Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mudah Akrab Dengan Anak Anak
Dua kardus sudah mendarat di atas meja. Perlahan Tito menarik tangannya melepas dua kardus tersebut. Namun, saat Tito sedikit lengah, tangan kanannya tak sengaja menghentak kotak disebelah dua kardus hingga kotak itu terjatuh dan isinya berhamburan. Mata Tito seketika membelalak saat melihat isi kotak itu.
"Gila! Banyak banget!" pekik Tito dengan suara sedikit keras. Namun seketika Tito membekap mulutnya karena takut yang punya kamar mendengar. Tito langsung celingukan dan matanya tertuju ke arah kamar mandi yang ada di kamar itu.
"Aman," ucapnya lega. Tito yakin majikannya tidak mendengar kegaduhan yang dia buat. Tito langsung berjongkok dan memunguti benda yang bentuknya sangat mirip dengan isi celananya. Yang lebih parahnya, benda itu bukan hanya ada satu, tapi ada sekitar delapan benda dengan berbagai variasi. Ada yang polos, lurus, berurat, bahkan bergerigi.
"Miss A win nyimpen ginian buat apaan ya? Apa buat urusan pernikahan juga?" gumam Tito setelah semau benda itu masuk semua ke dalam kotak dan diletakkan kembali ke tempat semula. Setelah semuanya merasa telah beres, Tito bergegas saja keluar dari kamar majikannya.
"Tito!" seru seorang wanita begitu Tito baru keluar dari kamar A win dan menutup Pintunya.
Tito segera saja menoleh. "Iya, Miss, ada apa?"
" Kamu abis ngapain? Kok keluar dari kamar Kak A win?" tanya Misa A zia.
"Abis naruh barang tadi, Miss, barang barangnya Miss A win," jawab Tito tenang. Dia takut A zia akan salah paham dan nuduh yang bukan bukan.
"Oh ..." cuma itu yang A zia balas.
"Miss Zia butuh bantuan juga?"
"Belum kayaknya, To. Nanti kalau butuh bantuan, aku pasti akan memanggilmu atau Yoyo."
"Oke, kalau begitu saya permisi ke belakang dulu, Miss."
"Oh iya, silakan. Aku juga mau naik ke atas."
Tito melangkah terlebih dahulu, meninggalkan A zia yang masih berdiri terpaku memandangi kepergian pelayan baru tersebut.
"Itu anak kenapa pake celana kayak gitu sih? Kelihatan banget tonjolannya. Pasti gede isinya," gumam A zia langsung cekikikan, lalu dia meneruskan langkah kakinya menuju tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai atas.
Tanpa sengaja, wanita itu memang memperhatikan penampilan Tito dari ujung kaki sampau ujung kepala. Dimata A zia, Tito lumayan keren. Tapi mata A zia tadi sempat terpaku dengan celana kolor yang Tito pakai. Ada tonjolannya yang tercetak dengan jelas dari balik celana kolornya.
Tanpa terasa, kini hari berganti malam. Para majikan sedang berkumpul di salah satu ruangan bersama dengan dua bocah yang asyik menikmati tayangan kartun dari layar tipis yang lumayan lebar terpasang di salah satu sisi dinding ruangan itu. Mereka memang lebih suka berkumpul disaja setelah makan malam.
"Gimana tadi siang? Ada yang melihat cara kerja penjaga anak anak nggak?" tanya A moy di sela sela obrolan yang sedang berlangsung.
"Tadi sih aku lihat, mereka sangat menikmatinya, Kak," ucap A Ling. "Tadi kebetulan setelah pulang kerja, aku menghampiri mereka di kamarnya anak anak. Dan mereka bisa langsung akrab gitu sama anak anak."
"Bener, Kak," sambung A mey. "Pak Li juga bilang, anak anak sangat lengket sama Tito dan Yoyo. Padahal baru kerja sehari."
"Baguslah, kalau anak anak nyaman sama mereka. Jadi mereka bisa betah kerja disini," balas Amoy sambil sesekali melirik ke arah dua bocah.
"Kak, kok Kakak mencari penjaga Binbin dan Zoe, dari luar negeri sih? Kenapa nggak cari orang sini saja?" tanya A zia.
"Bukan tanpa alasan, aku memilih orang dari luar negeri. Kamu tahu sendiri kan Ayahnya Zoe gimana? Dengan segala kekuasanya dia bisa melakukan apa saja. Kalau pakai orang dalam negeri, Darren bisa menyuap atau melakukan tindakan apapun demi bertemu Zoe."
"Iya sih, Darren kuasanya nggak main main. Kasian Zoe nantinya. anak sekecil itu harus mendengar ucapan kasar ayahnya."
"Apa Zoe masih trauma, kak?" tanya A mey.
"Masih lah, Mey. Walau sekarang udah nggak kayak dulu, tapi kalau melihat wajah Darren pasti dia nangis," A ling yang menjawab. "Beruntungnya Kak Moy mendapat penjaga yang sepertinya sayang sama anak anak."
"Semoga saja begitu. Zoe dan Binbin pasti merindukan sosok seorang ayah."
Disaat bersamaan, Zoe tiba tiba datang mendekat.
"Mom!"
"Eh, iya, Sayang. Ada apa?"
"Bolehkah aku tidur dengan Om Tito dan Om Yoyo?"
"Nah kan, baru juga diomongin."
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor