NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:50.9k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Bertemu tuan pemilik lahan

Bunyi alarm pukul setengah lima pagi membangunkan Mika dari tidur lelapnya dan membuatnya sadar kalau apa yang ia alami barusan bersama dengan seorang lelaki tampan yang wajahnya mirip sekali dengan King Haqqi itu ternyata cuma mimpi. Mimpinya hidup bersama dan bahagia di sebuah tempat yang indah itu pun harus berakhir cepat. Kenyataannya saat terbangun, ia tidur sendirian di kamarnya.

“Kenapa Aku jadi mimpi dengannya?” Efek telepon tanpa respons hingga terbawa sampai ke alam mimpi. Tanpa sadar Mika tersenyum dengan mata terpejam. Menarik guling dan memeluknya erat.

“Aku harus tetap semangat!” Kelopak matanya perlahan terbuka, mengerjap sekali lalu menutup kembali. Kenapa rasanya benda di sekitarnya seperti berputar, Mika memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

Dan tak lama berselang bunyi alarm itu kembali terdengar, lebih panjang dan lama. Mika menggeliat malas, merentangkan sebelah tangan mera ba sekitar tempat tidurnya. Namun ia tak menemukan benda pipih itu ada di dekatnya.

“Iya, iya. Ini juga lagi bangun!” Mika menyibak selimut di tubuhnya. Diam sejenak di tepi ranjang menghalau pening yang datang menyerang tiba-tiba, dirasa berkurang Mika menggeser kaki turun menjejak lantai kamar lalu berjalan keluar menuju kamar mandi.

Setelah melaksanakan kewajibannya, Mika merebahkan tubuhnya lagi dengan kaki menjuntai ke lantai. Sepuluh menit kemudian ponselnya berbunyi lagi. Mika bangun dan berdiri, sebelah mata mengernyit dan kepala berputar mencari-cari ponselnya.

Praakk!

Mika mendengar suara benda seperti remuk, ia menarik cepat kakinya saat merasakan menginjak sesuatu di bawahnya. Ia berjinjit dan bertumpu pada satu kaki, lalu memutar tubuh dan terduduk di tepi tempat tidurnya.

“Astaga!” Matanya terbelalak melihat benda yang dicarinya tadi tergeletak di lantai kamar dalam keadaan rusak. Layar ponselnya menghitam dan kaca depannya retak terinjak kakinya.

Mika meraihnya cepat, membolak-baliknya, membuka baterai dan memasang kembali, mencoba menghidupkan ponselnya. Tapi benda pipih itu tak mau menyala sama sekali. “Bagaimana ini? Mana hp satu-satunya, rusak lagi.”

Mika terduduk lemas, menghela napas kemudian mengempaskan tubuh telentang di atas tempat tidur masih menggenggam ponsel di tangan. Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepalanya, apa yang harus ia lakukan tanpa ponsel di tangan.

“Ini tidak akan mudah.” Mika menyadari hal itu saat teringat tugas yang harus ia selesaikan dalam waktu kurang dari dua hari. Berpikir sejenak mencoba mengingat-ingat di mana ia pernah menyimpan ponsel lamanya.

Bergegas bangun dan mencari di dalam lemari, dan menarik napas lega saat menemukan benda itu tersimpan rapi di dalam salah satu rak. Ia hanya tinggal memindahkan nomornya saja, setelah itu ia bisa menghubungi tuan Cayden sang pemilik lahan kembali.

Mengingat nama itu, timbul kembali semangat dalam diri Mika. Ia akan kembali ke lokasi pemancingan sekaligus menanyakan pada Gery apa lelaki itu sudah bicara dengan tuan Cayden.

“Bentuknya lucu gini?” Sejenak mengamati ponsel di tangannya lalu tertawa geli. “Gapapa lah jadul juga, yang penting bisa dipakai sementara.” Tak ambil pusing bentuknya yang ketinggalan jaman, Mika segera membereskan ponselnya dan menyimpannya kembali di dalam lemari.

Jam tujuh pagi, Mika telah siap dengan dirinya. Ia mengenakan celana panjang kain warna putih dan kemeja katun lengan panjang warna biru yang dihias ikat pinggang mungil melingkari bagian perutnya. Rambut panjangnya tergerai di bahunya. Syal warna kebiruan melingkari seputar lehernya yang jenjang, dibuat simpul seperti pita dengan satu sisi menjuntai menyentuh dada.

Sambil menikmati sarapan paginya, ia menghidupkan ponsel lamanya dan terperanjat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari King semalam. Timbul tanya dalam hati, ada apa laki-laki itu meneleponnya semalam?

Penasaran, Mika coba balas menelepon. Dan jawaban operator yang diterimanya mengatakan nomor yang dihubunginya itu sedang sibuk. Sebal karena tak kunjung mendapat balasan dari King, Mika menyimpan kembali ponselnya dan meneruskan sarapan paginya. Setengah jam kemudian ia sudah dalam perjalanan menuju tempatnya bekerja.

