NovelToon NovelToon
Satu Malam Panas Bersama Mu

Satu Malam Panas Bersama Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / One Night Stand / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ain Izza

Daffa bertemu lagi dengan wanita yang meninggalkannya setelah menghabiskan malam panas bersama lima tahun yang lalu dan sedang menggandeng seorang anak laki-laki yang mirip dirinya!
Selama itu pula, Daffa berusaha mencari dia dan diliputi rasa bersalah atas apa yang menyebabkan wanita itu pergi, dan kini Daffa bertekad untuk tidak melepaskannya lagi. Namun, ternyata wanita itu tidak menginginkannya.
Daffa harus berjuang untuk menyakinkan Desi akan cintanya dan juga mencari restu dari orangtuanya yang telah merencanakan perjodohan untuk dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ain Izza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Daffa dan Raka

"Ayo nak Raka masuk dulu" ucap Rini dan Raka pun mengangguk. Rini pun berlalu masuk.

"Teman kamu Des?" tanya Raka sambil melihat ke arah mobil pajero milik Daffa.

"Em mmm..." Belum sempat Desi menjawab terdengar suara Daffa yang menggelegar.

"Awwwhhhh shh !!!" teriak Daffa dari dalam rumah membuat Desi pun berlalu masuk.

*

*

*

Desi memasuki rumah dan melihat Daffa yang sedang memangku Gala.

"Kenapa sih kak?" tanya Desi membuat Daffa menoleh.

"Kena teh panas tuh." Daffa menunjuk tangannya yang terkena percikan teh yang beberapa menit lalu Desi hidangkan untuknya. Desi memutar  bola mata malas. Seingatnya tadi dia membuat teh hangat, bukan panas.

Dia tau itu hanya alasan Daffa karena dia sedang berbincang dengan atasannya itu.

Desi menoleh kearah Raka dan tersenyum.

"Duduk dulu pak." ucap Desi ramah. Daffa melirik Raka yang masih berdiri di samping Desi, dan Raka pun terlihat gusar melihat kedekatan Gala dan Daffa.

"Kak Daffa jangan macem-macem ya, dia atasan Desi di kantor." ucap Desi mengingatkan Daffa, takutnya berkata konyol kepada atasannya itu.

"Ck , iya iya." ucap Daffa sembari berdecak pelan. Desi pun terkekeh dan mengajak Gala ganti pakaian seragamnya.

"Bentar ya pak, saya ganti in baju Gala sekalian bikin minum untuk bapak." ucap Desi dan Raka pun mengangguk.

Raka berdehem pelan membuat Daffa yang sedang membalas chat maminya pun mendongak.

"Maaf kamu temannya Desi?" tanya Raka pelan.

"Bisa dibilang sih lebih dari itu." jawab Daffa sembari meneguk tehnya perlahan.

"Maksud kamu?"

Daffa menoleh ke lantai dua, melihat Desi belum menampakkan diri dengan sengaja dia mengatakan sejujurnya kepada pria didepannya ini.

"Saya calon suami Desi." ucap Daffa tegas.

Raka pun mengernyitkan dahi nya.

"Setahu saya Desi belum punya pacar, dan kenapa tiba-tiba kamu bilang calon suaminya."

"Saya mengenal Desi sejak dia masih SMU. Dan kami memang saling mencintai." Jawab Daffa lagi.

"Sebaiknya sebagai seorang atasan, tidak baik jika terlalu sering mengunjungi bawahannya."

Ucapan Daffa sontak membuat Raka tersenyum miring.

"Selagi belum janur kuning melengkung, saya pikir masih ada kesempatan." gumam Raka pelan yang masih bisa didengar oleh Daffa.

Saat Daffa hendak berucap lagi, Desi sudah datang sambil membawa nampan berisikan satu cangkir teh dan menyuguhkannya kepada Raka membuat Daffa pun mengatupkan bibirnya.

"Diminum pak." ucap Desi dan Raka pun menganggukkan kepala.

Suasana pun seketika canggung. Sesekali Daffa dan Raka saling menatap tak suka satu sama lain. Desi pun dibuat jengah karena mereka berdua.

"Kak, mendingan masuk dulu aja temenin Gala makan." ucap Desi membuat Daffa menatap Desi dengan kesal.

"Aku mau disini dulu."

"Gala pengen ditemenin kakak, dia kangen itu." ucap Desi memaksa Daffa.

Daffa pun beranjak dari duduknya. Daffa meraih tengkuk Desi dan mencium dahinya sekilas ingin menunjukkan kepada Raka bahwa Desi benar-benar miliknya.

