"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Pernikahan airmata!
"Bella ...."
Panggilan itu disertai dengan terbukanya pintu ruangan dimana Bella berada. Mom Aline masuk sembari tersenyum manis.
"Ini sudah selesai?" tanyanya.
Mua yang mendandani Bella mengangguk sambil membereskan alat makeup lalu memasukan dalam tas.
"Sudah Nyonya, saya permisi dulu."
Mom Aline mengusap pundak Bella setelah hanya ada keduanya. Matanya menatap lekat pantulan Bella di kaca. Gaun putih gading memperlihatkan pundak mulus putih pucat Bella begitu cantik dan pas di tubuh mungil wanita itu.
"Mom, jangan lihat aku seperti itu," ucap Bella malu lalu menunduk.
"Kenapa tidak?" Mom Aline menaikan dagu Bella.
"Kau sangat cantik, sayang. Gaun ini, membuatmu layak disebut putri seorang raja dari negeri dongeng. Sudah siap berangkat?"
Bella mengangguk pelan. "Iya Mom."
Setelah Bella berdiri Mom Aline menyodorkan lengannya.
"Pegang tangan Mommy."
Bella melakukan apa yang Mom Aline perintahkan. Keluar dari ruangan, semua mata tertuju pada Bella. Beberapa pekerja mengangkat lemari besar untuk di tambah dalam kamar Leo bahkan nyaris menjatuhkannya saking terpesona pada bumil itu.
Tiba di parkiran, Revan siap dengan tuxedo hitam menunggu kedatangan keduanya sembari video call dengan seseorang. Punggung pria tersebut menyandar di samping pintu mobil. Ia teralihkan mendengar ketukan heels.
Revan seketika terdiam. Layar ponselnya tak sengaja merekam tiap langkah Bella mendekat.
'Ya Tuhan nona,anda sungguh cantik sekali,' puji Revan dalam hatinya.
Tak jauh beda dengan orang yang Revan hubungi, Leo.
Matanya sampai tak berkedip menatap lekat Bella melalui sambungan telpon itu. Sudut bibir Leo melengkung di bibirnya yang jarang tersenyum tersebut.
"Sempurna," gumam pria itu.
"Leo, kau kah itu, nak?"
Leo lekas menormalkan mimik wajahnya datar saat ponsel Revan sudah berpindah di tangan Mom Aline. Menampakan raut bahagia Mommy nya itu.
"Hmmm."
Mendengar itu, Mom Aline tertawa pelan sedang Bella sudah lebih dulu masuk ke mobil. Tanpa Mom Aline sadari, Leo curi-curi pandang lewat kaca mobil yang diturunkanq menampakan Bella duduk di kursi belakang namun pandangan wanita itu ke arah lain.
"Astaga, mempelai pria ini dingin sekali. Ya sudah! Bicara ini dengan pengawal mu. Tapi, jangan lama, kami akan segera berangkat."
Leo mengangguk pelan. "Hati-hati, Mom."
Di layar ponsel, berganti wajah Revan. "Kau, pelan-pelan saja membawa mobil. Sempat terjadi apa-apa. Kepalamu ku penggal!"
Gleg!
"Ba-baik Tuan."
Jangan sampai itu terjadi, ibarat dalam dunia burung, Revan sudah seperti induk untuk kedua adiknya.
Mobil yang di tumpangi Bella, melaju pelan di jalanan membuat Bella tentunya heran. Saking pelannya mobil itu bisa di kejar orang berlari santai.
"Bella, kenapa nak? Mual mu kambuh?"
"Tidak Mom. Mobil ini terlalu pelan. Bukannya acaranya sebentar lagi akan di mulai?"
Revan melihat dari kaca spion pada keduanya ikut buka suara.
"Maaf, nona. Ini perintah Tuan Leo," ujar bodyguard Leo itu lalu fokus kembali pada setir.
Mom Aline tersenyum tipis. Mengelus perut Bella yang masih rata.
"Tuh denger. Dia takut terjadi apa-apa padamu dan twins."
