Bai Li yang berselimut Qi berwarna merah.

"Malam nanti aku harus makan," cetusnya dengan tekad bulat. "Harus ... harus ... harus. Ah ... Chen Huang anak manis, malang sekali nasibmu harus bertemu denganku. Kurang selangkah lagi dan teknik ciptaanku akan sempurna, setelah itu ... setelah itu ...." Dan Bai Li tertawa-tawa, "akan kuhancurkan para cecunguk itu sampai tak berbentuk lagi. Hahahaha!"

Suara itu terus bergema sepanjang senja, menakuti hewan-hewan yang ada di dekat sana. Namun, Bai Li tetap melanjutkan tawanya, dia merasa amat senang, amat puas, amat bahagia karena sebentar lagi tujuan hidupnya selama ini akan tercapai.

"Hehe ... hahaha ... kakak, guru, dan muridku tersayang, tunggu sebentar lagi, lihatlah dari atas sana bagaimana aku akan menguliti tubuh keparat-keparat itu seperti yang mereka lakukan pada kalian, tunggu saja, hahaha ... hahaha—uhh?"

Bai Li terbelalak ketika menyadari sesuatu di tengah keremangan senja.

Dengan matanya yang tajam, Bai Li melihat pemandangan yang tak pernah ia impikan akan ada di hutan ini.

Dia menghampiri tempat itu dengan kecepatan seperti terbang. Ketika sampai, ia menengadah untuk memastikan apakah tidak salah lihat.

"Apel Beku?" gumamnya dengan kening berkerut. "Yang benar saja? Ini harta langka." Sekali lompat, dia berhasil mengambil satu apel, diamatinya sejenak sebelum mengambil satu gigitan besar. "Hm?" Rasa heran Bai Li semakin memuncak. "Ini Apel Beku sungguhan? Luar biasa!"

Lalu, dia teringat pesan Chen Huang.

Bawalah sesuatu saat pulang.

"Baiklah!" Bai Li berseru, wajahnya tersenyum lebar tanpa sadar. "Ini harta karun terhebat untuk Tingkat Bumi, dengan ini seharusnya dia bisa naik ke Tingkat Langit cukup mudah. Akan kubawakan banyak-banyak, muridku!" Bai Li berloncatan memetik buah-buah apel di atas sana. Setelah semua apel yang masak ia simpan ke dalam cincin penyimpanan, Bai Li melesat menuju pondok dengan kecepatan yang mengerikan.

...----------------...

"Chen Huang, aku bawa sesuatu—eh?" Bai Li tak menemukan Chen Huang di kamarnya. "Jarang sekali ia pergi tanpa seizinku. Ah, biarlah, sebentar lagi tentu akan kembali."

Sebagai Tingkat Surgawi, intuisi Bai Li sudah amat tajam dan terlatih. Perkataan firasatnya lebih sering benar daripada tidak. Namun, hari ini agaknya terjadi sesuatu yang jarang. Firasat Bai Li sedikit meleset karena Chen Huang kembali saat malam hari.

"Dari mana saja kau?"

"Makam."

"Hah?" Bai Li memukul lantai pondok. "Kau pergi ke makam orang-orang tolol itu? Mereka hampir membunuh kita!"

Pemuda itu hanya mengendikkan bahu dengan acuh. "Terserah padaku, aku bosan di sini dan lelah berlatih."

Bai Li ingin menampar kepalanya, tapi dia sudah terlalu senang dengan Apel Beku yang ingin ia berikan kepada Chen Huang.

Tangannya bergerak, dan puluhan Apel Beku berwarna biru berceceran di sana. "Lihat apa yang kubawa, kau tahu ini?"

Chen Huang memandang sekilas, mencoba terlihat untuk terkejut, tapi Bai Li meragukannya.

"Ini namanya Apel Beku, dapat meningkatkan Qi di dalam dantianmu berkali-kali lipat. Ini harta karun tak ternilai untuk kultivator Tingkat Bumi," jelas Bai Li yang mengabaikan tindakan Chen Huang.

"Aku harus berterima kasih padamu."

