Halima Hartono itulah namaku.
Umur 21 tahun
Status janda anak 1
Dengan berat hati aku menerima perceraian dari suamiku, dan saat itu juga aku keluar dari rumah Besar mantan suamiku bersama Putri semata wayang ku.
Pulang ke rumah ke orangtua aku malu, karena aku yang mau nikah muda.
Dengan uang seadanya aku tinggal di sebuah kota kecil, sengaja aku cari dekat pasar, karena pikirku di pasar gampang cari uang.
Aku dapat sebuah kios yang cukup luas, ukuran 4x6, harganya setahun 30 juta, aku ambil dengan bayar 6 bulan.
Disinilah aku berada, di pasar Rakyat Sukamaju, karena sudah lama kios tidak disewa jadinya kotor
Saat membersihkan ruangan itu aku menemukan sebuah Cincin yang akan merubah kehidupan ku, bagaimana kisah-kisah hidupku silahkan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhon Dhoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.17. Orang bodoh
"Justru kalian yang tak tahu diri dan tak tau batas kemampuan anak kalian, saya Ibu dari anak yang kalian persoalkan, disini bukan bukan kawasan perusahaan kalian, disini sekolah, kecuali kalian pemilik sekolah ini, silahkan bertindak sesuka hati.
Nah, kalian juga bukan donatur, terus apa kontribusi kalian, sehingga seenaknya mengatur sekolah ini, kalau kalian memang orang kaya, Kenapa sekolah disini, yang orang menengah saja bisa sekolah di sini, ucap Halimah.
"Kamu, kenapa bisa putramu sekolah ini? Hardik Sepupu Panji.
"Apakah ada aturan yang melarang putraku tidak boleh sekolah disini, Pihak sekolah saja tidak melarang, lantas kalian siapa, mau mengandalkan Keluarga Mahesa, yang katanya Keluarga nomor 1 terkaya di Indonesia, terus kenapa keluarga kalian tidak buat sekolah khusus saja", jawab Halimah menohok.
"Kepala Sekolah, dia ini adalah seorang Pelacur yang merayu aduk Sepupuku, dengan mengatakan Putranya adalah Anak dari Panji Mahesa, beberapa tahun lalu kami tahu belangnya dan kami usir, walau sempat kami semua menerimanya, bohong Ayahnya Alfredo.
Raut wajah Halimah sudah berubah, dia berusaha menahan emosinya agar tidak meledak.
"Saya pikir anda tidak lantas mengatakan hal seperti itu, apakah anda sudah sangat suci sehingga anda menghakimi orang lain, maaf kalau saya bertindak, Per hari ini, Putra anda saya Keluarkan dari sekolah, silahkan urus semua dokumen nya, di ruang administrasi, ngeri saya mendengar seorang terpelajar berbicara seperti itu, bukan mustahil Putra kain juga akan seperti itu, dimasa depan kami juga akan disalahkan, ucap Kepala Sekolah.
"Jika anda mengeluarkan Putra saya, saya juga akan menutup sekolah mu? Ancam Ayahnya Alfredo.
"Silahkan lakukan, kenakalan anak anda bukan sedikit, semuanya kami simpan, rupanya kamu memang tidak bisa di beri hati, ucap Kepala Sekolah.
"Baik Pak Kepala Sekolah, kami biarkan anak haram itu sekelas dengan putra kami, asal jangan mengganggu dan merebut makanan Putraku yang mahal", sengit ayahnya Alfredo.
"Maaf sekali lagi, silahkan ambil dokumen kalian dan bawa anak kalian pulang, ucap Kepala Sekolah itu.
"Jangan sampai kesabaran saya hilang, Pak Kepala Sekolah.
"Lantas kenapa kalau kesabaran kamu hilang, sudah berapa kali saya berikan kalian kesempatan akibat ulah Putramu, pulangkan dan didiklah putra anda dengan baik", ucap Kepala Sekolah.
Mau tidak mau, Ayahnya Alfredo mengurus dokumen anaknya, dia menatap tajam ke arah Halimah.
Halimah yang di tatap oleh ayahnya Alfredo, balik menatapnya dengan tajam.
"Awas kamu Halimah, keluarga kami tidak akan melepaskan mu, ancam Ayahnya Alfredo.
"Jangan kamu kira saya takut, silahkan bertindak, ucap Halimah.
Di kelas Kenziro, sedang asik mendengarkan penjelasan sang Guru, dan jika ada hal yang takut dia lupa, maka dia langsung menulisnya.
Halimah menaiki mobilnya, hingga membuat ayahnya Alfredo terkejut, bagi mereka, Halimah itu orang miskin.
Halimah langsung keluar pelataran Sekolah dan langsung kembali kerumahnya, karena ada pesanan cabai rawit 3 ton dari tengkulak besar di pasar induk.
Memang saat ini, kembali cabai rawit bikin pusing, karena kelangkaannya, 6 pasar tempat berjualan saja sudah habis 12 ton, makanya dia akan menunggu 3 hari lagi baru panen.
