NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 - Berada di Desa Onde

...Bab 17 - Berada di Desa Onde...

“Mas Karyo, tadi habis dari sungai ke mana, ya?” tanya Adam.

“Sungai? Sungai yang mana, Dam? Saya kan lagi nonton kuda lumping bareng Sule sama Adit. Saya nggak ke sungai, kok. Kamu salah lihat kali,” jawab Karyo menepuk bahu Adam.

“Serius, Mas? Mas Karyo nggak ke sungai?” Adam mengernyit.

“Tanya aja sama Adit. Dit, aku tadi nonton wayang di sampingmu sampai habis, kan?” Karyo berseru memanggil Adit.

Pemuda itu lantas menoleh.

“Iyo, memangnya ada apa?” tanya Adit.

“Tuh, bener kan? Saya bingung loh kalau saya ke sungai mau ngapain? Adam ngelindur kali,” tukasnya seraya melayangkan senyum lalu masuk ke dalam mobil.

Siti mempersilakan Ratu untuk naik. Tetapi tidak dengan Sari.

“Aku kok nggak dibukain pintu?” tanya Sari.

“Masih punya tangan, kan? Buka aja sendiri!” Siti tertawa kecil.

“Huh, jadi pembantu aja belagu!” keluh Sari.

Sementara itu, Adam masih saja terlihat bingung. Ia tak menyangka dengan jawaban dari Karyo. Dalam hatinya menyimpan banyak tanya. Siapa gerangan yang menyerupai Karyo yang ia lihat tadi. Ia juga memperhatikan Ratu yang masih saja terdiam dan tertunduk.

“Dam, elu mau pulang nggak? Ayolah gue ngantuk nih!” ajak Sule.

“Iya, buruan yuk! Gue mau bikin mie rebus nih, gue laper!” sahut Adit.

“Huh, dasar gentong!” Sule menoyor Adit.

Adam akhirnya melangkah masuk ke dalam mobil. Sesekali ia melirik ke arah Ratu yang lagi-lagi hanya menunduk. Bahkan jika kedua mata mereka saling bertaut, Ratu buru-buru mengalihkan pandangan.

“Besok kita ke desa sebelah. Kata Mas Pardi ada korban wabah juga di sana. Pak Kades minta kita buat memeriksa,” tukas Sule.

“Tapi, kalau nanti ada yang meninggal lagi, kita nggak disalahkan, kan?” tanya Adit.

“Ya nggak lah, enak aja main nyalahin kita. Ya nggak, Dam?” Sule menoleh pada Adam.

Pemuda itu tak menjawab dengan suara, ia hanya mengangguk. Pikirannya masih melayang ke beberapa waktu sebelumnya mengingat kejadian di sungai.

...***...

Keesokan harinya pukul sepuluh, Adam dan yang lainnya tiba di Desa Onde.

“Eh liat, rumah Pak Kades gede bener, ya?” Adit menunjuk ke arah bangunan berlantai dua dengan pagar besi warna emas nan tinggi tak jauh dari tempat mereka berada.

“Memang rumah itu paling besar, milik keluarga Nawang Wulan. Ayolah parkir di dalam sana saja ya,” kata Sule.

“Oh, pantes ada tulisan di gapuranya “Welcome to Nawang Wulan’s Mansion” gaya banget pakai bahasa inggris, ya?” tunjuk Adit ke arah gapura besar di hadapan mereka.

Adam merespon dengan mengangguk.

Mereka lantas disambut oleh beberapa asisten rumah tangga. Ketiga pemuda itu bertemu dengan pria berusia lima puluh tahun yang berjanggut putih tebal bernama Karto Utomo.

“Selamat datang, anak-anak muda hebat semuanya!” sambutnya.

“Terima kasih, Pak. Saya Sule, ini teman saya Adit dan Adam.”

Perkenalan dengan cerita basa-basi pun dimulai sekitar tiga puluh menit. Disuguhi banyak jamuan pula seraya bercengkrama membicarakan mengenai wabah penyakit yang ditakutkan akan menular.

