Karena Taruhan, Hidupku Jadi Rusak!

Sebelum tiba di lantai bawah. Akira berpapasan dengan Anim, adik Abnan yang paling membencinya.

Anim menatap sinis Akira penuh kebencian. Bagi Anim, Akira lah penyebab sampai dia menikah dengan seorang sopir.

Meskipun Dzaki masih muda juga tampan. Tapi bagi Anim, Dzaki bukan seleranya.

Tak ada dalam diri Dzaki yang bisa menarik perhatian Anim. Dan bagi Anim Dzaki hanya suami sementara yang dia pandang remeh.

Akira hanya diam mengabaikan tatapan Anima yang membencinya.

***

Mau tidak mau Akira harus ikut berangkat ke kantor bersama Abnan, karena dipaksa oleh pria itu.

Setiba mereka berdua di kantor, Abnan meninggalkan wanita itu berjalan ke lantai atas menuju ke ruangannya. Sedangkan Akira, Abnan menyerahkan wanita itu untuk di atur oleh bawahannya.

"Ini ruangan Anda Nona---" menggantung ucapannya.

"Akira." Kata Akira menyebut namanya.

"Iya, itu dia. Mulai hari ini, ruangan ini menjadi ruangan Anda, selama Anda bekerja menjadi Asisten sekretaris." Kata wanita itu.

Akira heran mendengar ucapan wanita di hadapannya yang berkata pekerjaannya tiba-tiba berubah menjadi Asisten sekretaris.

Dia berpikir setelah ia dipindahkan ke kantor utama, ia akan tetap memegang jabatannya di bahagian pemasaran.

"Maaf, maksud Anda? Saya di sini akan menjadi Asisten sekretaris, begitu?" Protes Akira bertanya untuk memastikan kalau dia tidak salah dengar.

Sebelum menjawab, wanita itu tersenyum ramah, "Iya, apa Anda belum tahu? kalau Anda sudah dipindahkan menjadi Asisten sekretaris Yumi yang berada di bawah Presdir Abnan?" jawab karyawan itu.

Akira semakin mengerut ketika dia mendengar nama tak asing yang baru saja disebut oleh karyawan wanita itu.

"Sebentar, maksud Anda? Nama sekretaris itu Yumi?" Tanya Akira penuh curiga.

"Iya, Nona. Apa Anda mengenal sekretaris Yumi?"

Akira terdiam seperti sedang berpikir sesuatu.

Apa benar itu adalah Yumi mantan temanku? Kalau benar itu dia, aku tidak menyangka ternyata Yumi benar-benar gila. Karena demi untuk memperjuangkan Abnan, dia rela melakukan apa saja meski perbuatannya itu sudah termasuk tindak pidana kejahatan yang bisa membuat dia dikenakan pasal karena sudah merencanakan sesuatu yang buruk 10 tahun yang lalu... Tak sampai di situ, ternyata dia juga merelakan impiannya menjadi seorang model hanya untuk bisa meraih Abnan. Sungguh di luar nalar. Batin Akira.

Ia merasa kalau sebenarnya Yumi bukan lagi mencintai Abnan, melainkan wanita itu sudah semakin gila dan terobsesi untuk memiliki laki-laki yang sudah bergelar suami baginya baru kemarin.

"Nona? Nona Akira?" Panggil karyawan sembari melambai tangan di depan mata Akira yang termenung memikirkan seperti apa besarnya perasaan Yumi untuk Abnan, sehingga dia menghalalkan segala cara hanya untuk bisa selalu berada di dekat Abnan.

"Ah!" Kaget Akira saat karyawan itu menyentuh bahunya.

"Apa Anda, baik-baik saja?" Tanya karyawan wanita itu.

Dengan senyuman yang dipaksa, ia mengangguk, menandakan kalau dia baik-baik saja.

"Saya akan ke ruangan Presdir Abnan sebentar." Pamit Akira ingin melangkah untuk datang ke ruangan Abnan.

Ia ingin bertanya kenapa dia dipindah tugas, padahal tidak ada perundingan sama sekali sebelumnya, tiba-tiba saja dia sudah menjadi Asisten sekretaris wanita yang paling dia benci.

"Jangan, Nona. Nanti Presdir akan marah kalau Anda tiba-tiba datang ke sana tanpa meminta izin dulu." Tegur karyawan.

Akira tersenyum, "Tidak, aku yang akan bertanggung jawab kalau dia marah."

Usai berkata, dia langsung berjalan cepat menuju ke ruangan Abnan.

