Dhena Lavani seorang dokter muda, bekerja di salah satu klinik perusahaan, tanpa disangka ia akan menjadi seorang ibu dari cucu pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Bagaimanakah kisahnya ? Ikuti terus kisah nya di novel ini yang berjudul Ibu Untuk Ciara..
Jangan Lupa untuk follow :
Ig : author.ayuni
Tiktok : author.ayuni
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
POV Dhena Lavani
Sudah lima bulan usia pernikahanku dengan Mas Bisma, selama ini pula aku masih dengan sikapku yang seperti awal kita bertemu begitupun Mas Bisma.
Aku melayani suamiku dan terkesan sangat hangat hanya jika dihadapan kedua orangtuaku dan kedua mertua ku atau dihadapan putri kami Ciara, disaat kita sedang berdua kita kembali dengan mode masing-masing.
Oh.. Suamiku maafkan aku..
Diluar sana orang lain mungkin tidak akan menyangka jika sebenarnya hubungan rumah tangga kami sangat dingin, aku menyadari memang tidak mudah menerima seseorang yang baru untuk masuk kedalam hidup kita, terlebih perkenalan ku yang sangat singkat dengan Mas Bisma, yang notabene ia adalah atasanku dimana tempat ku bekerja.
Dan terkadang aku berfikir kenapa aku mau menerima saat Bisma mengutarakan untuk meminang ku ?
Jawabannya hanya satu Ciara.. Ya.. Gadis kecil itu entah mengapa jiwa keibuanku muncul saat mengenalnya, padahal aku pun memiliki keponakan yang usianya tidak jauh dari Ciara, tapi.. Kami berdua terkesan seperti kucing dan anjing jika ada di rumah, aku sangat senang menjahili keponakan ku yang bernama Alissa.
Kembali ke Mas Bisma, selama lima bulan ini bahkan Mas Bisma tidak pernah protes dengan sikapku, seakan ia memberikan ruang kepada ku agar aku benar-benar bisa menerima nya tanpa syarat.
Justru dengan sikapnya yang seperti itu, aku semakin yakin kepadanya, akhir-akhir ini setiap kali aku berhadapan dengannya entah mengapa detak jantungku tidak bisa diajak bekerjasama bahkan wajahku tidak bisa diajak kompromi. Apakah aku sudah mulai mencintainya ? Atau memang aku terlambat menyadari nya.
Entahlah ...
Sampai satu ketika, ada permasalahan yang harus diselesaikan di perusahaan, seluruh petinggi perusahaan dikumpulkan tanpa terkecuali aku, bagaimana pun aku masih memegang jabatan sebagai kepala klinik perusahaan Natural Corporindo yang dikendalikan oleh suamiku sendiri.
Permasalahan keuangan yang dialami oleh perusahaan ternyata berimbas ke klinik yang selama ini aku bina, pengadaan barang habis pakai dan obat-obatan yang dibutuhkan selalu telat untuk dikirim, sehingga aku bahkan rekan kerjaku Dokter Hani tidak jarang menggunakan uang pribadi untuk membeli keperluan klinik, karena kami tidak bisa menolak jika ada pasien yang datang membutuhkan pertolongan.
Keadaan itu cukup membuat kacau suamiku, begitupun aku..
" Jadi gimana Mas ? Kamu gak bisa diem aja dong, kenapa kamu tidak menyelidiki langsung bagian keuangan, kemana saja uang perusahaan itu mengalir, kamu tahu sekarang sudah tidak ada apa-apa di klinik Mas, bahkan hanya luka kecil saja sudah tidak dapat diobati di klinik ! " ucapku saat itu.
" Stop ! Ini perusahaanku kamu tidak perlu ikut campur ! "
Aku terdiam mendengar jawaban dari suamiku..
Entah mengapa rasanya sangat sakit sekali saat ia membentak ku, ini kali pertama ia benar-benar begitu marah.
Aku sadar mungkin ucapanku kurang tepat disaat keadaan suamiku yang sedang kacau karena permasalahan perusahaan.
Aku keluar ruangan suamiku, aku sudah tidak menghiraukan pandangan karyawan yang melihat ku keluar dari ruangan presdir dengan air mata yang terus mengalir, aku berlari menyusuri lorong perusahaan, aku tidak tahu arah jalan ku kemana hingga akhirnya aku menemukan satu pintu aku mempercepat langkahku, aku harap aku bisa keluar dari perusahaan ini, namun salah.. Aku malah berada di atas rooftop, tempat yang paling tinggi di perusahaan ini.
Aku menyeka kasar air mataku yang tak berhenti mengalir, dari tempat paling tinggi di gedung ini aku bisa melihat keindahan Kota Bunga tempat kelahiran ku..
Angin semilir berhembus mengibaskan jilbab yang menempel di kepalaku, aku menahannya agar rambutku tidak terlihat, sesaat aku merentangkan kedua tanganku, menutup mata, menghirup udara dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan.. Cukup membuatku rileks dan sepertinya tensi darahku mulai menurun.
Aku berjalan sedikit kedepan, aku lihat pemandangan memang sangat indah dari atas gedung ini, namun aku tidak berani berlama-lama karena memang aku memiliki phobia pada ketinggian jika aku melihat kebawah kepala ku akan terasa pusing dan kakiku terasa gemetar.
Akhirnya aku memundurkan kakiku beberapa langkah, saat langkah terakhir...
Bugh..
Aku terhenyak kaget ada seseorang di belakangku. Aku membalikkan badan ternyata dia suamiku Mas Bisma menyusul ku kesini.
