Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13 Kecurigaan
Dua Minggu bekerja di perusahaan Evan tetapi Anna belum berhasil meluluhkan hati pria itu. Dia sedikit frustasi, namun tidak menyerah. Malam ini dirinya sampai dirumah tepat pukul sebelas malam, tentu saja Jessica heran karena dua hari ini putrinya selalu pulang malam. Wanita paruh baya itu sengaja menunggu Anna di ruang tamu. Setelah pintu terbuka, Jessica langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Kenapa pulang larut malam seperti ini?" tegur nya tanpa basa basi.
Anna memutarkan bola matanya. Dia tidak menghiraukan pertanyaan dari Jessica, hingga dirinya memutuskan untuk pergi ke kamar.
"An, Anna! Kau belum menjawab pertanyaan dari Mama."
"Aku lelah, Ma. Sudahlah, besok saja jika ingin bertanya." jawab Anna tanpa menghentikan langkah kakinya.
Jessica mengelus dada, daya tahan tubuhnya sering sekali menurun karena memikirkan Anna. Padahal, apa yang gadis itu inginkan selalu Jessica penuhi.
"Ada apa dengan Anna?"
Jessica bergegas pergi ke kamar Anna. Sesampainya di depan kamar tersebut, dia pun langsung mengetuknya.
Anna yang baru saja ingin memejamkan mata langsung mengepalkan kedua tangannya.
"Ck, menganggu saja!"
Anna membuka pintu, dia bersidekap sambil menatap Jessica. "Ada apa sih, Ma?" tanyanya malas.
"Sayang, kau darimana? Kenapa selalu pulang larut malam begini?"
"Baru juga dua kali. Tadi di kantor itu ada sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan, makanya aku lembur."
"Lembur berturut-turut?"
"Mama ini kenapa sih? Tidak membiarkan aku untuk beristirahat, jika Mama tidak percaya ya sudah, terserah!"
"Bukannya gitu, Sayang. Tapi—"
"Atau tidak, Mama tanyakan saja langsung pada kak Evan."
"Tapi Anna—"
"Sudahlah, Ma! Aku mohon biarkan aku beristirahat, aku sangat lelah. Bukannya menanyakan kabarku sudah makan atau belum, Mama malah menanyakan hal tidak penting seperti tadi!" ucap Anna tanpa memikirkan perasaan Jessica. Padahal, sang Mama bertanya seperti itu karena menyayanginya.
"Ya sudah, kau istirahatlah. Jika ingin makan, panaskan dulu lauknya."
Anna berdehem pelan lalu menutup pintu, sementara Jessica hanya menggeleng sabar.
Wanita paruh baya itu ingin pergi menuju kamarnya, tetapi belum juga sampai di tempat tujuan, ponselnya berdering. Senyum Jessica langsung terbit ketika melihat nama Zahra yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo, Sayang. Kenapa kau menghubungi Mama malam malam seperti ini?"
📱"Ma, apa Anna sudah pulang?" suara Zahra terdengar khawatir.
"Iya, adikmu baru saja pulang beberapa menit yang lalu. Ada apa, Nak? Kenapa suaramu seperti khawatir?''
📱"Mas Evan juga baru pulang, Ma. Tapi, sewaktu aku mencium kemejanya, seperti ada bau parfum milik Anna. Aku, aku sedikit risau."
Jessica menutup mulutnya, dia tidak boleh gugup agar Zahra bisa tenang.
"Sayang, dengarkan Mama. Kau jangan berpikir buruk terlebih dahulu, Mama akan coba bertanya pada adikmu besok. Apa dia bersama dengan Evan, atau tidak."
📱"Ya sudah, Ma. Maaf karena Zahra mengatakan hal seperti ini pada Mama. Pikiran Zahra benar-benar kacau sampai hati Zahra tidak bisa tenang."
"Kabarin saja jika ada apa-apa, Mama pasti akan selalu ada untukmu, Nak."
Zahra mengatakan 'iya' dan dia mengucapkan selamat malam lalu menutup panggilan telepon.
Jessica menatap layar ponselnya yang sudah berubah menjadi hitam, dia kemudian menatap kamar Anna sejenak dan membuang pikiran jeleknya.
"Tidak mungkin Anna melakukan hal kotor dan ingin merusak kebahagiaan kakaknya sendiri."
***
Pagi hari pun menjelang, saat ini Anna dan Jessica sedang berada di meja makan untuk sarapan bersama. Wanita paruh baya itu ingin menanyakan masalah tadi malam, tetapi dia berpikir ulang ketika melihat wajah Anna. Putrinya itu baru beberapa bulan bersamanya, apa mungkin Jessica tega melukai hati Anna dengan pertanyaannya nanti?
