NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 Hambatan jalan

Gisel hanya diam berada semobil dengan Haikal yang memang tidak begitu banyak berbicara.

“Lu emang pendiam yah?” tanya Haikal berbasa basi pada Gisel, Ia juga ingin mencairkan suasana.

“ng-nggak kok kak, Gue juga suka ngobrol bahkan bisa semalaman ngomong kalau lagi pengen” jawabnya melebih-lebihkan, agar tidak dianggap introvert oleh Haikal

“Emang biasanya ngomongin apaan sampai semalaman ngomong?” Haikal penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Gisel, walaupun Ia tahu, Gisel sedikit melebih-lebihkan ucapannya.

“Gue suka ngomongin apa aja sih, biasanya Gue juga suka bahas makna warna dan makna bunga kalau lagi sama Karin, terus Gue juga suka bertanya tentang kedokteran dan Kesehatan sama kakak Gue” jawab Gisel yang mulai menjawab dengan lebih santai.

“Ya udah ngomong santai aja sama Gue” ucap Haikal dengan pandanganya yang fokus pada jalanan

Gisel menganggukkan kepalanya lalu mengambil ponselnya yang ada didalam tas. Memeriksa kembali balasan dari teman-temannya.

“Lu nggak mau ngomong apa gitu?” Haikal kembali melayangkan pertanyaan, rasanya Gisel tidak begitu tertarik dengannya untuk berbicara.

“Emang kak Haikal mau Gue ngomongin apaan?” tanya Gisel, Ia sebenarnya saat ini tidak begitu tertarik untuk berbicara, apalagi Ia cukup lelah membahas Jeno dan Karin.

“Menurut Lu, Gue gimana?” tanya Haikal pada Gisel dengan melirik Gisel sekila.

“Nggak giman-gimana sih, Kak Haikal kaya senior pada umumnya yang nggak mau berurusan sama junior, Kak Haikal juga selalu sibuk dengan kegiatan BEM, dan menurutku kerja Kak Haikal juga profesional” Gisel mencoba menjelaskan pandangannya mengenai Haikal dimatanya.

“Itu doang?” tanya Haikal menaikkan sebelah alisnya

‘Memangnya apalagi, apa mungkin dia ingin Gue ngejelasin sikap dinginnya yang seperti bongkahan es itu, muka seremnya kalau lagi marah saat rapat atau apa lagi?’ Gumam Gisel dalam hati,

Walaupun begitu apa yang dikatakan Gisel sebelumnya tidak berbohong, Haikal cukup professional dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua BEM, walaupun Gisel bahkan baru sebulan bergabung dalam organisasi tersebut.

“Lu kenapa tinggal di apartemen?” Haikal tiba-tiba penasaran dengan Gisel yang tinggal sendiri di apartemen.

“Gue biasa balik ke rumah kok, tapi kalau sama kakak Gue” jawabnya simple namun Gisel tampak tidak tertarik membahas hal tersebut.

Orang tuanya bahkan tidak pernah bertanya bagaimana kabarnya saat ini.

Haikal menganggukkan kepalanya, Ia dapat melihat raut wajah Gisel yang tidak nyaman dengan topik pembicaraan yang saat ini mereka bahas.

.

Setelah beberapa saat berkendara, kini Haikal sudah tiba di halaman cafe yang hendak dikunjungi Gisel bersama dengan teman-temannya.

“Makasih yah Kak, jadi ngerepotin” Gisel menundukkan kepalanya mensejajarkan tubuhnya pada kaca mobil.

Haikal hanya menganggukkan kepalanya, lalu melajukan mobilnya meninggalkan area cafe, Karena Ia juga buru-buru ke rumah Jeno.

“Gisel, Lu dianterin siapa?” tanya Nia yang baru saja datang dan melihat Gisel yang tampak canggung saat berbicara dengan orang yang mengantarnya.

“i-itu tadi Gue nggak sengaja ketemu Kak haikal di lobi apartemen jadi diajak bareng” jawab Gisel sembari menggaruk tengkuknya. Ia tidak ingin membuat Nia berpikiran lain mengenai dirinya dan juga Haikal yang merupakan senior yang famous.

“Wahh, Kak Haikal yang terkenal dingin itu ternyata suka juga yah ngasih tumpangan pada tetangga” Goda Nia sembari menyenggol bahu kanan Gisel.

“Eh Lu berdua kok nggak pada masuk, asik banget ngobrolnya” Wina yang sebelumnya menunggu keduanya di pintu cafe datang menghampiri karena melihat keduanya yang asik mengobrol.

“Eh, Karin uda ada didalam?” tanya Gisel mencoba mengalihkan pembahasan Nia yang menggodanya.

“Udah, dia didalam, ayo masuk kasian dia nunggunya udah lumayan lama kayanya” ucap Wina yang sebelumnya sudah mendapat kabar dari kedatangan Karin.

“Ya udah ayo” jawab Nia dan Gisel bersamaan.

Ketiganya masuk ke dalam cafe yang cukup ramai pengunjung bahkan saat ini bukan weekend tapi cafe yang mereka kunjungi tetap ramai.

Di cafe tersebut sudah ada Karin, ketiganya menghampiri Karin yang kini tampak murung.

“Hei, jangan murung-murung dong, kan kita kesini mau have fun” ucap Nia yang mempunyai karakter lebih ceria dibanding ketiganya.

“Oh iya, Gue udah paham sedikit banyaknya tentang masalah Karin…, dan Gue punya ide” Wina tidak ingin ber basa basi, Ia juga bukan anak yang pandai menghibur.

