NovelToon NovelToon
Wanita Malam Milik Tuan Damian

Wanita Malam Milik Tuan Damian

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Pelakor / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:27.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dayu_SA

"Menikahlah denganku," Dina nyaris menyemburkan jus yang baru saja ia minum demi mendengar kata-kata Damian.

Ardina Maharani, seorang waitress club malam, karena desakan ekonomi terpaksa menyetujui perjanjian pernikahan dengan Damian Adinata, seorang CEO muda yang membutuhkan keturunan. Sesuatu yang tak bisa istri pertama pria itu berikan.

Mampukah Dina bertahan untuk selalu menjadi yang kedua? Atau justru ia akan menggeser posisi istri pertama dan menjadi satu-satunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu_SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB [11]

Pagi itu Dina bekerja seperti robot. Gadis itu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik hanya saja seolah tanpa kesadaran. Dia sama sekali tak membiarkan otaknya berpikir, ia kerjakan apapun yang bisa ia kerjakan. Berusaha menjaga otaknya tetap waras.

Karena ketika gadis itu terdiam sebentar saja, otaknya serasa akan pecah detik itu juga. Semalaman ia bahkan tak bisa tidur. Memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk memecahkan masalahnya. Namun hingga akhirnya pagi tiba pun, tak kunjung ia dapatkan solusinya.

Empat puluh juta, jelas bukan jumlah yang sedikit. Apalagi bagi dirinya yang memang memiliki keuangan jauh di bawah standar.

Memang sudah sejak lama ibunya dianjurkan untuk menjalani operasi karena memang sesak yang ibunya derita sudah tergolong kronis. Gangguan jantung yang memang hanya bisa sembuh jika menjalani operasi.

Bukan bermaksud abai, jika ia memiliki uang, sudah tentu sejak lama ia berikan untuk biaya operasi itu, namun apa mau dikata, untuk sekedar biaya hidup setiap bulan saja dia sering keteteran.

Teman kerjanya sudah sejak tadi merasakan ada yang tak beres padanya namun mereka hanya diam. Memberi Dina privasi, jika memang gadis itu menginginkan pendengar, sudah pasti mereka siap untuk melakukannya. Namun melihat sikapnya kini, mereka semua paham jika Dina mungkin masih terlalu kalut untuk bercerita.

Keheningan yang terjadi di ruang pantry seketika buyar ketika terdengar suara telpon berbunyi. Fitri yang kali itu memang tepat berada di sebelah telpon dengan cepat mengangkatnya. Sesaat kemudian raut wajahnya berubah pucat dan terlihat kebingungan.

"Din, dapat telpon dari Pak Rendi, asisten utama Pak Damian, kamu di suruh datang ke ruangan CEO sekarang," ujar wanita itu kemudian.

Semua mata langsung tertuju ke arah Dina. Mereka semua jelas memiliki pikiran yang sama. Ada urusan apa sehingga CEO mereka yang dikenal super sibuk tiba-tiba memanggil karyawan rendahan sekelas petugas kebersihan untuk datang ke ruangannya?

Tentu pemilik wajah paling pucat saat ini adalah Dina. Pikiran gadis itu kembali ke kejadian malam kemarin di mana Damian seolah mengenalinya. Karena masalah yang ia hadapi, gadis itu sampai lupa dengan hal sepenting itu. Sepertinya Damian memang benar-benar telah mengenali wajahnya.

Ya Tuhan, cobaan apalagi ini? Apakah ia harus kehilangan pekerjaannya juga sekarang? Apakah Dina benar-benar harus kehilangan satu-satunya pegangan hidup yang saat ini gadis itu miliki?

Dengan gontai gadis itu melangkahkan kakinya ke arah lift. Menekan tombol lift dan memasrahkan diri pada apapun yang akan terjadi nanti. Tubuhnya terasa benar-benar lemas. Lelah hati dan lelah mental, Dina berpikir jika terus seperti ini mungkin dirinya akan mati sebentar lagi.

Tanpa gadis itu sadari dirinya sudah berada di depan ruangan CEO, Rendi yang memang sejak tadi berjaga di depan ruangan CEO dengan cepat berdiri dan menghampiri Dina yang masih berdiri dengan tatapan kosong.

"Selamat siang, Mbak Dina ya?" tanya pria itu memastikan yang hanya dijawab Dina dengan anggukan pelan. "Silahkan masuk, sudah ditunggu oleh pak Damian," lanjut pria itu lagi.

Dina kembali mengangguk pelan sambil mengikuti langkah pria itu kemudian. Ketika sudah memasuki ruangan, ia langsung dihadapkan dengan pemandangan Damian yang masih bergelut dengan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.

Aura pria itu saat bekerja benar-benar berbeda dari apa yang biasanya pria itu tampilkan saat berada di club malam. Damian yang ia lihat saat ini terlihat seperti pria dewasa yang matang, serius dan profesional.

Namun sayangnya, di tangan pria inilah nasibnya kini ditentukan. Apakah Damian akan langsung menendangnya dari kantor ini atau mau berbaik hati untuk memberinya sedikit keringanan.

Suara bolpoin yang diletakkan di meja membuyarkan lamunan Dina, gadis itu kemudian menatap dengan seksama pada Damian yang kini juga tengah menatapnya. Pria itu kemudian melihat jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sudah jam makan siang, ayo ikut aku sebentar," gumam pria itu sambil menarik jas berwarna hitam yang sempat ia sampirkan di kursi kerjanya.

Makan siang katanya..., Dina membatin. Merasa tak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar. Padahal dalam hati gadis itu sudah mempersiapkan mentalnya untuk kemungkinan terburuk.