Bella tak berkomentar apapun. Ia hanya larut dengan pikirannya sepanjang sisa perjalanan. Tiba di tempat tujuan, jejeran mobil sport kiri dan kanan memenuhi parkiran.
Wanita dan pria berpakaian mewah bergandengan masuk. Bella menarik napas dalam sebelum melangkah keluar mobil.
"Ayo, sayang."
"Iya Mom."
Bella turun kembali mengandeng lengan Mom Aline.
"Bella!"
Merasa namanya di panggil. Bella menegok ke belakang. Brian dengan tuxedo abu-abu dan rambut terpoles klimis setengah berlari ke arahnya.
"Kak, kau datang?"
"Tentu saja. Leo walau galak, tidak akan bisa melupakan sahabat karibnya ini."
Brian tertawa jumawa. Bella hanya menarik sudut bibirnya sedikit. Mom Aline mengedar seperti mencari sesuatu.
"Brian, dimana pacarmu?"
Tawa Bryan semakin kencang karena pertanyaan Mom Aline.
"Ada. Suatu saat nanti pasti aku kenalkan pada, Tante."
Bella di buat bingung karena lirikan mata Brian lekat ke arahnya.
'Mungkin hanya perasaanku saja,' pikir Bella.
Ketiganya lalu berjalan bersama-sama ke pintu masuk. Lagu christina perry-Love thousand years bergema saat kaki Bella melangkah masuk.
"Love you for a thousand years."
Pandangan Bella dan Leo di altar bertemu saat pria itu memutar kepalanya ke samping. Rasanya Bella ingin menangis.
Disana, Leo begitu gagah dengan tuxedo hitam dasi putih model kupu-kupu mencetak jelas lekuk tubuh atletis dan otot-otot seksi di lengannya. Leo mengunakan tongkat bantu.
Ya, tiga hari belakangan. Leo rajin melatih kakinya dan juga mulai mau menjalani terapi untuk menguatkan otot dan tulangnya meski harus menahan sakit luar biasa.
Secara perlahan, kaki Leo menunjukan perubahan spesifik. Ia mampu berdiri lumayan lama.
"Mari kita sambut, mempelai wanitanya!" seru sang mc membuat gemuruh tepuk tangan mengisi gereja tempat pemberkatan pernikahan tersebut.
Kaki Bella melangkah semakin maju, tepat di bangku paling depan wanita itu berbelok lalu duduk di sana sendirian, sedang Mom Aline duduk di tempat yang sudah di sediakan.
Mata Bella berkaca-kaca tak urung ikut bertepuk tangan meski tangannya rasanya tak bertenaga. Menyaksikan, Kanaya di gandeng ayahnya mendekat pada Leo lalu di sambut uluran tangan kekar pria itu.
Ya, Leo menikahi Kanaya.
Dada Bella begitu sesak, rasanya oksigen masuk ke paru-parunya menjadi butiran paku. Beberapa kali Bella menengadah untuk menghalau cairan bening yang akan lolos, Brian disudut menatap prihatin Bella.
Dada Bella bertambah di remas tangan tak kasat mata. Saat Leo mengucapkan janji sakral setiap pasangan itu.
"Saya, Leo Devano Galaxy, dengan tulus ikhlas, bahwa Kanaya Ayodhya yang hadir disini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup," ucap Leo tanpa senyum juga wajahnya begitu datar.
Setelah imam memberkati keduanya. Giliran para tamu bersorak heboh. Kanaya di depan Leo, tak henti menebar senyum bahagia.
"Cium!"
"Cium!"
'Bahagia lah kak. Aku doakan, semoga dia mampu membuatmu lupa akan aku. Aku janji akan menjaga harta paling berharga mu ini. Terimakasih membuat aku tahu rasanya di cintai. Terimakasih sudah selalu melindungi ku. Aku melepas mu kak, meski dari awal aku memang tidak pernah menggenggam mu. Aku mencintaimu, Leo Devano Galaxy.'
"Nona, anda mau kemana?" tanya Revan duduk di belakang bangku Bella. Melihat nona nya itu berdiri akan melangkah pergi.
