NovelToon NovelToon
Cewek Galak Itu Milikku

Cewek Galak Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: nlras

playboy x cewek bar bar x musuh jadi cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nlras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 | Tiba-tiba berubah

"Gila, sumpah ini itu bener-bener gila." Feni heboh sendiri mendengar Naura yang bercerita. Tidak percaya kalau seorang Arga akan menjemput Naura ke rumah,dan mengajaknya untuk menonton balapan.

Naura gelisah, Feni salah menangkap point pembicaraan. Yang Feni pikir Arga mulai tertarik dengan Naura, padahal maksud Arga bukan itu. Dia membawa Naura agar pacarnya mempunyai teman cewek dan supaya bisa disuruh-suruh.

Pagi ini Naura sengaja tidak menyambut kedatangan anggota Valkyrie, dia sudah lelah harus membawa barang-barang milik mereka semua. Mencoba untuk mengabaikan dampak yang akan terjadi pada dirinya nanti. Sepertinya dia sudah tidak sanggup menjadi asisten bagi perkumpulan cowok hits di sekolahnya.

"Apa jangan-jangan si Arga mulai suka ya sama lo?" tanya Feni.

"Wahh lo gila yaa. Dia itu nyuruh gue ke sana cuma buat jadi asisten dia, buat pegangin tas ceweknya yang namanya Cindy," sungut Naura.

"Cindy? Kakak kelas kita? Cewek yang paling hits di sekolah ini?" Feni melemparkan banyak pertanyaan.

Raut muka Naura berubah, dia tidak tahu jawaban dari pertanyaan Feni. Selama jadi asisten Arga entah sudah berapa banyak perempuan yang dekat dengan cowok itu, setiap hari selalu berganti-ganti. Sampai Naura bingung sendiri siapa yang sebenarnya pacar Arga. Mereka semua juga tidak ada yang protes, menerima Arga dekat dengan banyak perempuan.

"Gak taulah, tuh cowok udah kelewatan playboy. Terus gue juga gak pernah lihat Cindy di sekolah ini. Tiba-tiba aja pas di arena balap semalem ada dia, ngakunya sih pacar Arga," jelas Naura.

Feni manggut-manggut."

"Kayaknya sih Kak Cindy pacar barunya Arga deh, Nau. Seingat gue dia dulu pernah pacaran sama anak kelas dua belas juga."

"Bodo amat deh, gue gak peduli, mau dia pacaran sama siapapun.Arga itu udah ngerusak hari-hari gue. Dari awal masuk sampai detik ini gak ada tuh hidup gue yang tenang," keluh Naura.

"Yaa salah lo sendiri sih Nau cari masalah sama mereka, lagian jadi asisten Arga itu bikin lo bisa deket tau sama dia."

Naura memejamkan matanya sejenak, menahan untuk tidak terbawa emosi. sangat sulit mengendalikan diri, ingin terus rasanya meledak-ledak.

"Feni lo pikir enak jadi asisten disuruh-suruh gitu? Gue punya dua kakak dan gue anak bungsu, setiap hari tuh dua kakak gue selalu aja bikin gue naik darah aja. Terus di sekolah juga, gue ketemu sama empat cowok yang dimana ketuanya nyebelin banget, lagi-lagi bisa bikin gue hipertensi. Kalau kayak gini terus, lama-lama gue bisa mati berdiri tau gak." Naura terus menggebu-gebu, meluapkan emosinya.

Feni memijat pelipisnya, suara Naura mendominasi di kelas. Tidak hanya Feni, tapi semua teman kelasnya dapat mendengar keluh kesah Naura. Mereka yang kepo turut mendengarkan, berharap dapat bahan gosip terbaru.

"Sekarang tenangin diri lo, tarik nafas dalam-dalam, kemudian hembuskan secara perlahan. Lakuin berulang kali sampai jiwa dan raga lo itu tenang ," suruh Feni.

Naura mengikuti perintah Feni, beberapa kali percobaan sampai dirinya berhasil tenang. Bel berbunyi, pertanda bahwa seluruh siswa-siswi harus berkumpul di lapangan. Upacara bendera segera dimulai.

"Topi gue, aduhh. Gue lupa lagi bawa topi," ucap Naura panik. Dia mengusap kasar wajahnya, menyalahkan diri sendiri kenapa bisa melupakan benda yang sangat berharga di hari Senin ini.

"Kenapa bisa lupa sih, Nau? Mana aturannya kalau gak pakai topi harus pisah barisan lagi." Feni dibuat geleng-geleng kepala melihat kelakuan Naura.

"Ya mana gue tau Fen kalau topi gue ketinggalan. Perasaan gue tadi pagi udah gue masukin topi ke dalam tas deh," kata Naura. Dia berpikir keras, kemana perginya topi itu. "Ih, pasti ini kerjaan si Satya."

"Satya siapa dia?" tanya Feni.

"Kakak gue, Kita itu cuman beda 1 Tahun. Emang nyebelin banget sih tuh anak," gerutu Naura.

"Lha lo punya Kakak Nau? Kenapa lo gak satu sekolah aja?" tanya Naura.

"Bukannya gue udah cerita tadi ya kalau gue punya dua Kakak."

"Iya sih, tapi gue gak tahu kalau jaraknya cuman 1 tahun dekat banget," ucap Feni.

"Gue gak mau, teman-temannya pada jahil. Bukannya jagain gue malah ikutan nge-bully gue. Y Ya mending beda sekolah, batin gue aman," kata Naura.

"Kenapa bahas si Satya itu sih. Ini gimana ceritanya? Masa gue harus pindah barisan dan kena hukuman sih. Ihh, gue gak mau. Tolong kasih gue solusi,fenn" desak Naura sambil mengguncang tubuh Feni.

