Uranus dan sang Hakim saja tidak serta Merta di katakan takdir abadi. Tapi mereka tetap berharap di kala melihat bintang jatuh. Demikian pula aku berjuang tanpa lelah mencintaimu.
-Bisik Naga Api mitologi -
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSY AL FAZZA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gemuruh
Gen dan Banyu bertemu di ruangan khusus sang wakil Lincau. Ketika pembicaraan akan di mulai, Banyu teringat penyakit ayahnya yang lama sedang kambuh. Dia juga menyesali telah membangkang pada Lincau. Sebelumnya, dia meminta Gen menunggu. Tidak di sangka niat Banyu terhenti melihat sang ayah berlanjut menyiksa Rumi.
“Aku lihat jelas, Rumi Kembali ke peristirahatannya. Kenapa cepat sekali dia ada di dalam Altar? Ayah sudah keterlaluan!” gumamnya membatalkan niat memberikan ramuan obat penyembuh.
Banyu Kembali menemui Gen, mereka membicarakan penyerangan demi menghentikan kekacauan negeri. Ayahnya sangat berbeda, Lincau seolah memperalat semua orang demi meningkatkan kekuasaannya. Dia menemukan bukti, sang ayah memiliki senjata perbatasan langit.
“Tuan, apakah anda benar-benar yakin? Walau bagaimana pun kau anak kandungnya.”
“Aku tidak bisa mundur. Rumi sudah menderita selama ini. Kemarin dia hampir meninggal dan sekarang ayah ku sesuka hati menyiksa wanita itu.”
“Ayah mu sang ketua Lincau sangat kuat. Pendamping utusannya Ogu juga sejenis siluman mematikan. Kekuatannya bisa membelah siluman hidup-hidup.”
“Ayah terkena serangan kekuatan Hakim rasi Bintang. Sesuai garis biduk yang pernah di baca Uranus. Ayahku akan pergi setelah kepergian sang hakim pembaca biduk Bintang. Kekuatan spiritualnya kemunginan besar rusak atau tidak seimbang sedangkan utusannya, melakukan apa yang di perintah ayah. Dia tidak mungkin membunuh sebelum di perintah. Aku akan bekerjasama dengan Rumi untuk membuat jebakan.”
Dini hari, gelap malam menembus udara dingin. Pintu kebesaran Altar terbuka, sang ketua berdiri melihat sorot mata anaknya yang sinis. Dia membalas dengan senyuman, batuk kecil di perlihatkan syal hitam membalut leher. Ogu tidak terlihat di sampingnya, Banyu menyodorkan ramuan yang sudah dia tukar dengan tetesan racun.
“Walau hanya tujuh tetes. Ayah akan sulit mengeluarkan kekuatan spiritual. Aku pastikan kekuatan spiritualnya seutuhnya hilang saat mata hari terbit” gumam Banyu.
“Ada masala hapa nak. Tampaknya kau tidak bisa tidur.”
“Ayah, aku mau minta maaf telah menyinggung ayah. Aku hanya kasihan melihat Rumi. Ayah, aku membawakan sup herbal. Silahkan di minum..”
“Terimakasih Banyu. Kau memang tidak pernah mengecewakan ku.”
Wajah Lincau nampak murung, senyuman sedu sedan menahan rasa sakit akibat kekuatan spiritualnya yang hampir habis. Dia memahami perasaan Banyu sebagai anak yang tidak penuntut menyalah gunakan kekuasaannya. Banyu tergolong anak yang baik, dia rela menolong setiap makhluk yang lemah dan terlebih lagi selalu berharap permohonan keselamatan Rumi. Banyu membantu memakaikan jubah hangat. Dia menekan pelan denyut nadi bagian pergelangan tangan kiri.
Sebelum pergi, Banyu menoleh lalu membalas dengan tatapan yang dingin.
Dia menyampaikan titik lemah energi ayahnya, Kesehatan Lincau yang menurun dan pergerakan perlawanan untuk memenuhi kebebasan Rumi.
