NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nasi Goreng

Dimas selalu memperhatikan Indah setiap harinya, bahkan ia juga menghitung hari dari Indah mulai datang bulan. Dimas selalu mencoret tanggal yang sudah dilewati, diam diam Dimas menghitung masa kesuburan sang istri. 

"Kamu sebenernya ngitungin apa sih mas, kok tanggalannya dicoret coret kayak gitu?" Tanya Indah penasaran. 

Pasalnya Dimas setiap hari selalu mencoret tanggal dimana tanggal itu telah berlalu. 

"Apa kurma mudanya sudah kamu habiskan?" Bukannya menjawab, Dimas malah bertanya balik pada Indah. 

"Tinggal lima biji tuh di kulkas, memang kenapa?" Tanya Indah lagi. 

"Dihabiskan ya sayang, setelah kamu selesai datang bulan. Kita usaha lagi" Kata Dimas seraya mengulas senyum pada Indah. 

Mendengar pernyataan itu, Indah mulai Paham. Bahkan dari raut wajah Dimas sangatlah bersemangat, terlihat optimis. 

"Heeemmm, jadi kamu menghitung masa kesuburanku?" Tanya Indah menebak. 

"Hehe, iya sayang. Kan aku ingin menepati janji ke ibu kamu, lagi pula pernikahan kita sudah dua tahun lamanya. Yang lain anaknya sudah bisa jalan dan ini itu, aku juga pengen kayak yang lain. Jalan jalan sore sambil gendong baby" Kata Dimas sambil melingkarkan tangannya di pinggang Indah. 

"Kamu tau nggak, salah satu cita cita aku itu, ketika aku punya anak, dan anak kita sudah SMA aku masih terlihat muda. Supaya orang menyangka aku teman dari anak kita, biar nggak terpaut jauh umurnya" Kata Dimas. 

"Tapi sekarang umur kamu aja sudah tiga puluh tahun mas, ya nunggu belasan tahun lagi, nanti anak kamu SMA kamu sudah umur enam puluhan tahun. Bukan dikira temannya lagi, tapi mungkin bisa dikira kakeknya" Kata Indah terkekeh meledek suaminya. 

"Yaaa, namanya juga harapan dan cita cita sayang. Nggak terwujud bukan berarti nggak bisa, ini semua hanya soal waktu" Kata Dimas rada manyun. 

Indah mendekat dan menangkup pipi Dimas, mengusap lembut seraya mengulas senyum kepada suaminya. 

"Mas.. " Kata Indah menjeda kalimatnya. 

"Hem" Respon Dimas seraya mengangkat alisnya menatap Indah dengan lekat, tangan Indah pun masih menangkup pipi Dimas. 

"Maaf ya, kalau aku nggak bisa wujudkan cita cita kamu. Seandainya saja aku ikuti apa kata kamu, dan setuju untuk periksa ke dokter. Mungkin sekarang cita cita kamu terwujud, menjadi seorang ayah di usia dua puluh delapan tahun. Aku terlalu egois memikirkan karier ku, dan mengesampingkan keinginanmu. Sekarang aku sadar, betapa beratnya menjadi pejuang ga.. "

"Sssttt, jangan berisik. Kamu selalu mengatakan hal itu disaat seperti ini, aku menerima apapun keputusanmu. Apapun pendapatmu, dan apapun maumu kalau aku bisa aku akan turuti. Lagi pula, aku mencintaimu tulus, aku juga tidak menuntut padamu untuk segera mendapatkan seorang anak. Aku menikahimu ingin menjamin kebahagiaanmu, karna kebahagiaanmu diatas segalanya. Kalau kamu bahagia, aku juga akan bahagia, yang penting kita ikhtiar sama sama. Dan kita wujudkan impian rumah tangga kita, jangan lagi pikirkan tentang hal yang sudah berlalu. Biarkan yang sudah terjadi menjadi kenangan dan cerita dimasa tua. Ini bukan salahmu, karna hidup adalah sebuah pilihan. Jangan sedih ya" Dimas menenangkan hati Indah dan mensuport Indah. 