Bahkan hingga dia sudah duduk di salah satu private box di sebuah restoran yang berada tak jauh dari kantor pun, Dina masih merasa kesadarannya belum sepenuhnya kembali. Ada apa ini? Kenapa Damian mengajaknya kesini?

"Kamu mau makan apa? Pesan apa saja yang kamu inginkan," ucapan Damian kembali menyentakkan kesadarannya.

Dengan gugup gadis itu menunjuk ke arah menu. Menunjuk gambar sepiring ayam bakar. Menu yang paling familiar menurutnya.

Damian kemudian memanggil pelayan. Menyebutkan makanan yang dipilih Dina dan juga beberapa menu unggulan restoran yang namanya saja terdengar asing di telinga gadis itu.

Masa menunggu menjadi masa yang paling menyebalkan bagi Dina. Ultimatum yang ia tunggu tak kunjung datang karena Damian hanya terdiam sambil sesekali mengaduk minuman yang terhidang di depannya.

Menghela nafas, Dina memutuskan untuk membuka pembicaraan. Mungkin dengan permintaan maaf, dirinya akan mendapat sedikit keringanan.

"Pak Damian," Dina kembali diam mendapati Damian yang langsung menatap matanya. Gadis itu menarik nafas dalam sebelum melanjutkan ucapannya, "maaf, saya bukan bermaksud untuk...,"

Ucapan gadis itu kembali terhenti ketika melihat Damian merentangkan telapak tangan di depannya. Mengisyaratkan Dina agar gadis itu menghentikan ucapannya.

"Sebelum kamu menjelaskan alasanmu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan terlebih dulu," ujar pria itu dengan tenang.

Dina yang semakin gugup meraih gelas jus jeruk yang berada di depannya sebelum kemudian menyesap jus itu dengan pelan.

"Menikahlah denganku, jadilah Ibu bagi calon anakku." Ucapan pria di depannya ini nyaris membuat Dina terjengkang ke belakang. Jus yang baru saja ia telan nyaris membuatnya tersedak.

"Maksud Bapak?" tanya gadis itu kemudian. Bagaimana tidak, CEO di perusahaan tempatnya bekerja tiba-tiba saja mengajaknya makan di restoran mewah dan tak kalah tiba-tiba pula, mengajak gadis itu untuk menikah!

Sungguh dari sekian banyak kemungkinan yang ia bayangkan sebelumnya, ucapan Damian tadi jelas di luar perkiraannya. Yang gadis itu antisipasi sejak tadi adalah kata-kata pemecatan, bukannya lamaran.

"Aku tahu kondisi keluargamu. Dan aku juga tahu kamu bekerja sebagai waitress di club malam bukan? Nona Sandara? Kamu pikir aku tidak mengenalimu?" tanya pria itu kemudian. Tatapan mata pria itu mengarah pada tanda lahir yang berada di leher Dina. Tanda lahir yang sejak awal berhasil menarik perhatiannya.

Dina dengan cepat menundukkan kepalanya. Mencoba menyembunyikan wajahnya dari tatapan Damian. Ternyata benar, bosnya ini memang sudah mengetahui identitas aslinya.

Memang tidak ada larangan untuk bekerja di dua tempat yang berbeda di perusahaan mereka. Namun bekerja sebagai waitress di club malam jelas bukan profesi yang akan mengharumkan nama perusahaan mereka. Yang ada justru sebaliknya.

Dina sama sekali tak menyangka Damian akan mengenali dirinya. Demi Tuhan! Dia hanyalah seorang cleaning service di perusahaan Adinata. Bagaimana bisa sang CEO mengetahui keberadaannya?

"Jika kamu tertarik, kamu bisa membaca kontraknya lebih dulu," ujar Damian dengan santai sambil mengulurkan selembar kertas bertuliskan 'kontrak perjanjian'.

Dina melirik satu lembar kertas yang baru saja diserahkan Damian padanya. Kening gadis itu sedikit berkerut. Entah mengapa adegan ini mengingatkannya tentang adegan di film-film. Mata gadis itu kemudian terbelalak lebar ketika mendapati nominal-nominal yang tertera di dalam surat.

1
muna aprilia
lnjut
Endangdaman
ah so sweet deh damian
sumiyati budiyanto
iya bagus,alurnya jg enak dibaca
nuraeinieni
aq mampir thor
wawawawa
apa"an si shesil😒
Dayu SA
luar biasa
LISA
Semangat y Kak..kita tunggu update nya
Dayu SA: Wahhhh makasi ya kak, komentar dan likenya sangat berarti buat mendongkrak semangat nih. Kawal terus perjalanan mereka sampai tamat ya! makasi ^^
total 1 replies
LISA
Bagus ceritanya Kak..
LISA
Slmt y utk Dina & Damian..meskipun pernikahannya terkesan buru²..bahagia selalu y utk kalian berdua
LISA
Syukurlah ibunya Dina udh pulih..yg kuat y Dina..Damian org yg baik koq..
LISA
Luar biasa
LISA
Damian emg suka sama Dina makanya dia menawarkan perjanjian itu..y moga aj Dina menerimanya..
LISA
Damian mulai tertarik sama Dina
LISA
Aq mampir Kak
Dayu SA: sippp... makasi kak ^^
total 1 replies
Bunda
nyimak Thor 🙏🏻
Dayu SA: Silahkan, terimakasih kak 🙏🏻
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up Thor
Bunda: g ada kelanjutannya ya
Anto D Cotto: sep, tetap semangat thor 👍
total 3 replies
Anto D Cotto
menarik
Narty Mafaza
suka banget baru ketemu novel ini langsung klik,,, gak banyak typo n alurnya jelas GK berbeli² pokoknya suka suka
Dayu SA: Makasi kak, dukung terus ya, kawal Dina sama Damian sampai tamat 😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!