-
Pagi hari yang mendung, pemandangan yang menekuk cemberut Banyu sesampainya di peristirahatan dedaunan melihat sang naga api merampikan rambut Rumi. Suara batuk Banyu di paksanya terdengar keras hingga keduanya terkejut.
“Banyu, tidak biasanya wakil Lincau sang ahli waris negeri mau sendirian memasuki peristirahatann deduanan.”
“Rumi, apakah hewan itu tinggal berdua dengan mu setelah terlepas dari kurungan?”
“Apa kau bilang? Hewan?” Sang naga api berdiri melotot mendekatinya.
“Eh jangan berkelahi. Bei, dia tidak berniat menyinggungmu. Banyu, duduk disini. Aku akan membuatkan teh.”
“Tidak, jangan berikan dia setetes airpun. Aku sangat membencinya.”
“Rumi, aku tidak haus. Aku hanya mau berbicara dengan mu.”
“Naga api, bisakah kau keluar sebentar?”
“Tidak, aku akan berada di sisi mu. Tidak meninggalkan mu Bersama pria lain apapun yang terjadi..”
“Hanya sepuluh menit. Tidak akan lama. Janji___”
Rumi tersenyum lebar lalu menutup pintu. Sang naga meninggalkan tatapan mata yang sangat tajam melengos melihat Banyu.Di dalam ruangan yang cukup besar, Banyu memperhatikan bungkusan dan kotak besar. Dia menghela nafas, menepuk Pundak Rumi.
“Begitu ingin pergi? Ngomong-ngomong, naga api itu kenapa di panggil Bei?”
“Ya aku sudah tidak sabar keluar dari tempat ini. Bagaimana bisa ada aturan di negeri deduanan bahwa aturan mencintai walau memiliki atau bukan itu sangat di larang. Tidak ada masa depan di negeri ini.”
“Rumi, kalau aku yang jadi ketuanya. Apa kau tetap menganggap semua aturan itu sama? Bukankah kau besar di negeri ini?”
“Aku, memang sebatang kara. Kehilangan ingatan di bawah negeri. Ketua banyak berjasa membesarkan ku, kekuatan spiritual ku menjadikan ku posisi jabatan penjaga dan penakhluk siluman Tingkat tinggi. Tapi aku memang sangat ingin pergi dan memulai kehidupann baru tanpa di peralat dan di jadikan budak. Naga api, dia Bernama Beijing. Dia raja naga api mitologi dan kini berakhir mengenaskan. Aku tidak mau meninggalkannya, dia menyelamatkan hidup ku.”
“Rumi, aku harap kau memikirkan rencana mu sekali lagi.”
Rencana Banyu menangkap Ogu, terhalang serangan Seza yang terpaksa mengorbankan diri sekali lagi membelah dua kekuatan. Banyu menerima kekuatan jiwa siu lar piton. Di dalam kurungan gua bebatuan, Rumi berbalik di hantam Ogu. Sang pendamping utusan Lincau adalah jenis siluman terkuat sebelum naga api datang di negeri dedaunan.
Altar kebesaran, permintaan Banyu agar Lincau menyerahkan kedudukan demi perdamaian penjaga dan seluruh makhluk. Tidak terkira, keinginan Lincau menyuruh Banyu membunuhnya.
“Kau pikir, seorang penguasa bisa di jatuhkan hanya dengan kata maaf? Kau harus membunuh ku. Kalimat yang mengatakan sebagai masa pension sama saja seorang pemimpin yang kehilangan cakar dan harga dirinya. Aku tidak bisa diam menonton mu mengubah peraturan negeri. Cepat! Bunuh aku!”
“Ayah, kau tetap ayah ku. Bunuh saja aku, tapi tolong selamatkan Rumi..”
“Dasar kau anak lemah! Bagaimana bisa kau melindungi orang yang kau cintai jika kau tidak bisa mengalahkan keadaan?”
Lincau menyerang Banyu, tanpa perlawanan dia menerima semua anak panah yang menghunus tubuhnya. Anak panah terakhir di lepas menembus tubuhnya. Banyu berpikir dirinya akan musnah, tapi di luar perkiraan sang ayah mengeluarkan semua kekuatan di dalam busur untuk di salurkan ke tubuhnya.
