S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. GANTI NAMA PEMILIK
Jika di pesawat, Farzan memaksa Elmira tidur di pangkuannya. Sama halnya dengan di kediaman Ramon.
Bella terus memaksa suaminya itu agar mengubah sertifikat rumah yang masih atas nama Elmira dialihkan atas namanya.
"Iya Bella Sayang, sabar. Aku pasti akan mengalihkan rumah ini menjadi milikmu, tenang saja!" Ujar Ramon dengan sedikit kesal, pasalnya sejak semalam hingga siang hari ini istrinya itu terus membahas hal yang sama. Padahal hari ini ia tidak ke kantor karena ingin istirahat seharian full di rumah, tapi tetap saja ia tidak bisa istirahat dengan tenang karena celotehan Bella yang terus memaksanya mengganti nama pemilik rumah.
"Tapi kapan, Mas?" Tanya Bella dengan memasang wajah cemberutnya.
"Nanti." Jawab Ramon singkat, matanya sudah beberapa kali merem melek ingin tidur siang tapi tidak bisa.
"Tapi aku maunya sekarang, Mas. Masa dulu Mas gampang banget kasih rumah ini sama Mira dan nyatanya dia juga tidak bisa kasih Mas anak. Sedang aku yang jelas-jelas sekarang sudah hamil anaknya Mas, tapi Mas tidak mau memberikan rumah ini untukku." Bella semakin memelas agar suaminya itu segera melaksanakan keinginannya saat ini juga.
Mendengar ucapan istrinya itu, Ramon bangkit dari pembaringannya dengan menghela nafas panjang. Ia menarik Bella yang duduk dipinggir tempat tidur kedalam pelukannya. "Bukannya aku gak mau kasih rumah ini sama kamu, aku bakal kasih kok tapi gak hari ini ya. Biarkan hari ini aku istirahat dengan tenang di rumah, karena aku capek banget. Dan besok aku akan menemui pengacaraku untuk mengurusnya." Ujarnya membujuk sembari membelai rambut istrinya itu.
Tapi Bella tetaplah Bella, jika ingin sekarang maka sekarang juga keinginannya itu harus terpenuhi. "Kenapa harus besok nunggu besok sih, Mas. Sekarang pun bisa, Mas tinggal telepon pengacaranya Mas, kan beres." Ujarnya sambil mengedipkan kedua matanya.
Ramon tampak berpikir sejenak sambil menggaruk-garuk pelipisnya, beberapa saat kemudian ia pun akhirnya mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah, sekarang juga aku akan menelpon pengacaraku," ujarnya lalu melepas rangkulannya di tubuh istrinya itu kemudian beranjak turun dari tempat tidur.
Setelah mengambil ponselnya di atas nakas, Ramon melangkah menuju sofa sambil menghubungi pengacaranya. Duduk dengan menyilangkan kakinya, ia tampak fokus menyampaikan keinginannya menghubungi pengacaranya itu.
Sementara itu Bella pun tampak asyik berbalas pesan sambil tersenyum-senyum, sesekali ia melirik Ramon yang masih mengobrol dengan pengacaranya. Ia Merasa sangat puas karena satu keinginannya lagi telah terpenuhi.
"Baik Pak, nanti saya akan menyuruh sekretarisku untuk mengantarkan berkasnya." Ujar Ramon kemudian mengakhiri sambungan teleponnya. Setelah itu ia kembali menghampiri Bella yang masih duduk di tepi tempat tidur.
Melihat suaminya melangkah kearahnya, Bella dengan cepat menyimpan ponselnya di atas meja. Ia tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangannya menyambut sang suami.
"Sudah, tunggu saja sertifikatnya yang baru." Ujar Ramon seraya memeluk istrinya itu.
"Terimakasih, Mas." Dengan begitu senangnya Bella mengecup kedua pipinya suaminya, membuat si empunya terkekeh geli.
"Kalau tidak ngantuk, sekarang juga aku akan mengembatmu, Sayang." Ramon mengecup bibir istrinya itu sekilas lalu menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur.
"Aku sudah memenuhi keinginanmu, dan sekarang biarkan aku tidur aku sangat mengantuk, jangan ganggu aku." Ujarnya seraya memejamkan mata.
"Tidurlah dengan nyenyak, Mas. Aku akan menemani Mas disini." Bisik Bella sambil mengelus pipi suaminya itu sembari tersenyum, namun perlahan senyumnya itu berubah menjadi seringai tipis. Kedua matanya yang sebelumnya terlihat berbinar pun perlahan terlihat menajam.
Ramon hanya mengangguk pelan dengan mata terpejam. Jari-jari lentik Bella yang mengelus pipinya bagaikan obat tidur, hanya lima menit kemudian ia pun benar-benar tertidur.
Setelah memastikan suaminya telah tertidur pulas, Bella pun menegakkan badannya lalu mengelus perutnya.
"Kau memang sumber keberuntungan Mama, Nak. Karenamu, sekarang rumah ini sudah menjadi milik Mama." Gumamnya, ia terus mengusap-usap perutnya sambil tersenyum penuh makna menatap wajah lelap suaminya.
"Setelah kamu lahir nanti, Papa kamu akan menuruti semua keinginan kita." Senyum Bella semakin berkembang. Tatapannya berpindah menatap perutnya. Tak terasa kini kandungannya telah berusia tiga bulan, tak sabar rasanya menunggu sumber keberuntungannya itu lahir ke dunia.
.
.
.
Next... 1 bab lagi untuk hari ini 🤗