“Apa?” Ketiganya bertanya dengan tatapan mereka yang tertuju pada Wina.

“Karin kan pernah bilang kalau misalnya Ia tidak pernah bicara menolak secara terang-terangan pada Maminya mengenai perjodohan. Dan Maminya Karin juga kan nggak pernah dengar Karin dekat sama cowo. Gimana kalau Karin coba jelasin kondisi dia saat ini?” Wina memberikan saran yang disimak baik oleh ke tiganya.

“Terus kita culik Kak Jeno buat dibawah ke rumah Karin, begitu maksud Lu?” tanya Nia pada Wina yang begitu semangat menjelaskan solusinya.

“Yah nggak dong, kita jelasin sama Kak Jeno buat bantuin Karin aja, walaupun nanti Kak Jeno akan menikah dengan orang lain, seenggaknya Karin terlepas dari perjodohan yang tidak disukainya” sambung Kembali Wina.

“Gue sih sedikit sepakat, seenggaknya kalau kita minta Kak Jeno, Karin tidak berpura-pura kan depan Maminya” Tambah Gisel yang juga sepakat pada Wina.

“Kok Gue jadi bingung yah” Nia masih belum paham dengan jalan pemikiran keduanya yang terdengar aneh menurutnya.

“Jadi gini Win, kita minta tolong Kak Jeno buat ikut Karin kerumahnya dan diperkenalkan sebagai orang yang disukai Karin, tapi kita ngomongnya sama Kak Jeno buat bantuin Karin aja biar terlepas dari perjodohan, Tapi kita jelasin sama Kak Jeno kalau ini hanya rekayasa buat bantuin Karin doang” jelas Wina Panjang lebar pada Nia agar paham dengan maksudnya.

“Wahh ide bagus sih, karena kalau misalnya kita cari cowo lain, Karin pasti akan tampak berpura-pura suka. Karin bukan orang yang pandai berbohong” sambung Gisel yang cukup memahami bagaimana kriteria sahabatnya tersebut.

“Terus kita bakal buat alasan apa sama Kak Jeno kalau misalnya dia nanya kenapa dia yang kita pilih buat bantuin Karin?” Nia pernah keluar dengan Jeno saat berbelanja, jadi Ia sedikit tahu bagaimana karakter Jeno yang cukup baik dan tampaknya tak suka berbohong.

“Itu urusan belakangan, Kita bakal minta bantuan sama orang yang tepat”ucap Wina dengan senyum yang sumringahnya, entah apa yang dipikirkannya.

“Lu giman Rin, setuju nggak sama ide kita?” Tanya Gisel pada Karin yang hanya menyimak perdebatan mereka.

Karin menganggukkan kepalanya pasrah, Ia tidak tahu lagi. Ia juga tidak begitu yakin dengan perasaannya pada Jeno, Apakah Ia memang mencintai Jeno atau hanya sebatas mengaguminya saja karena kebaikan Jeno.

Namun setelah mengenal Jeno Ia jadi ingin memberontak ide Maminya, terlepas itu adalah perjanjian almarhum Papinya atau apapun itu. Karin hanya ingin memilih dan saat ini Ia punya pilihan lain untuk tidak mengikuti perjodohan yang sebelumnya Ia tidak tahu bagaimana cara menolak.

“Hai, Kita boleh gabung nggak, soalnya kursinya nggak ada yang kosong” ucap seorang laki-laki yang datang bersama temannya menghampiri tempat duduk ke empat perempuan yang sedang sibuk mengobrol.

“Maaf yah, Kita lagi bahas persoalan privasi jadi nggak bisa” Jawab Nia dengan sebaik mungkin, namun tetap saja penolakannya tersebut membuat kedua pria itu tersenyum kecut.

“Kita mau duduk doang kok, nanti kalau ada kursi kosong kita bakalan pindah” ucap temanya yang satu. Yang tatapannya sedikit melirik Karin yang tampak tidak peduli dengan kehadiran mereka.

“Maaf yah Kak, Kami memang lagi membahas masalah pribadi, dan mejanya juga di reservasi perorang kan, jadi kayanya Kakak nggak ada hak deh kalau mau maksa duduk disini” Gisel bersikap tegas karena Ia tidak suka dengan kedua pria yang menatap mereka dengan penilaian sepihak.

“Udah yah nggak usah aneh-aneh, ini bukan kantin yang bebas aja mau gabung-gabung” sinis Wina yang juga terpancing emosi melihat salah satu dari keduanya yang seolah marah karena mereka tidak terima mereka untuk gabung.

“Eh siapa nih, sempit banget dunia bisa ketemu disini” Candra yang baru saja melihat sedikit keributan pada salah satu meja yang ternyata di sana terdapat teman-temannya dan kedua orang pria yang juga tidak asing.

“Lu ngapain disini, nggak usah ikut campur yah” Ucap Rafa salah satu dari mereka.

“Gue pengen manggil Lu Kak, tapi kayanya kita nggak sedekat itu, dan Gue juga nggak pernah tertarik dengan urusan Lu berdua” Candra mengangkat kedua bahunya dengan wajah meremehkan keduanya.

“Tapi masalahnya Lu berurusan dengan teman-teman Gue” sambungnya lagi dengan sebelah bibirnya terangkat sehingga menampilkan senyum tengil meremehkan keduanya.

“Lu kenal Can?” Tanya Nia dengan menarik baju Candra pelan yang kini berdiri di samping tempat duduknya.

Candra menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Nia, namun wajah meremehkan keduanya tidak terlepas darinya

“Lu pikir Gue takut sama ketengilan Lu itu, Lu cuma pakai nama kakak-kakak Lu doang yah”

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!