Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 17
Resepsi pernikahan di ballroom sebuah hotel malam ini berlangsung meriah dan indah. Tak seorangpun tamu undangan akan menyangka apabila acara pernikahan yang terlihat sempurna ini menyimpan rahasia besar. Rahasia yang bagi sebagian dari mereka adalah sebuah senjata ampuh untuk menyerang dan meruntuhkan usaha Pak Abdi.
Bukan hanya pengantin wanita yang terlihat begitu menawan, Andini pun tak kalah cantik dengan polesan kosmetik yang tentunya bukan dari merek jadul. Walaupun masih tersisa sedikit rasa kecewa di hatinya, namun mengingat kebaikan keluarga Pak Abdi selama ini, Andini akhirnya bisa mengikhlaskan dan berharap semuanya berakhir dengan baik.
Sungguh pasangan pengantin yang kini tengah bersanding di pelaminan itu tak pandai bersandiwara. Andini dan Bu Indah berkali-kali mengingatkan mereka untuk tersenyum agar seolah-olah rasa bahagia sedang menguasai hati mereka. Senyum terpaksa memang sungguh menyiksa. Ardha dan Mawar benar-benar merasa lelah dibuatnya.
Akhirnya acara itu pun berakhir setelah beberapa jam berlalu. Mereka kini sudah berada di sebuah kamar hotel untuk kembali berganti pakaian. Kali ini Ardha tak mau kecolongan lagi.
Dia memperhatikan setiap perias yang kini tengah mengurus Mawar. Seolah paham akan gelagat Ardha, salah seorang dari mereka pun langsung berkata.
"Mbak Hesti malam ini gak ikutan pak", ucapnya.
"Mbak Hesti?", Ardha bingung dengan perkataan wanita itu.
"Eh, maksud saya Mas Hasto malam ini gak ikut ke sini pak, begitu..", jawabnya sambil tersenyum kikuk dan sedikit mengangguk.
"Oh.. begitu. Ya, sudah. Terima kasih", jawab Ardha sambil tersenyum puas kemudian berlalu ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
"Mbak, tolong maafin suami saya ya?", ucap Mawar tak enak.
"Ah, gak apa-apa kok Mbak. Dia juga begitu kan karena sayang sama Mbak..", jawab salah seorang perias yang malah menggoda Mawar.
Mawar ikut tertawa bersama mereka tanpa tahu pasti kenapa ia ikut tertawa.
********
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Ardha kini tengah berada di kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur Mawar. Ia sedang menggosok gigi sebelum pergi tidur. Kebiasaan yang hampir tak pernah ditinggalkannya sejak kecil walau selarut apapun waktu tidurnya.
Kemudian dia terdiam di depan wastafel sambil menatap ke cermin. Ia sedang mencerna apa yang terjadi hari ini. Dirinya kini sudah resmi menjadi seorang suami, dan Mawar adalah isterinya. Setelah ini terjadi Ardha malah semakin galau, bingung dengan apa yang akan dia lakukan ke depannya. Akankah dia menjalani pernikahan sewajarnya, atau sekedar sebagai status saja. Belum lagi dengan janji yang dibuatnya kepada Nadya.
Ardha membasuh mukanya dan mengusapnya dengan kasar seolah-olah hal itu bisa mengurangi kegalauan hatinya. Sebenarnya ia enggan segera keluar kamar mandi dan bertemu Mawar lagi. Dia takut akan menjadi canggung bila harus bertatap muka dengan Mawar, apalagi hanya ada mereka berdua di kamar ini.
Setelah memutuskan keluar, Ardha berusaha setenang mungkin dan berharap Mawar sudah tertidur lebih dulu. Ternyata benar, wanita itu nampaknya sudah tertidur pulas di salah satu sisi tempat tidurnya. Ardha kemudian berdiri diam sambil menatap wajah Mawar.
"Ya Allah, apakah aku telah melakukan kesalahan", lirihnya pelan.
Akhirnya ia memutuskan untuk segera tidur dan berharap besok saat tubuhnya telah kembali segar, ia bisa berpikir lebih jernih.
Tapi dimana? Ardha kembali bingung. Ardha tak punya keberanian untuk tidur di samping Mawar. Di sofa? Tak mungkin nyaman bila dari lutut hingga telapak kakinya tak tertampung. Akhirnya dia mengambil bantal dan memutuskan tidur di atas karpet depan sofa. Paling tidak karpet tebal itu cukup nyaman dan seluruh tubuhnya bisa berbaring dengan sempurna.
Tak berapa lama Ardha pun sudah tertidur pulas. Kini ruhnya sudah tidak berada di alam yang sama dengan ruh Mawar. Ya, ternyata Mawar belum tidur. Hanya pura-pura tidur dan dengan mata terpejam mengira-ngira apa yang tengah Ardha lakukan beberapa saat tadi. Setelah mendengar dengkuran halus Ardha, Mawar membuka matanya. Setetes cairan bening jatuh di sudut matanya mengingat ucapan pelan Ardha tadi yang sebenarnya sampai di telinganya. Ardha merasa pernikahan ini adalah sebuah kesalahan, Ardha menyesal telah menikahinya. Begitu yang dipikirkan Mawar sekarang.
Setelah menghapus air matanya, Mawar bangkit dari posisi tidurnya. Dilihatnya Ardha yang kini sudah tertidur pulas meski hanya di lantai.
"Maafkan aku..", ucapnya lirih dan sebulir air mata pun kembali mengalir di pipinya.
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...