" Sedang apa kamu disini ? "
" Euuh.. " Aku bingung salah tingkah.
Mas Bisma menatapku, ia terus saja memperhatikan wajahku yang mungkin masih dengan mata yang sedikit sembab.
" Aku minta maaf "ucapnya singkat.
Aku masih terdiam, hatiku berdesir, jantungku berdetak tidak karuan, suamiku berkata begitu lembut, aku tidak berani menatapnya, karena pasti wajahku tidak dapat di kompromi.
" Mas kok tahu aku disini "
" Dimana pun kamu berada, aku pasti tahu " ucap suamiku.
Aku kembali terdiam, memang begitu Mas Bisma aku pun tidak mengerti, apapun yang aku lakukan bahkan apapun yang aku pikirkan ia pasti mengetahui nya.
Hening seketika..
Lalu Mas Bisma berjalan menyender ke senderan seperti pagar tinggi sambil melipat kedua tangannya di dada dengan posisi badan mengarah kepadaku.
" Ternyata tidak mudah ya, jika kita hidup dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan "
Jag
Aku mencerna ucapan suamiku. Apakah dia sedang menyindir ku ?
" Ternyata memang benar, berharap pada manusia itu... "
" Tempatnya kecewa " Ucapku memotong ucapan suamiku.
Aku berjalan mendekat.
" Cinta itu diperjuangkan, bukan di diamkan Mas ! "
Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang lalu..
Brakkkk
Pintu rooftop tiba-tiba tertutup, aku berjalan menuju pintu disusul suamiku, aku langsung mengarahkan tanganku untuk membuka handle pintu, namun nihil pintu terkunci dari dalam karena tertutup sangat keras sehingga pintu otomatis terkunci.
" Mas .. ke kunci ! " Aku berseru.
Mas Bisma lalu memintaku untuk mundur, ia berusaha untuk membuka pintu namun tetap tidak bisa.
Mas Bisma meraba saku celana dan jas nya, ponselnya tertinggal di ruang kerjanya.
" Ponselku tertinggal di meja ruangan "
" Terus gimana kita ? " tanyaku.
" Kita terjebak disini Dhen " jawabnya.
" Mas.. " Aku mulai khawatir ponsel ku pun tertinggal di ruangan Mas Bisma,
" Mau bagaimana lagi, kita tunggu saja sampai ada yang membuka pintu ini "
" Tapi sampai kapan Mas, ini sudah sore.. Cia di rumah pasti sudah menunggu kita pulang "
Bisma hanya menghembuskan nafas kasar.
Hening...
Semakin sore angin berhembus semakin kencang, Kota Bunga memang berada di dataran tinggi dengan suhu udara yang cukup dingin apalagi menjelang malam seperti ini.
Aku mulai merasa kedinginan, aku terduduk di balik pintu, begitupun Mas Bisma ia duduk di sampingku, tidak ada percakapan antara kami. Aku menggosok-gosok kan telapak tanganku agar terasa hangat, angin sore semakin menjadi, aku hampir menggigil kedinginan.
Tiba-tiba Mas Bisma melepaskan jas nya, lalu ia memakaikannya kepadaku, aku sudah tidak menghiraukan perlakuan nya karena tubuhku benar-benar kedinginan, ia meraih tanganku, digenggam nya tanganku agar aku tidak merasa dingin.
" Sabar ya " ucap Suamiku.
Aku hanya mengangguk.
Perlahan Mas Bisma merentangkan tangannya lalu mendekap ku, aku cukup kaget kali ini, dekapan pertama dari suamiku setelah lima bulan pernikahan. Jantungku berdetak begitu cepat seakan ingin terlepas dari tempatnya, seperti nya Mas Bisma tahu apa yang aku rasakan sekarang.
" Gak perlu nervous, aku suami mu " ucap nya lagi-lagi membuat ku menjadi malu.
Cukup lama kami di posisi ini, hingga akhirnya terdengar sayup-sayup kumandang Adzan Maghrib, aku sedikit bergerak perlahan melepaskan dekapan Mas Bisma.
" Sudah magrib " ucap ku.
Mas Bisma hanya mengangguk lalu ia bangun dari duduk nya berusaha mencari pertolongan, ia berjalan ke arah depan gedung, karena gedung sangat tinggi sehingga tidak begitu jelas terlihat aktivitas dibawah sana.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil-manggil suamiku
Pak Bisma
Pak
Pak Bisma
Aku bangkit dari dudukku, lalu aku menggedor pintu berusaha meminta tolong.
Dug dug dug
" Kami disini Pak.. Tolong pintu kekunci !! " Teriak ku.
Mas Bisma lalu menghampiri.
" Mas ada suara di dalam "
" Tolong... Saya disini ! " teriak Bisma.
" Pak Bisma dimana ? "
" Rooftop, ke kunci ! "
Klek
Pintu Rooftop akhir nya terbuka.
" Alhamdulillah "
" Pak Bisma, Bu Dhena.. Kenapa bisa kekunci disini ? " ucap Joni salah satu satpam perusahaan.
" Ceritanya panjang ! " ucap Mas Bisma singkat.
Akhirnya aku dan Mas Bisma bisa keluar dari Rooftop, hari ini sepertinya akan menjadi hari yang bersejarah bagiku, tidak hanya bagiku tetapi bagi Mas Bisma.
🌷🌷🌷
Jangan lupa untuk selalu dukung author dengan vote, like dan komennya ya.. Hatur nuhun ❤️