Kecewa. Satu kata itulah yang mengubah Rukayah menjadi sosok berbeda. Hidup bersama lelaki yang berstatus suami tapi diperlakukan layaknya keset membuat Rukayah jengah dengan kehidupan rumah tangganya.
Bersabar bukan lagi jalan keluar. Dia tidak bisa terus bersama orang yang tidak menghargai dirinya.
Keputusan untuk berpisah sudah bulat meski suaminya, si Raden Manukan itu nantinya akan mengemis meminta untuk terus bersama.. I'm sorry mas, aku wes kadung rungkad!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rungkad 14
"Dih cengengesan. Udah paten nih gilanya?" Ru memakai lagi sepatu tiga puluh ribu yang dia beli di warung toserba tadi pagi sebelum berangkat bekerja.
"Heh sini Ruuuu sini, aku punya kabar uwuuuu yang pasti bikin kamu megap-megap dengernya!" Lita menarik paksa lengan Ru agar cepat menjauh dari gudang tempat mereka bekerja.
"Apa? Bentar ya Allah Gusti Ta Lita.. Aku bukan karung beras oee main seret aja!'
Lita masih cekikikan. Sepertinya bertemu dengan juragan Maulana telah mengikis separuh kewarasan yang Lita punya.
"Tadi kan aku dipanggil juragan ya.."
"Iya udah tau. Nyampe aku kudu ngelarin singkong yang belum kamu pasah! Dapet apa kamu tadi?"
"Udah jangan manyun dulu, nih nih liat nih!!" Lita membuka sedikit resleting tas selempang yang dia pakai untuk tempat membawa botol minum dan hp berbentuk bongkahan batu, di dalamnya ada segepok uang ratusan ribu. Mata Ru langsung membola, dia melotot seperti minta penjelasan pada Lita.
"Tenang tenang, aku nggak ngepet, ngerampok apalagi nyampe ngebegal mas Maulana kok! Ini duit halal! Dia ngasih pinjem buat kamu Ru, hehehe.."
Karena Ru terlihat makin bingung dan plonga-plongo, sambil nepuk jidat akhirnya Lita menceritakan semua yang terjadi di rumah juragan Maulana.
"Buseet Taaa.. Kamu ambil pinjeman ke juragan atas namaku sepuluh juta??? Ya Allah.. Kamu ini sebenarnya teman apa setan sih Ta? Terus kalau aku nggak bisa balikin duit segitu banyak, aku kudu jual diri gitu??" Bukan lagi senang, Ru melorotkan tubuhnya saking mumetnya.
Dia sampai memegang kepalanya dengan kedua tangan. Wajah lelahnya bertambah pucat membayangkan dia dililit hutang puluhan juta. Selama ini hidup Ru tidak pernah berhutang pada bank apalagi dalam jumlah sebesar itu, untuk makan sehari-hari dia mengandalkan hasil kebun sebelum bekerja di tempat juragan Maulana. Raden memberikan nafkah namun akan habis untuk mengisi perut lelaki itu sendiri.
Dengan memberikan uang nafkah 30 ribu seminggu, Raden meminta rokok seharga 26 ribu per 12 batang. Ru hanya kebagian pergi ke warung saja karena sisanya akan diminta untuk membeli kopi. Selalu seperti itu, siapa yang betah dengan modelan suami layaknya abu gosok macam Raden?
"Hahaha, kamu nggak usah jual diri, jual ginjal atau daleman lainnya Ru! Ini mas Maul ngasihnya juga boleh nyicil kok. Bayarnya nggak harus sebulan sekali atau seminggu sekali, pokonya pas ada duit aja gitu kamu bayarnya."
"Bunuh aja aku Ta, bunuh. Udah nggak bisa jadi janda nggak apa-apa lah, dari pada kayak gini. Kamu ngomongnya enak banget, lha kamu mikir nggak pasti orang yang kamu panggil mas mas mulu dari tadi punya niat tersembunyi di balik kebaikan hatinya itu. Jaman sekarang, mana ada orang yang mau ngasih pinjeman uang sebesar itu tanpa syarat, tanpa bunga, nyicilnya sesuka jidat kayak gitu?!"
Lita ikut duduk di samping Ru.
"Yang empat juta pake buat mulusin proses gugatan mu ke sarden. Sisanya bisa buat modal usaha. Kamu mau kerja kayak gini nyampe tua? Udah nanti urusan balikin gampang, aku bantu nyicil." Enteng banget ngomongnya si Jubaedah satu ini.
"Nyicil? Mau nyicil seumur hidup? Balikin aja Ta, aku nggak mau hidup nanggung utang. Punya utang beras di warung dua kilo aja, malunya nyampe nggak ketelen pas mau makan.. Kalau kamu nggak mau balikin, siniin biar aku yang balikin."
Lita hanya mau membantu tapi ternyata bantuannya tidak terlalu diharapkan oleh Ru. Ru jadi berpikir, mungkin juragan Maulana punya niat buruk padanya. Karena baru beberapa hari bekerja di sana tapi sudah diberi pinjaman uang segitu banyaknya.
"Ta Lita, kamu mikir nggak si juragan itu punya bisnis terselubung?" Keduanya masih duduk di bawah pohon besar.
