Shima merelakan suaminya menikah lagi. keturunan menjadi alasan ia rela di madu. kesulitannya dalam mengandung membuatnya harus rela berbagi suami dengan wanita lain.
Dinar, tak lagi bisa menolak keinginan ibu dan istrinya untuk menikahi Rizka.
Segala usaha sudah mereka lakukan agar Shima bisa mengandung. Namun Tuhan memang belum memberikan kepercayaan itu pada mereka.
Akhirnya dengan terpaksa Dinar mengabulkan keinginan ibu dan istrinya.
Dia hanya berharap semoga pernikahan mereka akan bahagia, karena pernikahan itu tidak di dasari perselingkuhan.
Namun, cobaan silih berganti mengguncang prahara rumah tangga mereka.
Di tambah Dinar mulai berat sebelah semenjak mengetahui kehamilan istri keduanya.
Mampukah Shima dan Dinar mempertahankan maghligai rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tidak lemah
Shima menatap tak percaya pada keduanya. Apalagi salahnya ia kini, pikirnya.
"Kenapa kamu bilang sama temanmu itu Hah!" cecar Dinar murka.
"Apalagi yang aku lakukan Mas?" jawab Shima lemah.
"Kenapa mbak tega banget, bukankah aku udah minta tolong kemarin?" tanya Rizka yang ikut memojokkannya.
"Jelasin ada apa ini, kenapa kalian mencecarku tanpa memberi penjelasan!" balasnya tajam.
"Ini lihat!" ucap Dinar sambil menyerahkan posel milik Rizka.
Shima menatap tangkapan layar di sana. Ternyata itu status Asti yang memposting kebersama mereka tadi.
Dirinya yakin bukan foto mereka yang menjadi kegemparan bagi Rizka. Namun sebuah tulisan di sana yang ia yakin pasti mengoyak harga diri madunya itu.
Tertulis di sana sebuah kalimat 'Bahagialah sobat. Sayangi dan cintai dirimu. Kamu cantik dan tetap jadi pemenang tanpa harus merendah dan mau menjadi istri kedua, cuaaks'
Shima menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Lalu dia mengembalikan ponsel itu pada Rizka.
"Kenapa mbak tega banget," tuduhnya masih sambil terisak.
"Tega?" jawab Shima sinis. Dia kesal karena selain sifat yang mulai ingin menguasai sang suami. Ternyata Rizka juga suka playing victim.
"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan? Kenapa kalian suka sekali menyalahkan orang lain tanpa melihat kesalahan sendiri?" ucap Shima penuh penekanan.
"Shima jaga mulutmu!" tegur Dinar.
Shima tersenyum miring. Kini terlihat jelas jika sang suami benar-benar telah berat sebelah.
Tak lama ibunda Rizka datang mendekati keduanya. Di susul ayah Rizka.
"Ada apa ini Riz? Kenapa kalian bertengkar di sini?" cecarnya.
Rizka sedikit gugup, lalu segera mengusap air matanya dan melepaskan pelukan sang suami.
"Eng-enggak papa Mah. Ini cuma ada sedikit kesalah pahaman aja. Tapi mbak Shima udah minta maaf," jelas Rizka yang membuat Shima menggeleng tak percaya.
"Apa yang kamu lakukan pada anak saya?" tanya Rahmat penuh penekanan.
Ayah mana yang tak marah jika melihat anaknya menangis seperti itu. Tentu saja Rahmat harus tahu masalah mereka.
"Udah Pah, enggak papa kok!" elak Rizka yang semakin tak nyaman.
Dinar sendiri bingung. Bukan karena apa, tapi dia masih percaya jika semua ini salah istri pertamanya. Dan ia takut jika mertuanya akan marah pada Shima karena hal ini. Namun lagi-lagi dia tak kuasa membela sang istri. Pikirnya.
Shima yang jengah, lantas menatap ayah dari madunya dengan berani.
Dia memang mencintai suaminya, mungkin dia bodoh karena perasaan itu.
Namun Shima di didik oleh sang ayah agar selalu berani dalam bersikap.
Jika ada yang menuduhmu, jangan diam. Lawan! Buktikan jika apa yang kamu lakukan itu benar. Karena tidak semua masalah itu bisa di selesaikan dengan DIAM!
Begitu pesan sang ayah kepada dirinya dan sang kakak.
"Bapak tahu? Anak bapak ini tiba-tiba menangis dan mengadu pada suami kami karena status dari teman saya!" jelas Rizka tenang.
"MBAK!" tegur Rizka yang semakin panik.
"Apa maksud kamu?" sela Lyli lalu menatap sang putri.
"Ibu bisa lihat sendiri ponsel Rizka," tantangnya.
Rahmat yang melihat ponsel anaknya lalu mengambilnya dengan paksa.
Rahmat dan Lyli melihat akar permasalahan anak dan madunya itu.
Setelahnya Rahmat mengembalikan ponsel anaknya dan di terima oleh Rizka dengan tangan sedikit gemetar.
"Bapak tahu maksud kata-kata teman saya?"
"Apa kamu harus menceritakan aib keluargamu sendiri?" Rahmat yang tidak paham justru ikut memojokkan Shima. Membuat Rizka terkejut lalu tersenyum tipis.
Shima sendiri ingin bertepuk tangan saat itu. Ternyata sifat Rizka yang playing victim mungkin di turunkan dari ayahnya.
Shima melipat kedua tangan di dada dan kembali berbicara pada ayah Rizka.
"Bapak menyalahkan saya tanpa mengonfirmasi kebenaran yang ada? Apa seperti ini sikap seorang ayah? Langsung menjatuhkan mental orang lain demi membela anaknya?"