Lincau terjatuh, dia mengeluarkan muntahan darah. Melihat keadaan kritis sang ayah, Banyu berlutut berusaha mengeluarkan semua kekuatannya.
“Tidak, waktu ku sudah dekat. Putri dan pendampingnya yang memperalat negeri ini. Semoga kau tidak bernasib sama seperti ku anak ku. Aku telah mempersiapkan semuanya penyatuan kekuatan milik Rumi sebagai penjaga terkuat. Kau tidak boleh kehilangannya.”
Lincau menutup mata selamanya. Dobrakan pintu memecah suara isak tangis Banyu. Ada Ogu berlari memeluk ayahnya. Sang pendamping utusan Lincau yang selama ini teramat sangat mencintainya. Memendam semua perasaannya dan rela menyerahkan seluruh hidupnya demi menjadi pondasi penjaga negeri.
“Ogu, apakah ayah ku sekarang mengujiku dengan pemalsuan kematiannya?”
“Tuan muda, saya turut berduka cita. Semoga ketua tenang di alam sana. Walau saya hanya pendamping sang penguasa negeri, saya tulus mendampingi ketua hingga akhir nafas ikut pergi selamanya dengannya”
Ogu mengeluarkan jiwanya. Dia membunuh dirinya sendiri, alangkah sedihnya Banyu melihat kematian siluman penjaga negeri terkuat.
Naga api sangat lembut dan baik memperlakukannya. Dia memberikan semangkuk madu segar dan memijat telapak kaki Rumi. Terdiam tanpa kata, perasaan yang tidak akan pernah menghilang. Naga api merasakan dirinya mendapatkan hadiah dan anugerah terbesar. Kembalinya sang kekasih yang sangat dia cintai.
Banyu sangat Bahagia berhasil melakukan uji coba dari panduan buku kuno para makhluk spiritual. Di menggendong singa sambil mengusap tubuhnya. Di dedaunan hijau tempat tinggal Rumi dahulu, banyu mengubahnya menjadi bentuk dedaunan raksasa dan di kelilingi berbagai macam bunga yang indah. Dia menyegel tempat itu, sehingga dari pandangan luar hanya tampak berbentuk batu usang.
Meskipun ada banyak adegan aksi yang seru, saya juga berharap ada lebih banyak momen kecil antara karakter untuk mengembangkan kepribadian mereka secara lebih mendalam. Itu akan membuat saya lebih terhubung dengan mereka.
. nggak cocok dia hidup di negeri perbatasan langit dan menjabat kedudukan tinggi.
perjalanan karakter utama, terutama Uranus dan sang Hakim. Bagaimana mereka akan mengatasi semua rintangan dan konflik yang dihadapi? Saya harap ada pembahasan lebih lanjut tentang perasaan dan hubungan mereka.
perjalanan yang liar dan tak terduga melalui labirin pikiran manusia. Meskipun sulit untuk dipahami sepenuhnya, saya menemukan diri saya terpesona dan terdorong untuk terus membaca, mencoba memecahkan misteri yang ada di balik semua halusinasi ini.
Ini adalah cerita yang benar-benar membuat saya terlibat! Saya merasa seperti saya adalah bagian dari petualangan yang sedang berlangsung, dan saya tidak bisa menunggu untuk melihat bagaimana semua konflik akan dipecahkan.
ngeriii
Tepat di persembunyian Donggo, dia merasakan energi gumpalan hitam mulai membentuk sosok lain meminta keinginannya supaya cepat Bersatu menguasai dunia. Namun Donggo tetap menolak, memberikan berjuta alasan agar makhluk hitam menantinya.
jadi dia nggak di jahatin di sakiti di tindas putri iblis dan Donggo lagi.
Rumi bersenang-senang memulai perjalanan, dia memasuki pasar dan mencoba berbagai macam makanan. Ada banyak nilai jual beli yang bisa mengenyangkannya dalam waktu satu tahun. Pertumbuhan rumi yang sangat pesat membentuk utuh dirinya saat pergi menghembuskan nafas terakhir di negeri gurun pasir.