Anna yang menyadari keterdiaman sang Mama langsung menegur. "Ada apa, Ma?"
Jessica kembali ke alam sadar. "Tidak, Nak. Lanjutkan saja sarapannya,"
Anna hanya mengedikkan bahu.
"Em, Anna. Apa Mama boleh bertanya sesuatu?"
"Ya, katakan saja, Ma."
"Tentang masalah tadi malam. Mama harap kau tidak tersinggung dengan pertanyaan Mama ini, Nak."
Anna yang hendak memakan roti langsung meletakkannya kembali di atas piring. Dia meneguk susu lalu kemudian menatap Mamanya.
"Masalah apa?"
"Tadi malam, kakakmu menghubungi Mama. Apa tadi malam kau bersama dengan Evan?"
Anna tersenyum miring. "Kalau iya, memangnya kenapa?"
Jessica menggelengkan kepala. "Kenapa kau bisa bersama dengan kakak iparmu? Apa dia juga lembur?"
"Kenapa Mama bertanya seperti ini? Oh, aku tau. Pasti kak Zahra sudah menghasut Mama, iya 'kan?" Anna terlihat marah.
"Tidak, Sayang! Kakakmu hanya ingin tau apa yang terjadi sebenarnya tadi malam. Bukan tanpa sebab, sewaktu kau pulang, Evan juga pulang."
"Kalian berdua ini sama saja, kenapa berpikiran buruk tentangku? Mama katakan saja pada kak Zahra, tidak perlu berpikir negatif seperti itu karena aku sama sekali tidak berniat untuk menggoda suaminya! Dan aku tidak punya urusan dengan Mas Evan." Anna berlalu pergi, dia sangat marah dan kesal.
"Anna, Anna!"
Sesampainya di luar rumah, Anna menoleh kebelakang sejenak. Dia mendegus kesal mengingat pertanyaan yang Jessica layangkan padanya.
"Kenapa jadi menyebalkan seperti ini? Lihat saja, aku pasti akan mengabulkan pikiran burukmu itu, Zahra!" Anna tersenyum jahat, pasalnya tadi malam dia memang pergi bersama dengan Evan. Bahkan mereka pergi ke hotel, tetapi hanya mengobrol sambil minum.
"Mungkin saat ini aku masih dalam batasanku, tapi suatu saat nanti, aku pastikan kau akan hancur Zahra." Anna merogoh tas dan mengambil benda pipih yang ada di dalam sana.
''Halo, Mas. Apa kau jadi menjemputku?''
📱"Tentu, aku masih dalam perjalanan."
"Aku akan menunggumu ditempat biasa, bye ."
Panggilan pun terputus, Anna merapikan penampilan dan dia masuk ke dalam mobilnya.
Beberapa saat kemudian, sampailah Anna di tempat yang dia katakan. Tak lama, mobil seseorang yang dia tunggu pun muncul. Seketika, senyum manis Anna terbit begitu saja.
"Apa kau sudah menunggu lama?"
Keduanya melakukan cipika-cipiki.
"Tidak! Baru beberapa menit yang lalu. Apa kita akan berangkat sekarang?"
"Ya, aku bosan dirumah. Aku harap kau bisa menemaniku untuk beberapa hari ini." Evan tersenyum manis menatap wajah segar Anna.
"Untukmu aku pasti bisa, Mas."
Evan membukakan pintu mobil dan Anna masuk ke dalam sana, kemudian Evan menyusul gadis itu.
"Apa istrimu itu tidak bisa berubah sedikitpun, Mas?" tanya Anna ketika mobil mulai melaju.
"Entahlah, sebaiknya tidak usah membahas tentang dia. Aku kesal jika mengingat tingkahnya, dia seakan-akan tidak punya tanggungjawab sebagai istri. Berbeda denganmu, Anna. Meskipun kau hanya adik ipar, tetapi kau punya banyak waktu untuk menemaniku dan mengurusku."
"Mas, mungkin kau harus memaklumi sikap kak Zahra. Dia seperti itu karena pekerjaannya. Ya, pekerjaan."
Evan tertawa miris. "Dia lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan suaminya? Sangat aneh!"
"Kau tenang saja, Mas. Saat ini kau tidak perlu merasa kesepian, karena ada aku. Aku akan selalu menemanimu." Anna memeluk lengan Evan dan pria itu sama sekali tidak merasa risih, bahkan jantungnya malah berdegup kencang.
Mereka berdua ingin pergi ke luar kota, Evan beralasan jika dia ada pekerjaan, tetapi sebenarnya tidak. Dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Anna, sepertinya dia sudah terpikat dengan sosok Anna.
Bersambung