Rahmat langsung diam dan membuang muka. Jujur dia malu di jatuhkan seperti itu.
"Sekarang saya tanya sama bapak dan ibu, apa ada kata-kata teman saya di sana yang salah? Apa ada dia menyebut nama anak kalian?" cecarnya.
Rahmat benar-benar malu. Benar kata madu putrinya, selagi tak menyebut nama atau bahkan telunjuk orang tak mengarah padamu harusnya tak usah di persoalkan.
Karena panik melihat putrinya menangis, sikap realistisnya mendadak hilang.
Dinar dan Rizka saling melempar pandangan seperti paham dengan ucapan Shima. Namun tetap saja Rizka tahu sindiran itu untuknya dan dia tetap tak terima.
"Tapi jelas kalimat itu pasti di tunjukkan untukku. Permasalahan di sini, aku hanya minta penjelasan dari mbak Shima kenapa ingkar janji?"
"Aku ingkar janji, apa kamu yang lupa diri?"
"Shima tolong," tegur Dinar yang lagi-lagi terjebak di tengah-tengah.
"Dari tadi aku perhatikan Mas selalu bela Rizka tanpa mau mendengarkan penjelasanku. Apa begini sikap adil yang masih mas agungkan itu?" pekik nya yang mulai terpancing.
"Biarkan Shima menjelaskan," sela Lyli yang sejak tadi memilih diam.
Dia tetap ingin menjadi penengah di permasalahan anak dan madunya.
"Kenyataan kalau kamu memang istri kedua emang salahku? Apa dulu kamu atau bapak dan ibu enggak pernah berpikir sampai ke sana? Kalian pasti paham resiko menjadi istri kedua akan di cap seperti apa bukan? Kenapa jadi salahku?"
Rizka ingin kembali menyanggah ucapannya tapi segera di hentikan oleh Shima.
"Lagi pula di sana teman saya tidak menyebut pelakor hanya istri kedua yang menurut saya masih sopan tanpa menjatuhkan siapa pun."
"Ketiga. Saya tahu apa yang di permasalahkan oleh Rizka. Dia merasa jika semua ini salah saya. Kenapa kamu enggak ngaca diri sendiri?"
"Kamu sering memposting kebersamaanmu dengan Mas Dinar bukan?"
"Apa salah mbak. Mas Dinar juga suami saya," jawab Rizka tak mau kalah.
"Aku kira kamu pintar, ternyata ... Ah sudahlah. Jelas postingan kamu enggak salah. Tapi apa kamu lupa konsekuensinya?"
Rizka mengernyit bingung. "Apa kamu lupa status kamu seorang istri kedua yang malu dengan statusnya?"
Terlihat Rizka masih kebingungan meski Dinar dan orang tua Rizka sedikit mengerti arah penjelasan Shima.
"Kamu pikir orang yang baca statusmu kemungkinan bukan orang yang kenal kita berdua? Seperti Asti misalnya? Dia bukan orang bodoh, jadi pasti paham keganjilan itu tanpa aku harus menjelaskan panjang lebar!"
Rizka tersentak karena menyadari kebodohannya sendiri.
"Kamu ingatkan mas kemarin kita bertemu? Dan mas melihat teman aku itu?"
Dinar lantas membuang muka. Malu dengan sikapnya sendiri yang sejak tadi justru menyalahkan istri pertamanya.
"Ada apa ini?" sela Andin yang kesal karena merasa Shima seperti ingin merusak acaranya.
"Nah ini, kakak kamu saksinya. Aku dan Asti bertemu dengan mas Dinar dan kakakmu kemarin. Tanyakan saja sama dia!"
"Ada apa sih?" ulang Andin tak mengerti, terlebih lagi namanya ikut terseret.
"Bukankah kemarin aku bertemu dengan mbak Andin dan mas Dinar?"
Andin mengangguk ragu.
"Mbak tau saya lagi sama teman saya bukan saat itu?" Andin lagi-lagi mengangguk.
"Nah selesai bukan? Itu bukan gara-gara saya, tapi gara-gara sikap kalian sendiri! Kalau kamu enggak mau status menjadi istri kedua terdengar orang, harusnya kamu simpan rapat-rapat statusmu itu. Jangan setelah orang lain tahu kamu lantas menyalahkan aku!"
Setelah lelah menjelaskan, Shima memilih pergi begitu saja.
Lyli yang paham perkataan Shima hanya bisa menghela napas. Lagi-lagi putrinya salah langkah.
Rahmat juga sedikit malu dengan tuduhannya tadi. Ternyata yang salah adalah putrinya sendiri.
Namun tak ada satu pun dari mereka meminta maaf pada Shima.
Shima yang berjalan tanpa melihat sekitar tak sengaja menabrak orang di depannya. Untung refleks orang itu bagus, hingga Shima yang hampir terjatuh bisa di tolong olehnya.
"Pak Emilio?" jawab Shima gugup.
.
.
.
Lanjut
anak ular di pelihara suatu saat pasti akn matuk juga.
wong Bpk e bayi ijek sehat kok nyuruh Shima iyalah Shima punya suami kaya ntar anak sudah deket pasti akn di pakai buat ndeketi Emilio. otak Rizka itu dah penuh rencana cm Shima saja yg bodohnya kelewatan.
berarti Rizka di ajak ke rumah baru Emilio dong rumah baru dah di injak pelakor ih amit amit deh. ntar pasti Emilio kena lakor juga soale sima menye menye gitu baik baik kyak wanita sinetron bnyak bodohnya.