Rumi Di Genggaman Beijing
Padang hijau nan terang menyibak kibasan semilir angin membanting dedaunan dan kelopak bunga kecil. Serbuk sari terbawa angin, bahkan bukit hijau lebih cepat berganti corak warna-warni dari bunga-bunga indah terlukis pancaran Pelangi. Musim semi mengingatkan Rumi akan kepergian semua keluarganya yang menghilang secara misterius.
“Di sebutkan para dayang itu jika aku tidak berasal dari negeri awang hijau ini. Kemungkinan besar banyak pula pendapat mengatakan aku terlahir di bumi. Tapi, kenapa pintu pembatas ujung dunia negeri awang di larang di buka? Apakah semua penghuni negeri ini terjebak di dalamnya? Kenapa ingatan ku menghilang?”
Benak Rumi di sambung dengan pikirannya yang kacau. Dia terhentak mengalihkan pandangan pada suara dentuman kuat dari kejauhan. Asap yang mengepul ke atas langit berwarna hitam pekat. Dia juga di kejutkan suara jeritan memekik kuat.
“Arghhh__ apa yang terjadi?” ucapnya lalu segera berlari menuju wilayah hutan Barat,
Para penjaga negeri mengatakan bahwa hutan tersebut merupakan sinar terakhir yang dapat di tangkap dari Cahaya redup matahari tenggelam. Banyak yang menyalah gunakan kekuatan sihir untuk berbagai maksud kejahatan tertentu. Di depan lintas pertigaan, Rumi di hentikan Karak. Sosok siluman yang menggelengkan kepala menahannya agar tidak masuk.
“Aku sudah lama tidak bertegur sapa atau melihat mu. Karak, kemana saja kau?” tanya Rumi tersenyum menahan cengkraman tangan makhluk itu.
Karak tidak berbicara seperti manusia, dia menggunakan Bahasa tubuh yang aneh yang dapat di pahami Rumi saat berkomunikasi dengannya. Sangat jelas amarah terpancar dari sepasang mata siluman jadi-jadian yang benar-benar menahan Rumi agar tidak kesana.
“Tenang lah Karak, aku tidak apa-apa. Aku akan memanggilmu jika membutuhkan bantuan mu. Bukan kah engkau makhluk terkuat di hutan Barat?”
Siapa sangka ada yang memperhatikan keduanya, salah satu penjaga junior negeri yang tidak sadarkan diri. Wajah menyeramkan Karak seolah mau membunuhnya, Rumi menoleh kebelakang melihat Geran. Rumi tidak sabar segera melihat peristiwa asap tadi, dia meminta Karak menjaga Geran sampai dia Kembali. Lompatan, laju lari sekencang-kecangnya seperti tersapu angin. Dedaunan kering terikut di balik gaunnya yang sedikit tersapu tanah. Rambut Panjang berkibar memperlihatkan wajah cantiknya.
Bummm___
“Huaahhhh!”
“Gelegar besar menggema dari dalam gua.
Lima penjaga Bersiap melepaskan anak panah. Di ujung busur terlihat menghitam, Rumi mengernyitkan dahi menerka-nerka para penjaga akan membunuh makhluk di dalam. Panah beracun hampir terlepas, Rumi menghalangi dengan pedangnya, Sepuluh penjaga ninja berbaju hitam hendak menyerangnya, suara peluit pertanda kedatangan ketua penjaga negeri menghentikan semua Gerakan.
Membungkuk memberikan hormat, wakil Lincau masih berapi-api meminta dia memberikan Pelajaran atas tindakan Rumi.
“Tuan, wanita itu sudah keterlaluan.
Kelancangannya harus di hukum sebagai pembelajaran penjaga Lembah lainnya.”
“Diam! Bukan tugas mu menghukum penjaga yang bersalah!” ucap Banyu memperlihatkan pandangan ketajaman.
......................
Geran terbangun sambil menekan-nekan kepalanya yang sangat sakit. Dia menoleh melihat makhluk mengerikan berdiri tepat di depannya. Alangkah terkejutnya Gen sampai dia tidak sadarkan diri untuk ke dua kalinya. Tanpa terasa malam telah tiba, Gen masih berbaring di atas gundukan ranting kering. Sepertinya Karak mematuhi perintah Rumi. Dia tetap berjaga di dekat Gen sampai Rumi Kembali. Sepanjang jalan Kembali menuju titik awal meninggalkan Gen dan Karak. Dia melamun mengilas kejadian gemuruh asap hitam.
“Aku tidak akan pernah memaafkan siapa saja yang berani melukai sayap indah anak ku. Pasti kalian yang sengaja menghancurkan generasi burung merak api! Mati lah kalian semua! Hiya!”
Induk merak merontah mengganas, Sebagian penjaga Lembah terluka akibat tidak kuat menahan serangan. Rumi berhasil melewati lemparan bola api maut meskipun bagian lututnya sedikit terkena siraman api.
“Rum, bertahan sedikit lagi. Aku akan mengobati luka mu.”
“Jangan terlalu berlebihan kakak ketua. Misi kita yang paling di utamakan!”
Tatapan Rum semaki membuat Banyu menjurus pandang memperhatikannya tanpa berkedip. Siapa yang menyangka Rumi yang memenangkannya. Dia berhasil mendapatkan sumber kekuatan spiritual burung merak api dan memerintahkan para pengawal membawanya ke Istana batas langit balutan duri. Rasa sakit yang menusuk kulit tidak lagi di rasa, dia mengepal kuat tangannya lalu melanjutkan Langkah.