Setelah mengajar selama dua jam, Mika meminta ijin untuk pergi melihat lokasi acara wisata sekolahnya. Ia pergi sendiri karena Rei tak bisa menemaninya dan Dita harus menggantikan tugasnya mengajar hari itu. Cuaca hari ini cerah dan langit tampak biru. Angin berembus sepoi-sepoi, terasa menyentuh kulitnya saat Mika melajukan motornya menuju lokasi pemancingan.

Sesampainya di lokasi, Mika tertegun melihat pemandangan berbeda di hadapannya. Para pekerja tengah sibuk memasang tenda panjang di dekat kolam pemancingan, dan sebagian terlihat sibuk membersihkan pondok dan lapangan sekitarnya. Semua tampak bersih.

Gery yang melihat kemunculannya langsung berjalan menghampiri. Ia mengajak Mika bicara di ruang kerjanya, sebuah rumah sederhana yang tengah dipugar dan berada di bagian tengah lapangan.

“Aku sudah bicara dengan tuan Cayden dan menceritakan apa tujuanmu datang ke tempat pemancingan miliknya ini,” kata Gery di sela perjalanan menuju ruang kerjanya.

“Lalu apa tanggapannya? Apa dia setuju memberi kami ijin untuk mengadakan acara wisata keluarga di tempat ini?” tanya Mika tak sabar, mereka sudah sampai di depan teras bangunan dan tengah berdiri di anak tangga bagian bawah.

Gery tersenyum menanggapi. Ia kemudian menepi, mempersilakan Mika berjalan naik mendahuluinya. “Silakan naik dan Nona akan menemukan jawabannya di atas sana,” kata Gery memberi isyarat tangan pada Mika agar bergegas naik ke ruang kerjanya.

Mika menatap bingung, terlebih saat semua mata para pekerja di rumah itu tertuju ke arahnya. Jawaban seperti apa yang dimaksudkan lelaki itu, ia belum mengerti. “Maksudnya? Bukankah Anda mengajakku ke rumah ini untuk bicara soal ijin dari tuan pemilik lahan? Lalu kenapa Anda menyuruhku pergi sendiri untuk menemukan jawabannya?”

“Hei! Waktuku tidak banyak. Suruh wanita itu cepat datang menghadapku sekarang!” Ucap dingin seseorang dari atas sana.

“Apa itu tuan Cayden yang bicara?” Mika menutup mulutnya, terkejut mendengar suara barusan. Lebih terkejut lagi saat mendapat anggukan kepala Gery sebagai jawaban atas pertanyaannya barusan. Tangannya mendadak berkeringat, ia mencoba tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang dan berusaha mengulas senyum pada mereka yang masih berdiri memperhatikan dirinya.

“Cepat temui segera tuan Cayden di sana, Nona. Jangan buang-buang waktunya, sebelum ia benar-benar marah dan Nona tidak akan pernah mendapatkan ijin untuk mengadakan acara di lahan miliknya ini lagi.” Kata Gery mendesaknya untuk segera naik dan menemui sang pemilik lahan di ruangannya.

Perlahan Mika menaiki anak tangga dan berhenti sejenak di depan pintu yang tertutup rapat. Tangannya terulur naik hendak mengetuk pintu, mendadak terhenti karena suara lantang dari dalam sana kembali membuatnya terkejut.

“Cepat masuk dan tutup kembali pintunya!”

Mika menahan napas, tangannya batal mengetuk dan langsung membuka gagang pintu. Ia melangkah perlahan mendekati meja kerja yang di belakangnya duduk seorang lelaki dengan posisi membelakanginya.

“Duduk dan ceritakan apa tujuanmu datang ke tempatku ini!” tanya lelaki itu tetap dengan posisinya semula.

Mika menarik napas dan membuangnya perlahan. Ia lalu bicara terus terang meski menyampaikan tujuannya datang ke tempat itu meski awalnya bicaranya tampak gugup karena lelaki di depannya itu kerap memotong ucapannya dan bicara dengan nada ketus padanya.

“Apa yang akan Kau lakukan jika Aku tidak memberikan ijin padamu untuk mengadakan acara di tempatku ini?”

“Saya percaya Tuan orang yang berhati mulia, pasti Tuan akan mudah tersentuh hatinya bila mendengar dan menyaksikan kegembiraan anak-anak didik kami bisa bermain dan mendapatkan banyak pelajaran dan pengetahuan berharga tentang cara berinteraksi dengan lingkungan yang indah di lahan milik Tuan ini.”

“Yang Aku tanyakan, apa yang akan Kau lakukan jika Aku tak memberimu ijin melakukan kegiatan wisata di lahan milikku ini. Kau belum jawab pertanyaanku itu, Mika?” lelaki itu berbalik dan tersenyum sambil menopang dagu di hadapan Mika.

Bola mata Mika melebar karena terkejut, tak mampu berkata-kata. Terperangkap dalam tatapan hangat mata King yang menatapnya lekat.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!