Rayyan mendadak menceraikan Ayu begitu saja sepulangnya dari tempat pekerjaannya sambil membawa Wanita yang sedang hamil. Akankah Ayu bertahan dengan pernikahannya yang sudah berjalan selama 16 tahun itu, atau lebih memilih untuk berpisah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Pencarian Bu Lastri
Setuju dengan perkataan Intan, Rayyan dan Pak Wahyu segera bergegas pergi mencari Bu Lastri.
"Sayang, kamu hati hati di rumah. Jangan lupa, beri kabar Mbak Mira." Intan mengangguk tanda mengerti dengan ucapan Rayyan.
Dengan menggunakan sepeda motor, Rayyan dan Pak Wahyu mendatangi pasar terlebih dahulu.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit keduanya sudah sampai di pasar. Setelah memarkirkan sepeda motornya, Rayyan menoleh kearah Pak Wahyu kemudian berkata,
"Ayah, menurutku sebaiknya kita berpencar." Pak Wahyu setuju dengan rencana Rayyan.
"Baiklah. Nanti kita bertemu lagi ditempat ini, jika ada apa apa langsung saling memberi kabar." Rayyan hanya menganggukkan kepalanya, kemudian keduanya berlalu berlainan arah mencari sosok Bu Lastri.
Dengan berbekal selembar Foto, Pak Wahyu maupun Rayyan bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya.
"Apakah pernah melihat orang ini ?" Pak Wahyu bertanya kepada Ibu pedagang sayur sambil memperlihatkan foto Bu Lastri.
"Maaf, saya tidak pernah melihatnya." ucap Ibu pedagang sayur itu. Pak Wahyu langsung berlalu, kemudian bertanya lagi kepada seorang pembeli sayur.
"Mbak, maaf pernah lihat orang ini ?" Ucap Pak Wahyu sambil memperlihatkan foto Bu Lastri.
"Tidak." Pak Wahyu mengangguk kemudian berlalu pergi. Setelah beberapa saat berkeliling pasar, akhirnya Pak Wahyu memutuskan pergi ke area parkir, berharap mungkin saja ada yang mengenali Istrinya itu.
Pak Wahyu melihat seorang tukang becak, kemudian menghampirinya.
"Pak ..."
"Maaf saya terburu buru." melihat reaksi tukang becak tersebut, Pak Wahyu hanya menggelengkan kepalanya. Belum juga dia menjelaskan maksudnya, eh malah pergi begitu saja. Setelah sedikit menenangkan pikirannya, Pak Wahyu kembali menghampiri seseorang yang ditemuinya.
"Mas, mungkin pernah melihat orang yang di foto ini."
"Saya tidak tahu." Selalu saja jawaban seperti itu yang di dapatkan. Pak Wahyu Pun menyerah dan memutuskan untuk kembali ke tempat dimana dirinya dan Rayyan berjanji untuk bertemu.
Rayyan pun sama seperti Pak Wahyu, memperlihatkan foto Bu Lastri kepada setiap orang yang ditemuinya.
"Pak, apa pernah melihat orang ini ?"
"Dia ini siapa Masnya, ya ?"
"Beliau ini Ibu saya. Sudah seharian ini belum kembali pulang ke rumah setelah sebelumnya pergi kemari."
"Maaf saya tidak tahu."
"Baiklah, terimakasih." Rayyan menghela nafasnya berat. Ini sudah kesekian kalinya dia bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya, namun selalu saja kecewa dengan jawaban yang didapatkan.
Setelah beberapa saat keduanya kembali ke tempat semula.
"Bagaimana Rayyan ?" Rayyan hanya menggelengkan kepalanya ketika Pak Wahyu bertanya kepadanya. Pak Wahyu semakin bertambah frustasi melihat reaksi Rayyan.
"Kita laporkan ke polisi saja." Rayyan melihat kearah Pak Wahyu, kemudian berkata
"Polisi tidak akan menanggapi laporan kita, karena Ibu belum menghilang selama 24 jam." Pak Wahyu menghela nafasnya berat kemudian berkata,
"Jadi, itu akan sia sia saja ?"
"Ya."
"Lalu apa yang harus kita lakukan. Bagaimana jika Ibumu di culik ?"
"Tidak mungkin. Apa Ayah sudah beritahu Mas Yudi ?" Pak Wahyu menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana Ayah bisa melupakannya ? Ayo, kalau begitu kita pergi kerumahnya." Keduanya pun bergegas menuju rumah Yudi. Berpikir, mungkin saja Bu Lastri berada di sana.
Sementara itu sepeninggalnya Rayyan dan Pak Wahyu, Intan segera menghubungi Mira. Meskipun masih merasa kesal dengan sikap dan perilaku Iparnya itu, untuk kali ini dia terpaksa akan mengesampingkan dulu hal itu.
Setelah beberapa saat akhirnya panggilan pun terhubung. Namun setelah panggilan ke tiga barulah tersambung.
"Ya halo !" terdengar suara teramat ketus dari sebrang sana. Bukankah seharusnya dia yang marah kan ? Intan menghela nafasnya panjang berusaha menenangkan diri. Setelah beberapa saat kemudian berkata,
"Mbak, ini aku Intan."
"Oh kamu. Ada perlu apa menghubungiku ?"
"I ... itu Mbak, Ibu ..."
"Kenapa dengan Ibu ?"
"Ibu ..."
"Intan, kamu yang jelas dong kalau ngomong."
"Ibu, Ibu menghilang Mbak."
