NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Perjuangan

Antara Cinta Dan Perjuangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Cinta Murni
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Raira Megumi

Ahmad Hanafi, seorang laki-laki cerdas dan tangguh yang ikut serta dalam perjuangan memerdekaan bangsa Indonesia dari jajahan negeri asing yang telah menjajah bangsanya lebih dari 300 tahun.
Saat mengabdikan seluruh jiwa dan raganya demi bangsa yang dicintainya, ia dibenturkan pada cinta yang lain. Cinta lain yang ia miliki untuk seorang gadis cantik yang sulit ia gapai.
Rosanne Wilemina Van Dijk adalah nama gadis yang telah memporak-porandakan keyakinan Ahmad Hanafi akan cintanya pada bangsa dan negaranya.
Cintanya pada dua hal yang berbeda memberikan kebimbangan luar biasa pada diri seorang Hanafi.
Pada akhirnya, cinta siapa yang akan dipilih Hanafi? Cintanya pada bangsa Indonesia? atau pada Rosanne? atau ada wanita lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Berkunjung

Hampir setiap hari Rosanne mengunjungi rumah Hanafi untuk sekadar mendengarkan suara Hanafi mengaji.

Sampai suatu ketika Rosanne menawarkan diri untuk ikut mengajarkan anak-anak yang biasa datang ke rumah Hanafi membaca.

“Apakah mereka bisa membaca dan menulis?”

“Mereka bisa membaca Al-Quran dan menulis huruf Arab,” jawab Hanafi setelah memberikan secangkir teh pada Rosanne. Setelah beberapa kali mendapatkan kunjungan Rosanne, Hanafi mulai luluh. Ia tidak teg ajika harus terus menerus menolak kebaikan yang ditawarkan Rosanne. Hanafi memang sudah mulai menerima Rosanne di rumahnya, tetapi ia harus tetap waspada dengan kebaikan Rosanne.

“Maksud saya membaca dan menulis huruf biasa.”

“Sebagian dari mereka bisa membaca dan menulis. Anak-anak yang lebih besar sudah bisa membaca.”

“Bagaimana kalau saya mengajarkan mereka membaca dan menulis? Bolehkah?”

“Saya tidak mampu untuk membayar jasa Anda dalam mengajarkan mereka membaca dan menulis.”

“Oh, saya tidak meminta bayaran dari Anda. Saya ingin mengajar mereka seperti Anda mengajarkan membaca dan menulis Al-Quran kepada mereka.”

“Mereka tidak memiliki waktu banyak untuk belajar karena harus membantu orangtua mereka bekerja.”

“Saya tidak akan mengambil banyak waktu. Hanya sebentar saja setelah mereka belajar mengaji dengan Anda.”

“Saya akan bertanya dahulu kepada mereka apakah mereka bersedia untuk belajar membaca dan menulis bersama Anda.”

“Terima kasih,” ucap Rosanne tulus.

Beruntung bagi Rosanne karena anak-anak bersedia untuk belajar membaca dan menulis bersamanya. Rencananya, Rosanne akan mengajar mulai pekan depan. Hari ini ia sibuk menyiapkan materi pembelajaran yang akan ia berikan kepada anak-anak.

Ia menyiapkan beberapa buku cerita anak yang memang ia bawa dari negaranya. Ia juga meminta kepada para pekerja di rumahnya untuk menyiapkan papan tulis sebagai media bantu untuknya mengajar. Walaupun Hanafi sudah menyediakan papan tulis di rumahnya, tapi Rosanne berpikir kalau papan tulis milik Hanafi terlalu kecil.

Satu hari sebelum mulai mengajar, Rosanne bertandang ke rumah Hanafi untuk mengantarkan dua buah papan tulis yang cukup besar dan beberapa buku cerita.

“Selamat sore, Tuan Hanafi,” sapa Rosanne saat melihat Hanafi baru pulang dari ladangnya.

“Selamat sore, Nona Rosanne! Ada keperluan apa Anda datang kemari?”

“Saya membawa papan tulis untuk keperluan saya mengajar.”