“Tapi aku yakin kalau ada pelaku pesugihan biduri di desa ini, Pak.” Pemuda berusia dua puluh tahun yang wajahnya mirip dengan Pak Kades, muncul dari dalam rumah.

“Jangan ngomong sembarangan, Joko! Perkenalkan ini putra saya, Joko Anaknya Nawang Wulan,” ucapnya.

“Namanya unik, ya?” bisik Adit.

Adam meliriknya penuh makna agar berhenti bercanda.

“Tadi, elu bilang pesugihan biduri?” tanya Adam.

“Iya, pesugihannya si Hadinata dari Desa Gandasturi itu. Pasti punya pengikut sampai sini terus nggak bisa cari tumbal baru, malah anak-anak desa sini jadi korban,” imbuh Joko.

“Joko, sudah Bapak bilang kalau itu cuma gosip,” terang Karto.

“Iya, Mas Joko. Kan ada indikasi kalau penyakit kulit itu menular,” ucap Adit.

“Halah, masa kalau menular cuma ke anak-anak aja. Buktinya aku pernah pegang tangan si Rahmat, tapi aku nggak kenapa kenapa,” jelas Joko.

“Mungkin imunitas tubuh Mas lagi bagus,” sahut Adam.

“Tau lah! Pokoknya aku bakal cari pelaku pesugihan biduri di desa ini!” Joko bergegas pergi dari rumahnya menaiki sepeda motor matic warna biru.

“Sudah, nggak usah ditanggapi anak itu. Kalian nanti diantar sama Slamet ya ke rumah warga. Saya minta tolong buat menyembuhkan anak-anak yang sakit di sini, soalnya kami belum punya tenaga medis yang baru,” kata Pak Kades.

“Petugas puskesmas di sini pada ke mana, Pak?” tanya Sule.

“Yang satu meninggal, Mas. Yang satu lagi pergi karena takut,” ucapnya.

“Inalillahi, kenapa takut Pak?” tanya Adam.

“Takut ketularan katanya. Soalnya sudah ada lima orang korban anak,” kata Pak Kades.

“Lah, petugas itu ketularan juga emangnya sampai meninggal?” tanya Adam.

“Nggak, Mas. Dia meninggal jatuh dari sumur,” sahutnya.

“Lah, apa hubungannya?” Adam menggaruk kepalanya meski tak gatal.

“Soalnya dia gentayangan, jadi petugas satunya kabur, hahaha.” Pak Kades malah tertawa sendiri.

Sule dan Adit pun enggan menanggapi. Namun, mereka berpura-pura ikut tertawa.

“Dih, nggak jelas!” gumam Adam.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan pakaian lurik dan batik menghampiri. Ia meminta Adam dan lainnya untuk mengikutinya berjalan menuju ke rumah warga.

Setelah berjalan hampir lima belas menit, langkah Adam terhenti saat ia melihat sepasang mata berwarna merah, mengamatinya dari balik semak.

"Dam, elu ngapain diem di situ? Entar kesambet loh?" tegur Adit yang menarik lengan Adam.

"Elu liat deh di situ!” pinta Adam.

"Mana sih?" Adit menoleh ke sekitar.

"Itu tuh matanya tadi ada dua terus sekarang jadi … hah, kok ada empat?" tunjuk Adam.

Sule pun menghentikan langkahnya dan ikut mengamati karena penasaran. Ketiganya lantas saja langsung berpandangan saling menatap satu sama lain.

“Lari, Lari!” titah Sule.

Dan tanpa pikir panjang lagi, Adit mengikuti perintah Sule. Tadinya, Adam mau menghampiri pemilik mata merah itu. Namun, ia ikut berlari saja untuk menutupi kemampuannya. Kedua sahabatnya ternyata sudah berlari dengan kencangnya karena takut. Sampai akhirnya, mereka kehilangan jejak Pak Slamet.

“Si kakek tadi ke mana?” Adit mengatur napasnya yang kembang kempis.