Feni berpikir keras, dimana dia bisa menemukan topi upacara untuk Naura saat ini. Koperasi juga belum buka kalau sepagi ini. Sangat jarang siswa-siswi yang membawa dua topi.

"Nauu, lo bisa berhenti gak guncang tubuh gue?" Feni memberengut sambil menoleh ke Naura. "Gue lagi mikir ini Nau!"

Naura menarik tangannya dari Fenu, dia terlalu cemas, takut kena hukuman. "Ma-maaf. Cepet kasih gue solusi, Feni. Lo satu-satunya teman yang gue punya sekarang. Apa lo gak kasihan lihat nasib gue selalu sial?"

"Koperasi tutup Nau,dan kita gak bisa beli topi buat lo. Atau gini aja, kita cek semua laci di kelas ini. Biasanya ada yang nyimpan topinya di dalam laci," kata Feni memberi solusi.

"Boleh juga tuh. Ayo bantuin gue."

Untung saja tidak banyak siswa-siswi yang tersisa di kelas. Feni dan Naura bisa memeriksa laci meja dengan leluasa. Suara guru yang meminta semua murid untuk segera berkumpul mulai terdengar, memaksa Feni dan Naura harus menghentikan pencarian mereka.

"Lo yang tabah aja ya, Nau. Gak apa-apa kok, sekali ini doang kena hukuman. Palingan disuruh memungut sampah doang," kata Feni sambil mengusap pundak Naura. Mereka tidak menemukan topi untuk Naura.

Naura menghelakan nafas berat, pundaknya langsung merosot ke bawah. Dengan amat terpaksa Naura mengangguk pasrah, sepertinya dia harus mencicipi hukuman dari guru SMA Nusa Bangsa. Feni menarik Naura untuk segera keluar kelas, mereka harus segera ke lapangan sebelum tim kedisiplinan datang untuk menyidak dan mereka mendapatkan hukuman berat.

"Lo langsung baris aja di situ," kata Feni menunjuk barisan siswa-siswi yang tidak memakai atribut lengkap upacara seperti dasi, topi, dan ikat pinggang.

"Emm iya deh, gini amat yaa nasib gue."

"Sabar," kata Feni, cukup kasihan melihat temannya itu. Nasibnya selalu sial. Mungkin dia tidak cocok bersekolah di SMA Nusa Bangsa. "Yaudah gue ke barisan kelas kita dulu ya Nau. Nanti habis upacara gue tungguin kok."

"Thanks, Fen."

Naura berjalan pelan menuju barisan siswa-siswi melanggar aturan. Dia melemparkan senyuman tipis saat bergabung. Sepertinya semesta tidak berpihak pada Naura saat ini, upacara belum dimulai tapi sinar matahari mulai menyengat kulitnya. Memiliki kulit cerah membuat wajahnya langsung memerah. Naura memilih menunduk, menghalangi sinar matahari mengenai wajahnya yang mulai memanas.

Tubuh Naura menegang saat ada yang meletakan sesuatu di atas kepalanya. Dia segera menegakan kepala dan memeriksa apa yang diletakan di atas sana. Sebuah topi. Dia menoleh ke sisi kanan, melihat cowok bertubuh tinggi berdiri di sebelahnya. Naura tertegun, tidak percaya sosok yang dia benci memberikannya topi.

"Buruan ke barisan kelas lo sekarang!" perintahnya.

"Ta-tap..."

"Cepatan, Naurq! Upacara udah mau dimulai ini," suruhnya.

"M-makasih, nanti sehabis upacara topinya gue balikin," kata Naura.

Naura bergegas kembali ke barisan kelasnya. Feni kaget melihat Naura yang tiba-tiba bisa bergabung di barisan kelas mereka, Naura sudah memakai topi upacara. Dia juga langsung membungkam mulutnya agar tidak berteriak, di topi tersebut tertulis nama Arga.

"Fiks, pangkat lo pasti berubah Nauu. Percaya sama gue," katanya.

"Pangkat apaan sih?" Naura mengernyitkan dahinya, dia yang lagi syok malah dibuat bingung oleh Feni.

"Gue yakin status asisten lo bakal berubah jadi ratu," ucap Feni meramal masa depan Naura.

"Feni! Naura! Berhenti bicara, sebentar lagi upacara akan dimulai!" Bu Friska selaku wali kelas menegur Feni dan Naura yang masih bicara. Mereka berdua seketika terdiam dan menghadap ke depan.

Naura berada di barisan paling belakang. Dari sana dia bisa melihat barisan siswa-siswi yang melanggar aturan. Matanya menyipit mencari keberadaan Arga, dia keheranan saat tidak menemukan Arga di sana.

"Gak usah dicari." Suara berat tapi halus itu mengejutkan Naura. Perlahan dia menoleh ke sumber suara, matanya melotot melihat Arga telah baris di sebelahnya, gabung dengan anak kelasnya.

"Ingat semua ini gak gratis, Naura Agatha Putri!" kata Arga sambil meringai.

1
rfah
semangat thorrrr nulisnyaa
azalea
jangan lupa di like yaa man temann :)
azalea
jangan lupa like gaisss:)
rfah
semangat thorrrr
Marry Pang
bagus
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
baguss
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
bagusss
Jannah Sakinah
semangat Thor nulisnya. rajin update ya🌺
ist_goliteratur
AAAAA jadi keinget teman aku, yang punya sifat yang hampir sama kayak Nau.
rfah
lanjuttt
azalea
bantu support yaa gaiss heheheh
rfah
lanjuttt
rfah
bagusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!