“Rum, kenapa kau masih saja keras kepala? Luka mu itu jika segera di obati maka akan mematikan seluruh urat-urat dan membuat kelumpuhan!”
Banyu hendak mengangkat tubuhnya, namun Rumi bersikeras menghindar dan berlari. Pendamping penjaga panglima lincau memperhatikan sang ketua yang teramat mencemaskan wanita itu. Dia menawarkan diri untuk menjemput Rumi dan membawanya ke peristirahatan rumah daun. Banyu pun menyerahkan sebotol ramuan penyembuh untuk di berikannya.
“Pastikan Rumi menghabiskan ramuan mujarab!”
“Tapi tuan, ramuan ini khusus untuk tuan yang sedang menjalani masa penyembuhan dari perang badar. Tuan besar sendiri yang meminta saya agar tuan meminumnya”
“Kau jangan membantah ku Seze. Lakukan saja perintahku!” kata Banyu kemudia bergerak pergi meninggalkannya.
Sezi si siluman ular piton sangat membenci Rumi. Dia membuka botol, memasukkan racunnya ke dalam. Empat tetes racun kematian tanpa ada Penawar. Sezi mempercepat Langkah mencari Rumi. Dia di hadang siluman Karak, sosok yang lebih menyeramkan muncul seolah makhluk Karak memiliki wujud raksasa mengerikan lainnya,
Sementara Rumi yang terlalu lemah melerai keduanya menyeret Langkah melemparkan sinyal hijau ke arah Karak. Disamping Gen, dia terjatuh tidak sadarkan diri. Karak menyatukan sosoknya, mengunci kekuatan pelindung melingkar di sekitar Rumi.
Keinginan Seze untuk membunuhnya sangat kuat, dia mengeluarkan jari-jemarinya yang runcing. Geraham bergetak, suara mengerikan sampai menggetarkan tubuh Seza. Wanita licik itu mencari cara agar selamat. Dia menunjukkan botol dan mengatakan dengan lantang bahwa obat yang di dalamnya bisa menyembuhkan Rumi.
“Aku tau kau mengerti ucapanku. Lepaskan aku maka aku akan membantu mu menyembuhkannya…”
Mendengar perkataan Seza, dia berhenti mencekik lalu membanting ke sisi lingkaran. Seza menahan amarah, dia bangkit membuka botol. Karak membuka lingkaran pelindung, tetesan terakhir memperlihatkan wajah menyeringai. Seza merubah wujud secepatnya melarikan diri. Karak mengeluarkan suara mengerikan, suara yang menggema terdengar keras membayang bersahutan menembus malam.
Banyu merasakan energi jahat, dia mencari sumber tepat pada titik hutan. Yang tersisa hanya ada sepasang Sepatu milik Rumi.
Gen di kembalikan di dalam peristirahatan daun hijau. Begitu pula Rumi menggunakan wujud Cahaya hijau. Dia melewati kematian, tubuhnya selamat di bantu energi inti Karak. Setelah hari itu, dia tidak lagi melihat Karak di hutan.
“Baru sembuh kenapa sudah keluar rumah? Memangnya upah penjaga itu lebih besar dari biaya sakit mu? huuhh, oh ya ngomong-ngomong kamu ngapain kesini? Di hutan ini ada hewan mengerikan. Yuk kita pulang aja Rum…”
“Maksud mu adalah sahabatku Karak? Katakan pada ku Gen. Dimana terakhir kali kamu melihatnya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Cika
Sang naga api dan Rumi, dua makhluk dari dunia yang berbeda namun menyatu dalam cerita yang begitu memikat. Ketika kekuatan api bertemu dengan kelembutan sang penjaga, cerita cinta yang tak terduga pun tercipta. Ini bukan hanya kisah romantis biasa, tapi juga perpaduan antara kekuatan dan kelembutan yang membuat hati saya tersentuh.
2024-03-28
0
Cika
dua karakter yang begitu kontras namun menyatu secara magis dalam cerita ini. Pertemuan mereka tidak hanya sekadar menyatukan dua makhluk dari dunia yang berbeda, tetapi juga memperlihatkan bahwa cinta dapat melampaui segala perbedaan. Kisah mereka menjadi simbol tentang bagaimana kekuatan dan kelembutan dapat saling melengkapi dalam sebuah hubungan. Ketika membaca cerita ini, saya tidak hanya merasakan getaran emosi, tetapi juga merenung tentang makna sejati dari cinta dan persatuan.
2024-03-28
0
papan nama
Selain itu, melalui karakter Rumi, pembaca dapat melihat proses pertumbuhan dan perkembangan yang menginspirasi, di mana dia menghadapi tantangan yang sulit namun tetap teguh pada prinsip-prinsipnya. Ini membuka pintu untuk diskusi tentang keteguhan hati, keberanian, dan kebijaksanaan dalam menghadapi rintangan hidup. Kesimpulannya, cerita ini tidak hanya menawarkan petualangan yang mendebarkan, tetapi juga memperkaya pembaca dengan pesan moral dan refleksi yang mendalam tentang kehidupan dan hubungan antarmanusia.
2024-03-27
0