NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 - Mungkinkah Ratu Ada di Hutan Desa Onde?

Bab 18 - Mungkinkah Ratu Ada di Hutan Desa Onde?

...***********...

Nak, sini diminum dulu kopinya!" 

Wanita paruh baya itu memanggil Adam dan yang lainnya dengan kibasan tangannya. 

"Ummm, gak usah, Mbah. Kita mau cari Pak Slamet. Tolong panggil suruh keluar!” pinta Adam.

"Ya sini dulu. Temenin si Mbah. Biar udah peyot gini kan dulu Mbah primadona desa sini,” ujarnya.

Adit dan Sule saling bertatapan. 

“Percaya elu?” bisik Adit.

“Percaya aja udah daripada repot nanti,” sahut Sule.

“Mbah, kita pamit dulu ya?” Adam berusaha bersikap sopan dan mengajak kedua sahabatnya menjauh.

“Loh, ini dimakan dulu pisangnya!” Wanita tua itu menyodorkan pisang goreng ke arah Adit.

“Duh, gue laper lagi. Mana enak banget itu pisang kayaknya,” gumam Adit.

Adam menepuk bahu sahabatnya yang tambun itu. 

“Bismillah, berdoa dulu terus elu perhatiin tuh pisang baik-baik!” titah Adam.

Adit pun menuruti titah Adam. Mendadak kemudian, ia terbelalak ketika mendapati banyak ular belang di piring yang disodorkan itu.

“Huaaaaaaa! Saya nggak jadi laper, Mbah!” pekik Adit.

“Elu liat apa?” Sule yang penasaran terus mendekat dan membaca doa seperti yang Adam perintahkan.

Sule sama terperanjatnya dengan Adit. Lututnya mulai gemetar dan melangkah mundur perlahan.

“Ini enak tau!” Wanita tua tadi langsung melahap ular-ular belang di piring tersebut dan mengunyahnya.

“Kita pergi aja, buruan!” ajak Adam.

“Eh, tadi kalian ketemu sama si mata merah, nggak? Ayo, sini ceritakan!" ucap nenek itu.

Reflek saja Adam, Adit, dan Sule mengangguk mengiyakan.

"Kok, Mbah tau?” tanya Adam.

"Mata merahnya sama nggak kayak gini?”

Tiba-tiba, kedua mata wanita itu menjadi merah. Lalu, bola matanya bahkan mulai melotot dan semakin tertarik. Nenek hantu itu pun tersenyum menyeringai. Kedua bola matanya perlahan seperti ingin melompat ke luar dari rongga. Perlahan demi perlahan. Dan benar saja, dua bola matanya lalu terlepas dan jatuh ke tangan wanita itu.

"Waaaaaaa! Kok kok bisa gitu matanya lepas?" pekik Sule.

"Gue bilang apa, dia itu setan, Bro!” sahut Adam.

"Setaaaaaaaaannnnn!!!” 

Adit langsung saja berlari sekuat tenaganya untuk menjauh.

“Woi! Buset si gendut kenceng banget larinya!” Pekik Sule, ia pun mengejar Adit.

Namun, langkah terhenti kemudian dan menoleh pada Adam.

“Dam! Buruan lari, woy!” serunya.

Adam mengangguk. Ia menoleh pada hantu wanita tua tadi.

"Permisi, ya Mbah. Anak perjaka ganteng ini mau pamit dulu. Aku mau ikut kabur, ya. Kalau nggak barang Adit sama Sule, udah gue injek itu mata!” sungut Adam.

Pemuda itu pun berlari menyusul dua kawannya yang sudah berlari kencang.

"Ini mata merahnya mau gak?" Wanita renta itu masih saja berseru menyodorkan bola matanya.

"Enggak usah! Saya nggak doyan! Udah buat Mbah aja, nanti gak bisa ngeliat kalau saya ambil," ucap Adam dengan teriakan saat menjauh.

Sementara itu, Sule berhasil menyusul Adit. 

"Dit, jangan tinggalin gue, dong!" seru Sule menghampiri laki-laki gemuk yang tengah kelelahan itu.

Adit pun menghentikan diri seraya membungkuk dan mencoba meraup pasokan oksigen di sekitarnya.

"Capek banget gue habis lari," sahut Adit dengan napas masih tersengal-sengal.

"Iya lah capek habis lari, emang kita habis makan apa! Gue juga capek, nih.” Sule yang kelelahan sampai terduduk lemas. Mengatur ritme napasnya menjadi normal dengan susah payah.

“Adam, Adam mana?” tanya Adit yang akhirnya ikut meletakkan bokong di samping Sule.

“Tadi di belakang gue,” sahutnya.

“Jangan-jangan diculik sama nenek grandong tadi,” kata Adit.

“Ayo samperin!” Sule bangkit. Akan tetapi, ia malah melangkahkan kaki ke arah berlawanan..

“Kalau mau nyamperin kan ke sana,” ucap Adit menunjuk ke arah kanan.

“Gak tau, ah! Kaki gue maunya ke sana aja. Gue takut diculik juga! Huaaaaaa!” Sule malah berlari lagi menjauh ke arah sebaliknya.

Adit mulai bingung. Ia pun malah memilih mengikuti Sule.

Adam kehilangan kedua sahabatnya. Ia sampai di sebuah jalan setapak menurun di hadapannya. Samar-samar, ia melihat sosok seorang gadis tengah berjalan di dalam hutan tak jauh dari tempatnya berada.

“Ratu?” gumam Adam.

Pemuda yang semakin penasaran dan tak menyangka kalau bertemu Ratu di desa itu, lalu memilih untuk mengikutinya. Adam melihat Ratu sedang menarik kaki seekor kambing besar dengan begitu mudahnya. Tatapan gadis itu kosong. Seraya bersenandung, ia semakin menarik kambing tersebut ke hutan lebih dalam.