Cklek

"Kak Abnan, memanggil ku?" Tanya Yumi sengaja datang ke ruangan pria itu yang sedang sibuk di meja kerjanya.

Abnan tidak menjawab pertanyaan Yumi yang menerobos masuk ke dalam tanpa izin darinya.

"Apa Kak Abnan mendengar ku?" Yumi memang wanita yang tidak punya harga diri jika di lihat dari sudut pandang.

"Tidak, aku tidak pernah memanggilmu." Jawab Abnan tanpa mengangkat pandangan.

"Tapi tadi ada karyawan yang datang padaku, katanya kamu memanggilku untuk datang ke ruangan, Kak Abnan." Ujar Yumi berbohong. Dia hanya ingin masuk ke ruangan Abnan sengaja untuk menggoda pria itu.

"Tidak Yumi, aku sama sekali tidak pernah memanggilmu." Terlihat Abnan sama sekali tidak mempermasalahkan Yumi yang masih memanggilnya dengan sebutan 'Kak Abnan' walaupun sekarang dia sudah menjadi atasan wanita itu.

"Benarkah?" Kata Yumi bertindak berani memutari meja kerja Abnan.

Tanpa diduga. Yumi tiba-tiba saja duduk di atas pangkuan Abnan yang sibuk bekerja.

Kelakuan Yumi membuat Abnan terperanjat kaget segera menghentikan pekerjaannya melihat Yumi tiba-tiba menjadi berani malah sengaja menarik tangannya, membawa tangan pria itu menyentuh paha mulusnya yang hanya memakai span skirt pendek hingga hampir terlihat dal*man.

"Kau terlalu sibuk bekerja... Apa kau tidak pernah berpikir untuk mencari seorang pendamping?" Tanya Yumi semakin berani malah menyentuh rahang Abnan.

Cklek!

Tiba-tiba ada seseorang membuka pintu dari luar tanpa mengetuknya terlebih dulu.

DEG

Jantung Akira seperti ingin melompat keluar melihat adegan tak pantas tepat di depan mata.

Bagaimana tidak, posisi laki-laki yang bergelar suaminya baru kemarin. Kini sudah terlihat begitu mesra dengan mantan sahabat munafiknya.

Ingin marah? Oh, tentu, siapapun wanita yang bergelar istri melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain, pasti akan sangat marah.

Tapi itu tidak akan mungkin dilakukan oleh Akira. Dia adalah wanita yang bermartabat! Ia tidak akan mungkin menjatuhkan harga dirinya di depan laki-laki yang menikahinya hanya karena dendam.

Apalagi di depan mantan sahabatnya, yang penuh sandiwara seperti panggung drama, juga banyak tipu muslihat picik di otak kecilnya.

Akira? hm, tepat sekali. Batin Yumi melihat wajah datar Akira.

Abnan juga seperti tak ada inisiatif untuk menyuruh Yumi turun dari pangkuannya.

"Akira? Ada apa kau datang kemari?" Tanya Yumi seolah tak tahu.

Dia mulai memainkan peran sandiwaranya. Batin Akira tetap melangkah masuk ke dalam membawa niat awal tujuan dia datang ke ruangan Abnan.

Akira berusaha menegakkan hati, meski tak dipungkiri ia terluka melihat kemesraan Abnan bersama Yumi.

Setelah Akira berdiri tepat di depan meja kerja Abnan, ia langsung mengutarakan niatnya.

"Maaf Presdir, tapi saya mau protes. Anda juga pasti tahu bukan? Kalau sebelumnya saya bekerja di kantor cabang sebagai karyawan pemasaran. Tapi kenapa setelah saya tiba di kantor utama, Anda malah memindahkan saya menjadi Asisten sekretaris, Anda? Padahal itu bukan di bidang saya." Ujar Akira tak segan-segan mengeluarkan protes atas pekerjaannya yang tiba-tiba berubah.

"Juga Anda, atau karyawan Anda yang lainnya. Sama sekali tidak pernah membahas tentang pekerjaan baru saya!" Lanjut Akira tak ingin memperlihatkan sisi lemahnya.

Abnan menarik tipis satu sudut bibir melihat mata Akira yang marah. Entah itu marah karena pekerjaannya, atau marah karena perlakukan Abnan. Hanya wanita itu yang mengetahui isi hatinya.

"Kenapa? Kau tidak terima?" Tanya Abnan sengaja memeluk pinggang Yumi.

Yumi bahkan di buat kaget tak percaya apa yang di lakukan oleh pria itu.

Akira melirik tangan Abnan yang memeluk mesra pinggang Yumi.