Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Pagi hari Arumi sudah sibuk menyiram bunga yang sengaja di tanam suaminya di pekarangan rumah mereka, kata suaminya agar Arumi memiliki aktivitas dan tak bosan jika sendirian di rumah semenjak hamil karena dulu awal menikah Arumi sering ikut ke kebun membantu suaminya.
Sementara suaminya sudah pergi sejak subuh tadi untuk menjual buah apel yang kemarin di panen, orang tua suaminya ada di ibu kota dan ini rumah hasil suaminya sendiri selama merantau disini makanya hanya mereka berdua tinggal di rumah yang sederhana.
Arumi sudah tau kalau keluarga suaminya orang kaya setelah sempat di ajak pulang oleh suaminya setengah tahun yang lalu, awal menikah Arumi pikir suaminya sudah tidak memiliki keluarga lagi sehingga menikah hanya membawa diri dan saksinya hanya teman-teman suaminya disini.
Tapi setelah tau kenyataan Arumi tentu terkejut, bahkan ternyata suaminya juga memiliki dua kakak perempuan yang menurut Arumi cantik-cantik bahkan sangat baik pada Arumi begitu juga dengan kedua mertuanya. Rumah sederhana ini bisa saja di renovasi menjadi mewah, tapi suaminya tak mau.
"Arumi"
Arumi menatap tak percaya kalau ibunya dan Arham berkunjung ke rumahnya
"Ibu, Arham tumben sekali kemari?"
"Ibu sengaja kesini, mau menanyakan perihal uang lima puluh juta yang ibu bilang kemarin. Apa kamu sudah punya uangnya?" tanya Ibunya Arumi to the poin
"Apa ibu gak mau masuk dulu, biar Arumi buatkan minum"
"Gak perlu, ibu cuma sebentar" sahut Ibunya Arumi dengan tatapan jijik memandangi rumah Arumi
Arumi tersenyum kecut, jika saja bukan yang itu mungkin ibunya tidak akan mau berkunjung ke rumahnya.
"Maaf, Bu. Arumi gak punya"
"Loh kok gak punya, kemarin aja Ibrahim bisa kasih Arham sapi dan kambing. Masak uang segitu aja gak punya" ujar Ibunya Arumi,
Arumi menghela napas kenapa bisa dia punya ibu modelan seperti ini, seorang anak memang tak bisa memilih mau lahir dari rahim seorang ibu yang seperti apa.
"Lebih baik Ibu jual aja sapi dan kambing kemarin, uang malah lebih dari lima puluh juta loh Bu"
"Tidak bisa, Ibu sudah terlanjur pamer sama tetangga jika Arham menikah akan memotong sapi dan kambing" bantah Ibunya Arumi
"Ya sudah kalau gitu, Arumi gak ada solusi lagi. Kenapa Ibu tidak minta bantu sama Mas Arka dan Mbak Laras aja, kan mereka orang kaya pasti banyak uangnya"
"Mereka itu punya kebutuhan Arumi, jadi tidak mungkin mereka bisa bantu"
"Lah Ibu pikir Arumi dan Mas Ibrahim gak punya kebutuhan" sahut Arumi kesal
"Arham kalau calon istrimu minta tambahan uang lima puluh juta dan kamu gak ada, mending kamu batalin dan cari calon lain" lanjut Arumi
"Loh kok kamu malah nyuruh Arham batal nikah, mau taruh di mana muka Ibu kalau Arham batal menikah. Lagian wajar calon istrinya Arham minta mahar besar, dia itu wanita terhormat dan terpandang"
Ibunya Arumi begitu membangga-banggakan wanita yang berstatus calon menantunya, Arumi hanya menggelengkan kepalanya bagaimana bisa wanita serakah seperti itu sangat di banggakan. Masih calon saja minta tambahan uang mahar, bagaimana jika sudah jadi istri nanti.
"Kalau begitu suruh saja Arham cari modal sendiri, mau nikah kok nyusahin orang. Kerja sudah bertahun-tahun masa gak punya tabungan, bersyukur kemarin Mas Ibrahim kasih sapi dan kambing"
"Arham kita pulang saja, susah ngomong sama Mbak mu yang satu ini. Kalau lama-lama disini, nanti kita ketularan pelit sama kayak Mbak mu dan suaminya"
Arumi hanya bisa mengelus dada sembari mengucap istighfar dalam hati, sepertinya Arumi harus menambah stok sabarnya buat menghadapi ibunya. Arumi juga berdoa semoga tidak menjadi anak durhaka, meski sedikit melawan ucapan ibunya.