“Mungkin masuk ke rumah itu!” Sule menunjuk sebuah rumah kayu yang tampak tua dan terlihat menyeramkan. Napas pemuda itu juga tersengal-sengal. Ia meraih botol air mineral dari dalam tas ransel di punggungnya lalu meneguknya sampai habis.

Tiba-tiba, hawa dingin dan bau bunga melati terasa menyeruak menusuk ke dalam hidung si penghirupnya. Bulu kuduk pun ikut meremang menambah ketakutan.

“Kok, kayak rumah kosong gitu,” lirih Adam.

“Iya juga sih. Duh, perasaan gue nggak enak nih,” bisik Adit mulai gemetar.

“Loh, ada tamu. Kalian sedang apa di sini, cucuku?" tanya seorang wanita paruh baya berkebaya yang muncul dari dalam rumah tersebut.

"Eh, ummm... anu Nek. Lihat Pak Slamet?” tanya Sule.

"Oh... nyari Slamet, toh. Ada di dalam. Sini, sini, duduk dulu. Mbah buatin minum dulu, ayo sini," ucapnya seraya menepuk kursi rotan di halaman rumahnya.

Nenek itu lantas masuk ke dalam rumah. Ketiga pemuda itu berpikir kalau nenek itu sedang memanggil Slamet. Namun, wanita renta itu malah keluar dengan membawa sepiring penuh berisi pisang goreng yang hangat.

“Wangi amat tuh pisang, gue jadi laper,” gumam Adit yang hendak mendekat dan meraih pisang goreng tersebut.

Namun Adam melarangnya.

"Kenapa sih, Dam?” toleh Adit.

"Lihat tuh, kaki si nenek nggak Napak,” bisik Adam.

"Hah? Masa sih?" Sule mencoba mengamati dengan saksama wanita paruh baya yang berdiri di depan rumahnya.

...******...

...To be continued...

1
Haryati
selamat berjuang menuntaskan misteri Adam ..
Zuhril Witanto
lagi thor🤭
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
gimana mau ada...pastilah arwahnya di sekap ma pesugihan pak Hadi .kan Karyo pernah bilang kalau wabah penyakit nya ilang bakalan ada yang mati sebagai ganti
Mama Jasmine
curiga sama Karyo yg bunuh pak sugeng
tah dikasi racun atau apa ???

ahhhh curigaan mulu kan gara2 kak vie bikin cerita beginian /Facepalm/
Mama Jasmine
aku mulai curiga sama si sule
bisa jadi dia terlibat dgn sengaja membawa Adam ke desa itu
kali aja ini ada hubungannya dgn nyi ageng atau masako lagi yg ngincar keluarga kencana ungu

lahhhh aku mulai traveling tebak2an nih hehehehe
Mama Jasmine: iya nih lama gak men petak umpet disini
soalnya sedang kembali di dunia nyata wkwkwkwk/Chuckle//Chuckle//Chuckle/
Vie Junaeni: aku suka aku suka tebak²an nya

/Smile//Smile//Smile/
total 2 replies
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
tuh kan Karyo tau tapi pura2
Zuhril Witanto
kayaknya ratu gak sadar kalau udah makan kambing
Haryati
mas Karyo pasti tau itu pesugihan dan rahasia tu uan Hadi...🤔🤔
Vie Junaeni
ngeri kena mental sama Adam ya
Tini Timmy
ini jatuhnya pocong yang kena mental /Joyful/
Tini Timmy
Adam bener" ya/Sob//Facepalm/
Tini Timmy
/Facepalm//Facepalm/
Haryati
cong.....pocong wes tak bilangin jangan gangguin Adam,.kena mental kan lu....😂😂😂😂
Zuhril Witanto
ngakak🤣🤣🤣🤣
Zuhril Witanto
apa iya ratu
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣Adam di lawan
Mama Jasmine
udah Dam minta info aja sama tuh pocong soal Adit
kalau tuh pocong tutup mulut sumpel aja mulutnya pakai jantung pisang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!