“Ratu!” Adam akhirnya berseru memanggil Ratu.

Dengan setengah berlari, Adam berusaha untuk menyusul Ratu.

“Ratu! Ngapain kamu di sini!” pekik Adam.

Gadis itu menghentikan langkahnya, ia menoleh pada Adam. Senyumnya mengembang menyeringai dan menakutkan. Tiba-tiba saja, sesuatu benda keras menghantam punggung Adam.

Bug!

Pemuda itu jatuh ke tumpukan daun kering. Sayup-sayup, ia melihat Ratu mendekat. Kaki kanan gadis itu bahkan menginjak kepalanya. Namun, Adam tak kuasa lagi untuk menahan kelopak matanya terbuka. Ia tak sadarkan diri kemudian.

...*** ...

Setelah bertemu dengan Kakek Slamet, mereka menceritakan pertemuannya dengan hantu nenek penunggu hutan. Kakek Slamet meminta Sule dan Adit untuk kembali mencari Adam sebelum benar-benar hilang selamanya. Keduanya akhirnya kembali untuk mencari Adam bersama sang kakek.

Mereka melihat Adam terbaring di jalan setapak. Keduanya lantas membopong Adam ke rumah salah satu warga yang terdekat. Pemukiman warga di desa tersebut cukup sepi. Jarak rumah yang satu dengan yang satunya cukup jauh.

"Ayo, bawa ke sana saja!” titah Kakek Slamet.

Ia menunjuk rumah semi permanen yang dindingnya bercat hijau. Namun, di bagian belakangnya masih terbuat dari kayu.

"Ini rumah siapa, Kek?" tanya Sule.

"Rumah si Rohim. Seminggu yang lalu dia baru jadi korban wabah dan meninggal. Tapi sekarang, adiknya ikut kena. Jadi sekalian aja kalian periksa kan si Rahmat, sambil baringkan anak ini di dipan dan tunggu sadar,” imbuhnya.

Adit dan Sule mengangguk setuju.

"Assallamualaikum! Mbak Yu, Yu Karsih!” seru Kakek Slamet.

Ia mengetuk pintu rumah itu berkali-kali. Sampai akhirnya seorang perempuan membuka pintu itu. Gadis yang dikepang dua tersebut tersenyum ramah pada Kakek Slamet.

Adit memerhatikan dengan sumringah. Rambut hitam berkepang dua menambah keayuan gadis itu. Adit mulai terpesona menatap gadis itu. Apalagi saat gadis itu tersenyum manis padanya.

"Walaikumsalam. Eh, Mbah Slamet? Bawa siapa?” tanyanya.

“Ini anak-anak dari kota mau periksa si Rahmat.”

“Oh, yang pada dari kota, ya?” tanya Karsih.

Sule mengangguk seraya tersenyum. Tangan kanannya masih saja reflek menampar pelan pipi Adam. Sementara Adit masih saja menatap terpesona melihat gadis itu. 

Sule yang mengetahui sedari tadi sahabatnya tengah memandang gadis yang ada di hadapannya dengan takjub, Sule langsung menendang bokong Adit dengan kerasnya.

"Aduh! Sakit!" pekik Adit sampai jatuh berlutut di hadapan gadis itu.

"Kamu kenapa? Mau ngelamar si Karsih?” ledek Kakek Slamet.

"Eh, bukan gitu, Mbah! Nih, gara-gara si bisul nendang saya!” Adit menatap Sule geram.

“Lagian siapa suruh ganjen gitu? Ambilin Adam air sana! Gue sampai heran ini anak pingsan apa pules,” keluh Sule.

“Oh iya sebentar. Biar saya ambilkan teh hangat buat yang pingsan itu. Tapi kenapa bisa pingsan, ya?” Karsih terlihat bingung.

“Nanti saja dijelaskan. Udah sana buat minumnya!” titah Kakek Slamet.

Adit bangkit dan mendekati Adam. 

“Elu mau tau caranya biar Adam cepat bangun?” 

“Diapain? Jangan bilang elu mau gamparin Adam,” terkait Sule.

“Nggak lah! Gue mau kasih kaos kaki ajaib gue ini, hihihi.” Adit menyeringai seraya melepas sepatunya. Lalu ia sodorkan ujung kakinya ke arah Adam.

“Kampret! Gue nggak ikutan ya!” Sule menjauh mundur.

...******...

...To be continue…...

1
Zuhril Witanto
lanjut....
Zuhril Witanto
lanjut lah ....
Zuhril Witanto
kok gak pernah up thor
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
up dong kak ...
Ainun Asya Rzky
/Cry//Cry/ kak ve.... kngeeeeen
.. novel2 horor kak ve... emang terbaik.... 👍👍
Zuhril Witanto
semangat up kak....
Zuhril Witanto
lanjut thor
Hati Yang Terkilan
si Ratu yg ngalami mimpi buruk...kok aku yg tegang gini../Facepalm//Facepalm/...

Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘
Hati Yang Terkilan
mohon maaf Thor...aku mo nanya gimana tu nasi kucing...kurang ngarti aku Thor...

Salam Asli Sabahan.Malaysia.😘😘😘😘
𝓿𝓪𝓷𝓲𝓪
semangat up nya kak vie
Bunda silvia
Bagus cuman nunggu up lama
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
Karyo mencurigakan...
Mama Jasmine
ishhhh si karyo ganggu aja
rodiah
hadeuuuh mas karyo juga misterius itu...
Haryati
wih mas Karyo selalu muncul....curiga nih curuga
Mama Jasmine
mengerikan 😖😖😖
Haryati
haduh Adam hayoook cepat bertindak sebelum banyak korban lagi
Zuhril Witanto
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!