"Jadilah kuat dan itu merupakan rasa terima kasihmu padaku." Bai Li menepuk pundak Chen Huang, memberi semangat. "Sebentar lagi kau akan naik ke Tingkat Langit. Dengan Apel Beku sebanyak ini, kau bahkan bisa sampai ke Tingkat Langit puncak dalam waktu singkat."

"Terima kasih, Sahabatku."

Bai Li mengangguk kemudian pergi meninggalkan Chen Huang seorang diri. Dia masuk ke dalam kamarnya yang hanya terpisah kayu tipis dari kamar Chen Huang. Setelah melepas jubah luarnya, Bai Li meringkuk di sudut ruang.

"Kenapa tak kumakan?" gumamnya. "Kenapa ... kenapa ... kenapa ...? Makan dia dan orang-orang brengsek itu akan mati di tanganku! Tapi kenapa aku masih terus melanjutkan sandiwara ini?" tatapan Bai Li kosong, tak membayangkan apa pun. "Apa-apaan dengan Apel Beku sebanyak itu? Apa yang kulakukan? Oh, aku gila ya? Haha, sepertinya aku telah merasakan gila, hahaha ... hehehe ... iya, aku benar, aku gila ... hehehe."

Sepanjang malam itu, Bai Li terjebak dalam hasratnya sendiri yang tak pernah bisa padam.

Bahkan sampai matahari terbit, dia masih duduk di pojok ruang, mengigiti kelima jarinya dengan tatapan kosong tak berdaya.

Kosong, sekosong hatinya saat ini.

1
Filanina
bab ini kayak pendek.

btw, makin lambat aja. apa kamu masih online?
Arisena: emang makin dekat perang besar, makin lambat, aku juga ngerasa gitu/Sweat/
Arisena: masihlah/Proud/
total 2 replies
Tanata✨
Tak terasa sudah 10 chapter ya🤭 makin ke sini makin kerasa menarik.. beberapa sensasi tegang dan kocaknya juga cukup seimbang.

Hanya saja untuk development karakter nya aku masih merasa kurang cukup motivasi. Mungkin karena masih perkembangan awal. Akan tetapi, perlahan namun pasti keberadaan Chen Huang di Serigala, kayaknya akan semakin bisa di terima. Aku cukup merasakan bahwa dia saat ini sudah mulai banyak berinteraksi dengan tokoh lainnya.
Tanata✨
Aku cukup suka sama rangkaian kata-kata pada paragraf ini. Aku jadi mudah membayangkannya
Tanata✨
Ye ye yeeeee/Sob//Sob//Sob//Sob/
Filanina
Bro, Hutan Emasnya udah tamat minta review dong.
Filanina: error kali ya
Arisena: nanti kukirim lagi, NT emang rada rada🗿
total 5 replies
Filanina
cerdik juga chen Huang sampai ayang terpesona.
Tanata✨
Kalau Chen Huang sampai di penjara, waaah waah sih😅🤣🤣
Tanata✨
Beda dikit dengan peribahasa "nasi sudah jadi bubur"
Tanata✨
ini flashback ya? aku baru sadar🤔 Tadinya aku agak bertanya-tanya, ternyata ada gagak lain selain Chen Huang. Tahunya ini masa lalu.

Aku baca ulang dan ternyata memang ini flashback😅✌🏻
Tanata✨
gk sakit gk sembuh, map maap ya/Hey/
Tanata✨
Skalian paus atau hiu😭😭✌🏻
Tanata✨
Kompaaakkk🤣🤣🤣
Tanata✨
Lantas siapa lagi kalau bukan chen huang, mungkin saat ini beliau belum terlalu pd/Hey/
Tanata✨
Gemes sama tingkah mereka, tidak saling menjatuhkan dan saling termotivasi satu sama lain...
Tanata✨
Filosofi makna kuda laut apa ya?😅 aku masih agak heran
Tanata✨
Wkwkwk panas hayo panasss🤣🤣
Tanata✨
Pada intinya kerja keras akan membuahkan hasil ygy
Arisena: /Proud/
total 1 replies
Tanata✨
Beruntunglah karena saat ini dirimu tokoh utama, kurleb plot armornya pasti tebel lah
Arisena: yoi/Doge/
total 1 replies
Tanata✨
Awet muda/Shy/
Arisena: /Slight/
total 1 replies
Tanata✨
Ngakak plisss😭😭✌🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!