"Maksudmu?" Lita garuk-garuk kepala. Sudah tiga hari belum keramas.
"Ngasih pinjem duit, nanti kalo nggak bisa balikin dalam tempo tertentu, yang minjem bakal diculik! Di jual organ dalamnya, atau dijadiin kupu-kupu malam..?? Bisa aja kan Ta?!" Ru berusaha meyakinkan Lita jika juragan Maulana bukanlah orang yang sebaik itu. Sebenarnya dia hanya takut terlilit hutang 10 juta!
Keduanya masih berdebat tentang uang di dalam tas Lita. Hingga dengan sangat terpaksa Lita menuruti keinginan Ru, keduanya kembali lagi ke rumah sang juragan untuk mengembalikan uang.
"Mau ngejanda aja ribet gini kamu Ru Ru, kan bener kata aku dulu.. Kasih kopinya si Raden itu racun tikus! Paling bener itu udah. Nggak usah ngurus ini itu, kamu malah enak bisa dapet uang bela sungkawa dari tetangga yang ngelayat Raden nantinya! Sukur-sukur kalo suamimu yang entah gunanya apa itu punya asuransi jiwa. Wah bisa kaya kamu kalo dia mati!' Sambil berjalan mereka tetap mencari opsi terbaik bagaimana caranya bisa mengubah status double menjadi single tanpa banyak biaya.
"Mulutmu minta ditabok orang se kelurahan ya Ta?! Kalo ada yang denger dikira aku beneran mau matiin Raden! Udah diem aja, lagian Raden nggak punya asuransi jiwa. Yang dia punya tuh kelainan jiwa." Tutur Ru setengah berbisik.
"Abot wes aboot!!" (Berat udah beraat!!)
"Kandani kok!" (Dibilangin kok!)
Keduanya cekikikan. Berjalan beberapa langkah lagi mereka akan sampai di pelataran rumah mas juragan. Tapi, mereka dikejutkan dengan suara panggilan dari samping rumah tersebut.
"Mbak Ru dan mbak Lita masih di sini?"
Lita maju. Dia celingukan, lalu merogoh uang segepok tadi dan buru-buru diberikan pada juragan.
"Eh, kok dikembalikan? Kenapa mbak?" Juragan Maulana mengajak keduanya masuk dulu ke dalam rumah. Padahal tadi niatnya sang juragan mau pergi, sudah memakai helm, dan memanaskan motornya tapi sepertinya urusan dengan para mbak-mbak di depannya lebih menarik baginya.
"Pak, yang butuh uang kan si Ru ya.. Tapi setelah ditimbang dan dipikir lagi, dia nggak jadi minjem ke pak Maulana."
"Tadi manggil mu mas mas.." Ru melirik sambil berbisik ke dekat telinga Lita.
"Diem Suketi diem!! Ku cabut paku di palamu, balik lagi kamu ntar ke alammu!" Lita tak kalah sengit.
Maulana tak bisa menahan tawanya. Dia yang tadinya tersenyum jadi ngakak bar-bar. Sungguh.. Berada diantara kedua mbak-mbak ini akan menghilangkan stress dalam dirinya atau mungkin malah bikin Maulana makin stress karena ulah mereka?!
"Tadinya mbak Lita bilang, mbak Ru mau pinjem karena nggak punya dana untuk mengurus proses gugatan cerainya, terus kalau uangnya dikembalikan mbak Ru dapat uang dari mana?" Tanya Maulana ingin tahu.
"Ya nggak jadi cerai! Masih cinta kali si Ru sama anakan dugong itu?!" Jawab Lita asal.
"Lita!" Ru mendelik kesal. Ru tak percaya jika Lita dengan jujurnya bilang jika dia kesulitan ekonomi hanya untuk biaya perceraian. Sungguh Lita memang teman rasa setan!
Tapi mau bagaimana lagi, Ru akhirnya bercerita terus terang pada Maulana karena terlanjur basah dicemplungin Lita ke kubangan rasa malu yang dalam. Alih-alih menjelekkan Raden yang memang sudah jelek dari sononya, Ru bahkan tidak menceritakan apapun tentang Raden. Dia hanya bilang, dirinya bukan sosok istri yang baik. Dan berpisah dengan suaminya adalah jalan akhir yang dia pilih dengan sangat sadar.
Bukan tidak tahu apapun tentang Ru dan Raden, Maulana sebenarnya sudah mencari tahu latar belakang Ru. Semua informasi tentang wanita yang berusaha tersenyum meski menyimpan banyak luka dan kekecewaan di hatinya. Ru selalu mengalihkan pandangan agar tidak bertemu langsung dengan sorot mata sang juragan. Sedangkan Lita di sana, dia berusaha sabar duduk di pojokan sambil memantau cara nyamuk berkembangbiak!
pasti ku ketawain juga kok
ucapan kan doa
halu lah kau nimas😏
yg bilang gitu siapa coba😤
kamu aja terlalu buduh, percaya modelan cwo mokondo
selow aja jgn ngegas gitu
eakkkk🥰🤣
terlalu irit lah kamu mas ciko, seharusnya sekali pake buang.. lah buat nyoblos berkali2 ya jebol😑😑