Desi melotot kaget kemudian menatap Raka dengan perasaan sungkan.

"Kak...!!" seru Desi dengan wajahnya yang memerah namun Daffa menanggapinya dengan tersenyum manis.

"Jangan lama-lama." bisik Daffa sembari melirik ke arah Raka yang juga tengah menatapnya.

"Ck... udah sana sana." Desi mendorong pelan paha Daffa agar segera pergi ke ruang tengah.

Raka tersenyum getir.

"Segitu deketnya kamu sama dia ya Des, sampai berani cium kamu?"

"En-nggak kok pak." ucap Desi merasa semakin tak enak hati.

"Teman?" Raka menatap Desi dengan lekat.

"Iya pak, temen lama saya."

Raka kembali menampilkan senyum getir nya.

"Tadi dia bilang dia calon suami kamu." ucap Raka dengan datar. Desi memelongokan wajahnya. Bisa-bisanya Daffa mengucapkan hal itu kepada atasannya.

"Benarkah itu Des?"

"Em.. i- itu...Entahlah. Saya masih memikirkannya pak." jawab Desi pelan kemudian menunduk.

"Des !" panggil Raka lagi

"Bagaimana dengan perasaan saya, saya masih menunggu kamu menerima cinta saya Des." ucap Raka untuk yang kesekian kalinya.

Desi menghela nafas. Sebenarnya berat sekali untuk menolak cinta dari bos nya itu.

Bukan... Bukan karena Desi mencintainya, tapi lebih kepada Raka yang sudah sangat membantu keluarga Desi.

Desi hanya terdiam dengan pikirannya yang berkecamuk.

Sementara itu di ruang tengah, Daffa mendekati Gala yang sedang disuapi makan oleh neneknya.

"Wih lagi makan apa nih Gala sky." ucap Dafa membuat Gala pun menoleh.

Gala tersenyum senang.

"Sini Om makan bareng Gala." Rini pun tersenyum mendengar cucunya yang begitu antusias dengan kehadiran Daffa.

Rini menatap Daffa dengan wajah keibuannya "Nak Dafa ini tinggal di mana?"

"Saya tinggal di Jakarta tan."

"Oh...sudah lama kenal sama Desi ?"

"Saya sebenarnya teman lamanya Desi waktu di Jakarta tan."

"Hmm... Kok Gala juga kenal sama kamu, memang kalian sudah pernah bertemu?"

"Ah Iya Tante saya lupa cerita, jadi kemarin waktu Desi sama Gala liburan di Bali kita ketemu dan saya minta alamat rumah Desi karena saya ingin menjalin silaturahmi." ucap Daffa sopan membuat Rini tersenyum.

Daffa pun memberanikan Diri untuk menanyakan tentang keberadaan Raka.

"Em tante.. Apakah dia memang sering datang ke sini?" tanya Daffa pelan sambil dagunya menunjuk sekilas keruang tamu dimana Raka berada saat ini.

"Dia atasan Desi nak. Setiap hari mengantar jemput Desi bekerja. Jadi dengan ibu dan Gala juga sudah sangat akrab. Ibu juga gak tau kenapa dia baik sekali dengan keluarga kami."

Daffa berusaha menutupi geram di hatinya mendengar penuturan ibu Desi. Ternyata Raka memang sudah sedekat itu dengan Desi, dan itu berhasil mengobarkan api cemburu di hatinya.

Sesama laki-laki tentunya Daffa paham betul akan tatapan mata Raka terhadap Desi bahwa dia menyukai Desi. Daffa menghela nafas pelan dan menyisir rambutnya ke belakang.

"Nak Daffa ibu tinggal salat dulu ya, tolong temenin Gala sebentar." ucap Rini.

"Iya tante biar saya temenin Gala di sini." sahut Daffa sembari tersenyum. Rini pun berlalu mencuci piring dan pergi ke kamarnya.

"Udah kenyang?" tanya Daffa sembari memangku tubuh mungil Gala. Gala pun mengangguk sambil tersenyum manis.

Daffa menatap wajah Gala yang sedang fokus menatap layar televisi sembari tersenyum. Daffa mengelus pucuk kepala Gala dengan sayang dan mengecupnya.

Anakku... Batin Daffa.

Bertepatan dengan itu Desi datang dan mendudukkan dirinya di sebelah Daffa.

"Udah makan sayang?" tanya Desi sembari menatap Gala.