Dulu awal pernikahan Indah dan Dimas, Dimas mengutarakan keinginannya untuk tidak menunda kehamilan, dan Dimas ingin segera memiliki momongan. Akan tetapi kala itu, Indah baru saja lolos ujian CPNS dan Indah berkata kalau ia ingin menikmati masa kerjanya selama satu tahun, dan Indah Ingin menunda untuk memiliki momongan dalam satu tahun itu. Lagi pula Indah berfikir kalau dia masih muda untuk memiliki momongan, maka dari itu Indah berpendapat untuk menundanya terlebih dahulu. Dan setelah satu tahun terlewati, Indah tak kunjung dinyatakan positif. Entah apa penyebab pastinya, yang jelas setiap kali indah tes hasilnya selalu negatif. 

Hingga pernikahan mereka menginjak usia dua tahun, mereka masih saja berdua. Dan yang paling menyebalkan dalam hidup Indah adalah pertanyaan dari orang orang. Entah mengapa pertanyaan kapan nikah? Dan kapan punya anak? Sudah menjadi tradisi tegur sapa di Indonesia. Bahkan lebih parahnya, terkadang selalu saja ada yang membanding bandingkan dengan pasangan satu dan yang lainnya. 

Untung saja Indah memiliki tetangga tak sejulid tetangganya yang ada di kota. Tetangganya yang saat ini cenderung sibuk dengan urusannya masing masing, meskipun ia tinggal di sebuah desa. 

"Terimakasih mas, kamu selalu mengerti aku. Dan selalu menjadi suport sistemku yang setia" Kata Indah lalu memeluk Dimas dengan erat. 

Dimas pun membalas pelukan istrinya, dan Dimas mencium perpotongan antara pundak dengan leher istrinya. 

"Sudah, jangan terlalu difikirkan. Yang penting kita fokus dan ikhtiar, tak perlu memikirkan hal yang negatif. Buat saja dirimu happy" Kata Dimas menyemangati Indah kembali seraya menatap Indah dengan senyuman. 

Pada keesokan harinya, Dimas dan Indah mulai mencicil mengemasi barang barang milik mereka. Rencananya hari ini mereka akan mulai menempati kontrakan mereka. Karna kebetulan pada hari ini adalah hari sabtu, dimana mereka tengah libur kerja. 

"Kalian beneran mau langsung menempati kontrak kalian hari ini?" Tanya bu Aini pada mereka berdua. 

"Hari ini kami masih menginap disini kok bu, kita hanya mencicil membawa dan meletakkan barang barang kami untuk kami taruh di kontrakan" Jawab Dimas seraya tersenyum. 

"Apa nggak dipikirkan lagi nak, rumah ibu dan bapak ini masih muat kalau untuk tinggal kalian berdua" Kata bu Aini memelas pada Indah dan Dimas. 

Indah menoleh pada Dimas, dan saat ini Dimas dan Indah saling beradu pandang. Seakan bingung mau menjawab apa pada ibunya itu. 

"Bu, kita itu sudah menikah, sudah sepantasnya kita tinggal berdua. Indah janji, kalau libur kerja nanti Indah akan rutin mengunjungi ibu dan bapak.  Ibu jangan khawatir. Lagi pula kontrakan kita nggak terlalu jauh kok dari sini" Kata Indah mencoba memberi pengertian. 

"Bapak sebenernya seneng kalau kalian tinggal disini, jadi bapak nggak terlalu kesepian. Kalau malam bapak ada teman untuk mengobrol, selain dengan ibumu. Soalnya Irwan dan Intan sibuk dengan dunianya masing masing, dan hanya Dimas yang bisa bapak jadikan teman ngobrol. Tapi ya mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi keputusan kalian. Kalian itu sudah dewasa, sudah berumah tangga. Kalian bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk, bapak hanya bisa berdo'a untuk kebaikan kalian dimasa depan" Kata pak Joko ikut menimbrung berpendapat. 

"Bapak dan ibu tenang saja, kita hanya butuh waktu untuk beradaptasi dalam kemandirian. Kita bukan pergi jauh seperti sebelumnya" Kata Dimas menenangkan hati kedua orang tua Indah. 

Mau tak mau bu Aini mencoba untuk mengerti dan memahami apa yang sudah menjadi keputusan anaknya itu. 

Usai mengenai baju mereka, Dimas dan Indah langsung berpamiran. Meskipun nanti sore mereka juga akan pulang kembali, untuk menginap semalam lagi dirumah pak joko. 

Indah dan Dimas akhirnya meninggalkan pelataran rumah pak joko, bu Aini dan pak joko terdiam memandangi bodi belakang mobil milik Dimas yang menjauh. 