"Apa, serius kamu ?"
"Iya, Mbak. Aku bicara apa adanya."
"Lalu bagaimana dengan Ayah ?"
"Ayah dan Mas Rayyan mencari ke pasar dulu, Mbak."
"Baiklah kalau begitu."
"Iya, sebaiknya Mbak ..."
Tut ... tut ... tut ... terdengar suara sambungan telepon berakhir.
"Huh, dasar Ipar nggak diri, bukannya terimakasih atau apa kek. Ini malah langsung nutup telpon begitu saja. Jika bukan karena Mas Rayyan yang menyuruhku menghubunginya, tak sudi aku." Intan sangat geram dengan ucapan Iparnya itu. Entah kapan dia akan bersikap baik terhadapnya ?
"Ah, memikirkannya membuatku pusing. Kenapa sih keluarga ini suka banget membuat masalah ? Kalau tahu bakal begini, tak sudi aku datang kemari. Tapi, ini semua kulakukan demi Mas Rayyan agar segera berpisah dengan si Ayu itu."
Setelah beberapa saat Intan masuk ke dalam kamarnya, dia memutuskan untuk beristirahat saja di dalam kamar. Dia sangat yakin Ibu mertuanya pasti akan segera ditemukan.
Di tempat lain, Ayu, Marni dan Mia masih asik duduk di sofa ruang tamu.
"Yu, maaf ya kalau aku lancang. Kamu jangan marah ya. Tapi, aku ingin tahu bagaimana kamu dan Rayan berpisah." Ayu menoleh kearah Mia meminta persetujuan. Mia mengangguk kemudian berkata,
"Tidak apa-apa, ceritakan saja. Siapa tahu nanti kamu akan mendapatkan sesuatu dari Marni yang bisa membuatmu menjadi lebih baik lagi. Iya, kan ?" Mia melihat kearah Marni. Marni tersenyum kemudian berkata,
"Ya, tentu saja."
Karena desakkan Marni, akhirnya Ayu pun menceritakan bagaimana dirinya dan Rayyan berpisah.
Setelah Ayu selesai dengan penjelasannya, Marni terdiam sejenak kemudian menghela nafasnya berat.
"Kamu yang sabar, ya. Aku yakin kamu kuat dan pasti bisa melalui semua ini." Ayu mengangguk kemudian berkata,
"Aku yakin bisa." Marni tersenyum kemudian memeluk Ayu dengan erat. Setelah beberapa saat, Marni melepaskan pelukannya.
"Maaf ya, aku harus pulang. Sepertinya Ibuku sudah kembali. Kamu tenang saja, aku akan selalu ada untukmu."
"Iya, terimakasih Marni."
"Sama sama. Ayu ... Mbak, saya pamit pulang ya. Kalau ada apa apa langsung saja memberi kabar." Mia mengangguk sambil tersenyum kearahnya. Marni kemudian bangkit dari duduknya, Ayu pun melakukan hal yang sama dan mengantarnya ke depan pintu.
Sepeninggalnya Marni, Ayu kembali menghampiri Mia yang masih duduk di sofa kemudian duduk di sampingnya.
"Apa yang akan kamu lakukan terhadap Bu Lastri ?" mendengar ucapannya, Ayu menoleh sesaat kemudian berkata,
"Aku akan mengantarnya pulang, Mbak." Mia merasa ragu dengan ucapan Ayu.
"Kamu yakin ?"
"Mau bagaimana lagi ?"
"Sepertinya Beliau belum bisa melepas mu." mendengar ucapannya Ayu menganggukkan kepalanya.
"Aku juga berpikir seperti itu, Mbak. Tapi, apa boleh buat. Semuanya bukan karena kemauanku."
"Meskipun begitu, Mbak bersyukur. Sekarang Bu Lastri dan Pak Wahyu sangat menyayangimu, berbanding terbalik dengan dulu. Tapi, entah mengapa Rayyan ..."
"Sudahlah, Mbak. Tidak usah membahas tentang dia lagi."
"Maaf, Yu. Mbak tidak bermaksud begitu."
"Iya, Mbak."
"Kalau begitu sebaiknya kita memasak untuk makan siang. Sebentar lagi Ayah dan Ibu akan segera pulang, begitu juga dengan anak anak." Ayu mengangguk setuju dengan perkataan Mia. Keduanya pun segera bangkit kemudian pergi ke dapur untuk membuatkan makanan.
Setelah beberapa saat Adzan dhuhur berkumandang, Pak Bayu dan Bu Ratna baru saja tiba di rumah.
Keduanya langsung bergegas membersihkan diri karena pakaian yang dikenakan mereka dipenuhi dengan lumpur.
Setelah selesai dengan aktivitasnya mereka segera menemui Mia yang nampak sibuk menyiapkan makanan.
"Ayah, Ibu." Mia menghampiri Pak Bayu dan Bu Ratna kemudian bergantian bersalaman dengan keduanya.
"Bagaimana kabarmu?" Pak Bayu bertanya kepada Mia.
"Baik, Yah."
"Syukurlah kalau begitu. Dimana Ayu, Ayah tidak melihatnya ?" Mia merasa ragu menjawab pertanyaan Pak Bayu.
"Ayu ..."
"Pak Bayu, Bu Ratna. Bagaimana kabar kalian ?" perkataan Mia teralihkan oleh suara Bu Lastri. Mendengar ucapannya membuat Pak Bayu dan Bu Ratna menoleh ke arah Bu Lastri dan Ayu yang menghampiri keduanya.