Selesai panen cabe, Halimah memanen kemiri, buah pala dan bunga pala, dia lanjut dengan lada hitam dan putih, terakhir ketumbar.
Selesai dari tanaman keras, dia berpindah ke sayuran, terlihat semu barang melayang sendiri dan tersusun rapi dalam karung, Tiba-tiba masuk Pesan dari Customer, bahwa tolong sediakan kentang 60 karung, wortel 25 karung dan Buncis 10, ternyata orang yang sama yang pesan Cabai.
kini semua barang sudah tersusun di rapi di gudang, tinggal tunggu truk pembeli datang.
Tidak sampai di situ, dari toko yang di pasar, meminta telur ayam 60 ikat, telur bebek 50, telur ayam kampung 30 ikat.
Mobil langsung berangkat setelah melihat mobil sedikit bergoyang, tiba di pasar langsung diturunkan, ternyata pembeli sudah menunggu.
"Terimakasih mbak, supplier kami lagi kosong telurnya, padahal kami nanti malam ada katering, telurnya habis, ucap pembeli itu.
"Kami tidak akan pernah kehabisan barang, kami juga punya barang yang lain, sayuran, cabai, paprika all varian, pokok nya tidak pernah kehabisan stok, ucap pelayan itu.
"Baiklah, saya akan katakan kepada bosku,boleh minta nomor telpon nya, ucap Pembeli itu.
"Silahkan download saja Aplikasi kami, pilih saja apa yang di butuhkan, kami juga memberitahu sisa stok kami, jika butuh banyak pesan hari ini besok barang ada sesuai permintaan, ucap Pelayan itu.
"Wah ternyata sangat bagus aplikasinya, ada layanan antar lagi, terimakasih mbak, ucap orang itu dan langsung pergi bersama mobil nya.
Kini Halimah sedang melihat-lihat ayam kampung yang berlarian, Halimah menjual daging ayam mempunyai yang juga laku, sebulan 5000 ekor tak kemana.
Tapi tidak akan pernah habis, ayam petelur juga seperti itu, sekali barang masuk maka tidak perluasan lagi memasukkan bibi yang sama.
Dia berjalan ke arah Selatan, ada tanah kering yang luas, akhirnya dia memilih tempat itu di jadikan Danau air laut saja.
Baru saja ngomong, terlihat air mulai memenuhi kawasan yang kering, terlihat tanah menyusut seperti tenggelam, dari fragmen yang dia baca katanya harus menyelam ambil air, astaga aku bacanya terlewati.
Aku tidak perlu menyelam untuk ambil air laut, cukup teteskan segini air laut maka air itu akan berubah.
Dia segera keluar dan menelpon orang di muara Angke, dia pesan lobster air laut, kepiting, dan juga segala jenis kerang, dan minta bawakan air Laut, orang muara Angke setuju.
Selama 2 jam menunggu, Halimah membaca laporan harian di tiap pasar, ternyata jika semuanya di gabung, total perhari rata-rata 600 juta, belum dari restoran, pasar induk dan lainnya, jika di total, pendapatan hariannya tembus 800 juta, belum di hitung uang pesan langsung kepada-nya.
Halimah tak membayangkan jika hidupnya akan berubah, usaha sudah punya, rumah sudah beli, tapi belum bisa di tempati, mobil ada, untuk orangtuaku juga sudah, kehidupan keluargaku di kampung sudah lebih baik, kakak dan adikku semuanya sudah mapan.
Adikku walau masih kuliah, dia juga punya usaha, pabrik batako, aku berikan uang untuk dia beli 3 mesin pres, dan juga tanah tempat produksi, sekitar 1 hektar, padahal dia seorang wanita.
Dia mempekerjakan 6 orang karyawan, dan saat ini dia lagi kebanjiran orderan dari teman kampusnya yang orangtuanya punya perusahaan Developer.
Soal mobil kedua saudaraku, sudah ku belikan, bahkan kakak iparku juga dibelikan, karena dia sangat baik dan kedua orangtuaku.
Untuk ayah sudah mu belikan Fortuner, kalau ibu katanya cukup Motor saja,lagian ibu tidak bisa bawa mobil.
Ayah sekarang sudah berhenti berjualan keliling, toko sembakonya sudah ku besarkan, lagian setiap bulan aku kirim 30 juta buat ayah dan ibu, untuk adikku 15 juta, sedangkan kakakku 5 juta
untuk hari Tua, ayah dan ibu deposito 1 triliun, adikku 500 milyar, kakakku 500 milyar.
Rumah mereka semua sudah sudah bangun, jadi bisa di bilang keluargaku di kampung adalah orang Terkaya.
Gaji kakak 15 juta, tambah pemberianku tentu sangat cukup buat mereka, kakak iparku sudah berikan 150 miliar dan 5 juta, kelak akan kutambah lagi.