"Udah bunda. Udah kenyang sekarang." jawab Gala dengan senyum manisnya.

"Pinter banget anak bunda." Desi berucap sambil mengelus kepala pucuk kepala Gala. Desi mengalihkan tetapannya kepada Daffa yang ternyata sedang menatapnya tajam.

"Kenapa sih kak?" tanya Desi sembari mengelus pelan lengan kekar Daffa.

"Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan."ucap Dafa dengan nada yang kesal.

Desi pun menghela nafas. Desi tahu Daffa cemburu dengan kehadiran Raka.

" Ya udah Kak Dafa makan dulu ya, biar aku ambilin."ucap Desi dengan lembut.

Daffa pun menurunkan Gala dari pangkuannya.

"Bentar ya sayang kamu duduk sini dulu." Gala pun mengangguk dan masih fokus dengan tontonannya di televisi.

Daffa balik menatap Desi dengan lekat dan menggenggam kedua tangannya.

"Ayo kita makan di luar aja berdua." pinta Daffa

Desi mengernyitkan dahinya pelan.

"Ngapain mesti keluar sih Kak, sayang dong Desi masak nggak dimakan ?"

Daffa pun berdecak pelan.

"Ya Mana bisa aku ngobrol leluasa kalau ada Gala sama ibu kamu." bisik Daffa.

Desi pun menuruti keinginan Daffa, hingga beberapa saat Rini pun keluar dari kamarnya.

"Lho nak Raka sudah pulang ?" tanya Rini kepada Desi.

"Iya Bu, katanya tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi nggak bisa lama-lama."

"Yaudah ajak nak Daffa makan dulu sana." ucap Rini membuat Desi menatap Daffa seolah menyuruh agar Daffa  yang izin ke ibunya jika mereka ingin makan di luar.

"Sebenarnya saya ingin mengajak Desi makan diluar  sebentar tan, ya sekalian jalan-jalan aja sih sudah lama saya gak ke Bandung."

"Oh gitu, ya gak papa sih. Gala biar sama ibu aja kalau kamu mau pergi sama nak Daffa." ucap Rini.

"Makasih ya bu, Desi bakalan sebentar aja kok."

"Iya, kamu tenang saja." ucap Rini menenangkan.

Daffa dan Desi pun memasuki mobil pajero milik Daffa setelah berpamitan dengan Rini dan Gala.

Daffa duduk di belakang kemudi, untuk beberapa saat dia hanya bergeming. Desi pun mengelus lengan Daffa pelan.

"Kak... !"

Daffa menatap Desi sebelum menghidupkan mesin mobilnya. Dia terlebih dahulu mendekat ke arah Desi dan memasangkan seatbelt nya. Desi bisa melihat begitu  dekat wajah pria yang sejak dulu ia cintai itu, tanpa sadar Desi mencium singkat pipi Daffa yang berada tepat di depannya.

Masih dengan posisi yang sama, Daffa menoleh dan tersenyum manis menatap lekat kedua bola mata Desi.

"Nakal ya." ucap Daffa dan Desi hanya bisa menggeleng kecil sembari mengulum senyum manis.

Daffa menempelkan bibirnya di bibir  pink milik Desi. Untuk sesaat mereka saling merasakan getaran di hati mereka yang sudah lama hilang. Sensasi sensasi nikmat pun mulai mereka rasakan tatkala Daffa semakin menjamah bibir Desi.

Desi hanya melenguh dan sesekali mendesah karena ciuman itu. Daffa menyatukan dahi mereka, kemudian menatap Desi dengan kilat matanya yang penuh gairah. Desi pun menunduk malu dengan wajahnya yang sudah memerah.

"Aku booking hotel ya say." ucap Daffa dengan suara seraknya.

"Ih kak Daffa !" Desi memukul dada bidang milik Daffa membuat Daffa pun terkekeh, dan mencium pipi kanan Desi singkat sebelum kembali ke posisinya.

1
muna aprilia
lnjut
Tasbih cinta: Ditunggu ya🥰
total 1 replies
Putra Putri
gmna lanjutin nya dia ke buru hilang crta nya
udh di cri² nggak ketemu crta yg tdi
Tasbih cinta: Di ketik aja di pencarian kak, Satu malam panas bersama mu... Terus ceritanya di tambahin ke rak kak.
total 1 replies
Joko Castro
Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!
Yukishiro Enishi
Nggak bisa bayangkan hidup tanpa cerita dan karakter dalam karya ini!
Samsul Huda
cerita ini sangat menarik, semangat kak, lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!