"Aku ingin ke toilet."
Leo rupanya mendengar, bersiap mendekati Bella sebelum tanpa di duga, Kanaya mengalungkan tangannya di leher Leo lalu tangan lainnya menarik dagu pria itu cepat. Kanaya mencium panas Leo di depan orang-orang.
'Sekarang kau milikku, selamanya hanya aku yang cocok bersamamu. Tidak akan aku biarkan wanita lain merebut mu, termasuk cinta dan perhatianmu, Leo. Kau hanya milik seorang Kanaya Ayodhya,' batin Kanaya berbangga diri.
Tanpa Kanaya tahu, mata Leo berubah sangat merah. Isi pikiran dan hatinya benar-benar berperang.
Demi Tuhan, Leo ingin menghancurkan apapun saat ini.
"Awww, sayang ... Kenapa aku digigit sih?! Astaga, berdarah," shock Kanaya mengusap bibir bawahnya yang memang mengeluarkan sedikit darah segar.
"Tidak sengaja," acuh Leo.
Padahal memang sengaja. Para tamu semakin jadi, menggoda keduanya.
"Kemana wanita itu?" saat Leo sudah tak melihat keberadaan Bella dalam ruangan itu.
Sementara di pagar belakang bangunan, Bella mendapat intruksi dari seorang pria , anak buah Leo. Ia mengajukan diri mengantar Bella ke toilet saat Revan tiba-tiba mendapat panggilan telpon.
"Nona, setelah anda keluar dari sini. Lurus saja. Ada persimpangan tiga. Disana tuan Brian menunggu anda."
Bella mengangguk cepat, bawah gaunnya ia naikan sedikit lalu menggenggamnya erat.
"Terimakasih, Bastian," ujar Bella terharu. Karena Bastian mau membantunya.
Tapi, Bella juga takut akan keselamatan Bastian. Namun di pikir-pikir kembali. Leo tidak akan menyadari kepergiannya karena pria itu akan di sibukan dengan resepsi pernikahannya.
Bella berjalan menjauh setelah meletakan heelsnya sembarangan di tanah. Bastian menatap kepergian Bella mendapat panggilan di ponselnya.
"Bagaimana?"
"Sesuai yang Tuan rencanakan. Nona Bella sebentar lagi, pasti sampai di tempat anda Tuan."
"Bagus, hilangkan semua bukti dan kau cepat pergi dari sana. Sebelum ada yang menyadari keterlibatanmu."
"Baik Tuan."
"Kak Brian!"
Panggil Bella terengah-engah setelah berjalan sepuluh menit lamanya membuat Brian yang masih dalam mobil segera keluar mendekat pada Bella.
"Oh, ya Tuhan, Bella. Jangan bilang kau berlari?"
"Tidak kak, selama hamil aku memang mudah capek," jelas Bella masih mengatur napasnya.
Wajah wanita itu sampai memerah seperti kepiting rebus.
"Begitu, ayo masuk ke dalam mobil."
Bella terpaksa mengalah di rangkul Brian. Mobil ditumpangi keduanya mulai melaju kencang.
"Kau yakin Bella dengan keputusanmu ini?"
Pertanyaan Brian bukan tanpa sebab. Takutnya, belum apa-apa Bella sudah merindukan Leo dan berniat minta dipulangkan.
Airmata Bella menetes deras hingga isakan kecil mulai keluar dari bibirnya.
"Aku mohon kak, bawa aku pergi jauh. Kemanapun, jadi pembantu di rumahmu pun tidak apa. Aku ingin membesarkan anak-anakku tanpa bayang masa lalu. Aku tidak kuat terus seperti ini. Bertahan disana, tidak akan bisa membuatku lupa padanya malah akan membuatku tambah sakit."
"Baiklah. Kau ikut aku." Brian mengusap puncak kepala Bella lembut. "Kenapa harus jadi pembantu, jika kau bisa jadi nyonya nya?" tambah pria itu lagi.
Bella terpaku mendengar pertanyaan Brian.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️