.
.
.
Ibrahim pulang dengan wajah tersenyum bahagia, istrinya pun menyambut kepulangan Ibrahim dengan tersenyum manis.
"Assalamualaikum, sayang"
"Walaikumsalam, Mas. Gimana penjualan hari ini?" tanya Arumi sembari mencium punggung tangan suaminya dengan takzim
"Alhamdulillah rezeki dedek bayi, buah apel yang Mas bawa ke kota habis tak bersisa"
"Alhamdulillah, Mas mau mandi apa langsung makan?"
"Kayaknya mandi dulu, udah gerah"
Hanya selang berapa menit Ibrahim sudah menyusul istrinya di ruang makan, wajah Ibrahim tampak lebih fresh bahkan istrinya bisa mencium bau sabun yang sangat wangi.
"Ohh iya, Mas tadi gak bawa HP?" tanya Arumi di selah suaminya makan
"Bawa kok"
"Tapi aku lihat HP Mas di atas meja"
"Ohh Mas bawa HP yang lama, malas bawa HP baru terlalu ribet aplikasinya" sahut Ibrahim sembari menyodorkan HP androidnya, sementara HP yang tertinggal HP iPhone
Arumi langsung menepuk jidatnya, percuma saja memblokir nomor ibunya dan saudara-saudaranya jika suaminya mengunakan HP lama. Padahal Arumi sudah wanti-wanti, tapi justru jadi begini dan Arumi takut keluarganya menghubungi suaminya.
Malam hari Arumi membantu suaminya menghitung pengeluaran dan pemasukan dari hasil penjualan buah apel hari ini tadi, ternyata hasilnya lumayan banyak dan suaminya meminta Arumi memisahkan uang untuk di berikan pada karyawan suaminya.
"Lalu sisa uang ini gimana, Mas?" tanya Arumi
"Kamu simpan aja, kalau kamu perlu sesuatu kamu pakai saja"
"Tapi ini kebanyakan jika di simpan di rumah, gimana kalau Arumi simpan di rekening saja"
"Mas sih terserah kamu"
Besok Arumi akan ke bank untuk menyimpan uang yang telah suaminya serahkan padanya, setelah pekerjaan mereka selesai suaminya mengajaknya untuk beristirahat karena malam sudah mulai larut.
Sebelum tidur suaminya mengajak Arumi untuk berwudhu terlebih dahulu, hal yang sudah jadi kebiasaan Arumi semenjak menikah dengan suaminya. Ketika mereka berbaring, Arumi kepikiran omongan ibunya tadi pagi soal uang itu.
Sebaiknya Arumi menceritakan pada suaminya dari pada ibunya nekat menemui suaminya diam-diam, Arumi takut ketika ibunya ngomong dengan suaminya membuat suaminya jadi luluh melihat wajah ibunya yang penuh drama itu.
"Mas, Arumi mau ngomong sesuatu"
Setiap mau tidur Arumi dan Ibrahim memang selalu mengobrolkan sesuatu yang mereka bahas sebelumnya mengistirahatkan tubuh, Ibrahim yang mendengar istrinya mau ngomong sesuatu langsung menghadap ke arah istrinya.
"Iya, ngomong aja"
"Tadi ibu kesini minta uang sama Arumi, katanya calonnya Arham minta tambahan uang mahar lima puluh juta. Jadi ibu berniat meminta uang sama Arumi, tapi gak Arumi kasih"
"Memangnya sebelumnya Arham memberi mahar apa?" tanya Ibrahim
"Kalau kata Ibu sih, Arham sudah memberi mahar uang lima puluh juta dan satu set emas 24 karat tapi calonnya bilang masih kurang"
"Kalau begitu jangan kamu kasih, biarkan saja itu menjadi urusan Arham. Kenapa dia mau menikah wanita serakah seperti itu"
Arumi kaget mendengar respon suaminya tapi Arumi juga senang karena suaminya mendukung keputusannya.
happy ending juga....
cerita yg bagus