Hanafi melihat beberapa orang menurunkan dua buah papan tulis berukuran cukup besar dari kereta kuda.

“Saya sudah menyediakan papan tulis untuk keperluan mengajar. Kenapa Anda bersusah payah membawa papan tulis yang lain?”

“Saya rasa papan tulis yang Anda miliki terlalu kecil. Saya membawa dua buah papan tulis yang cukup besar agar anak-anak lebih leluasa dalam belajar.”

“Teras saya terlalu kecil untuk papan tulis yang Anda bawa.”

“Ah, Anda hanya memberikan alasan saja untuk menolak apapun yang saya lakukan atau berikan. Bisakah sekali saja Anda tidak memprotesnya?”

“Tidak ada yang meminta Anda untuk membawa papan tulis itu.”

“Saya sendiri yang ingin membawanya. Kalau Anda berkeberatan untuk menampung papan tulis yang saya bawa, saya akan membawanya kembali usai saya memberikan pelajaran. Anda senang?”

“Silahkan lakukan yang Anda inginkan selama tidak buruk.” Akhirnya Hanafi mengizinkan Rosanne untuk meletakkan papan tulis tersebut di teras rumahnya.

“Terima kasih.” Rosanne memerintahkan kepada para pekerjanya untuk meletakkan papan tulis di teras rumah Hanafi. Hanafi menunjukkan tempat dimana papan tulis diletakkan.

“Kenapa tidak dari tadi saja Anda menyetujuinya kalau akhirnya Anda akan menyetujuinya?” gerutu Rosanne pelan tapi masih terdengar Hanafi.

“Itu karena Anda yang memaksa,” balas Hanafi dingin.

“Kalau aku memintamu untuk mencintaiku, apakah kamu akan …” gumam Rosanne hampir berbisik. “Oh, apa yang ada dalam pikiranku? Bagaimana mungkin dia akan membalas perasaanku jika dia tidak pernah bersikap ramah padaku.”

Rosanne mengikuti Hanafi menuju teras rumah. Hanafi duduk di kursi rotan yang ada di sudut kanan teras rumahnya. Ia berencana istirahat sebentar untuk mengeringkan keringat sebelum mandi dan bersiap untuk mengikuti pertemuan bersama dengan para pemuda yang lainnya untuk membahas organisasi kepemudaan yang akan mereka bentuk.

“Saya membawa beberapa kudapan khas negara saya. Apakah Anda berkenan untuk menerima dan mencicipinya?”

Rosanne memerintahkan salah seorang pekerjanya untuk mengambilkan satu keranjang penuh berisi kue-kue bikinannya sendiri. Sejak tadi pagi ia sibuk berkutat di dapur bersama dengan para pekerjanya berusaha untuk membuat kue-kue yang akan ia berikan kepada Hanafi.

“Saya tidak terlalu menyukai kudapan berupa kue manis. Saya lebih suka menyantap kudapan khas negeri saya seperti singkong dan ubi rebus. Anda tidak perlu repot membawakannya untuk saya,” tolak Hanafi.

“Oh, itu tidak merepotkan. Saya memang suka membuat kue-kue. Saya belajar membuatnya dari ibu saya. Ayah dan kakak laki-laki saya menyukai kue buatan saya.”

“Ini keranjang kuenya, Nona.” Pekerja Rosanne membawa satu keranjang besar berisi kue dan minuman.

“Letakkan di sana!” tunjuk Rosanne pada meja yang ada di hadapan Hanafi.

Setelah meletakkan keranjang besar di atas meja rotan, pekerja itu langsung undur diri.

“Sudah saya katakan bahwa saya tidak menyukai kue. Kenapa Anda meletakkan keranjang kue itu di atas meja?” hardik Hanafi. Ia menatap Rosanne tajam.

***********

to be continued...

1
Nurgusnawati Nunung
Hanafi mulai berubah, jd luluh
Nurgusnawati Nunung
Hanafi orang yang tegas..
Nurgusnawati Nunung
hadir...
Anna Kusbandiana
lanjut ya, thor...👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!