"Huuufft, jadi gimana pak proses pembangunan rumah untuk Indah?" Ta ya bu Aini pada suaminya. 

"Yo sabar to bu, baru juga buat pondasi. Masih panjang prosesnya" Jawab pak Joko yang kini duduk di kursi depan rumahnya sambil membuka tutup gelas, dan menyeruput kopi yang ada didalamnya. 

"Lama banget, masih tahap pondasi" Kata bu Aini yang ikut duduk di kursi sebelah suaminya. 

"Dasar wanita, nggak sabaran. Kamu loh gitu Hu, dari dulu jadi orang nggak sabaran, dipikir bangun rumah kayak bangun candi? Yang hanya butuh waktu semalam, kan nggak" Kata pak Joko yang kesal pada istrinya. 

Bu Aini malah manyun tak jelas, kemudian kembali masuk mencoba mencari kesibukan sendiri. 

Mobil yang dikendadai Dimas terus melakukan meliuk liuk menyalip kendaraan didepannya. Kurang lebih perjalanan satu jam mereka dijalan, dan kini mereka telah sampai di tempat tujuan. 

"Alhamdulillah, sampai" Kata Dimas yang kini melepaskan sabuk pengamannya. 

Indah pun melakukan hal yang sama dengan Dimas, lalu mereka turun. 

"Sayang, kamu yang buka pintu ya biar aku yang ambil barang barangnya" Kata Dimas memberikan kunci kontrakannya pada Indah. 

"Iya mas, nanti aku sapu sapu dulu didalam" Kata Indah menerima kunci. 

Dimas dan Indah saling bantu dalam merapihkan barang barang serta pakaian mereka didalam kontrakan, mulai dari menyapu lantai. Menyusun perkakas piring dan alat alat dapur, yang sebenarnya tak seberapa banyak. 

Usai merapihkan semua, mereka istirahat sejenak. Perut Dimas terdengar keroncongan, Indah yang semula terdiam karna merasa gerah dengan suhu ruangan jadi berfokus pada Dimas. 

"Kamu lapar mas?" Tanya Indah pada suaminya. 

"Hehe, iya nih. Tapi kan kita belum ada bahan makanan, beli makan dulu yuk" Ajak Dimas untuk membeli makan. 

Dimas dan Indah pergi sebentar untuk mencari makan, akan tetapi sekian lama mereka berkeliling tak ada satupun rumah makan yang buka. Atau bahkan mereka sudah tutup, mengingat waktu memang sudah mulai agak gelap. 

"Eh, kayaknya itu pedagang nasi goreng deh sayang. Kamu mau nasi goreng?" Dimas menawari Indah. 

"Mau sayang" Jawab Indah. 

Akhirnya Dimas turun dan memesan dua bungkus nasi goreng. Tak menunggu waktu lama, nasi goreng yang Dimas pesan telah jadi. Mereka kini kembali ke kontrakan dan memakan nasi goreng bersama sama. 

"Yuk sayang dimakan" Dimas membuka bungkus nasi goreng muliknya, lalu membukakan milik istrinya. 

Apesnya, saat mereka hendak makan. Tiba tiba ada burung walet masuk tanpa permisi, dan terbang terbang didalam kontrakan mereka. Kontrakan Dimas dan Indah yang ternyata cat nya mulai mengelupas, dinding tertabrak burung walet itu. Sehingga cat yang mengelupas itu jatuh tepat di atas nasi goreng milik Dimas. 

"Ya ampun, ada ada saja sih. Malah jadi nasi goreng ketombe" Kata Dimas seraya menepuk jidat. 

Indah tertawa  melihat ke apesan suaminya itu. Untung saja milik Indah tak bernasip sama seperti milik Dimas. 

"Sini sayang, kita makan sepiring berdua. Tapi ada syaratnya" Kata Indah. 

"Apa syaratnya?" 

"Suapin aku"

"Dengan senang hati nyonyah" 

Dimas dan Indah akhirnya makan satu porsi berdua, Dimas menyuapi Indah. Sesekali Indah juga menyuapi Dimas, suasana keromantisan tercipta tanpa sengaja. Seraya menyuapi, Dimas tak putus pandangannya dari Indah, Indah juga tak memalingkan wajahnya dari Dimas. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!