Batas Waktu Bersamamu

Batas Waktu Bersamamu

Bab 1. Haruskah Kita bercerai ?

"Apa, cerai Mas?"

"Ya kita cerai saja."

"Tapi kenapa harus bercerai, Mas. Apa salahku?"

"Banyak. Semua yang kamu lakukan adalah kesalahan. Dan, kesalahan terbesarku adalah bertahan denganmu selama ini. Bersiaplah, sebentar lagi aku sampai di rumah, mungkin sekitar tigapuluh menit lagi. Aku harap kamu sudah mempersiapkan segala sesuatunya yang harus kamu bawa, tapi ingat tak ada satu barang apapun yang kamu ambil begitu pun kedua anakku terkecuali dengan semua pakaianmu itu. Karena rumah beserta isinya adalah hasil keringatku sendiri selama menikah denganmu. Ingat itu baik baik, Ayu."

"Mas ... !"

Bagai petir di siang bolong mendengar ucapan pahit Mas Rayyan di telepon barusan. Apa aku sedang bermimpi ?

Aw...itu sakit. Ternyata cubitan di tanganku membuktikan ini bukanlah mimpi, ini nyata.

Bergetar seluruh tubuh ini. Sesak, rasanya tak sanggup lagi berkata kata. Tubuhku ambruk di lantai, tak lama kemudian tangisku pecah. Apa salahku padamu, Mas ?

Namaku Ayu, tahun ini usiaku 34. Aku seorang Ibu Rumah Tangga. Aku mempunyai Suami yang bernama Rayyan yang berusia 41, dia bekerja menjadi supir pribadi di sebuah kota.

Pernikahan kami menginjak tahun ke -16. Kami di karuniai dua orang anak. Reva, putri pertama kami berusia 14 tahun ini. Sedangkan Davin, anak kedua kami berusia 10 tahun ini.

Meskipun pernikahan kami melalui perjodohan kedua orang tua, saat ini kami hidup bahagia. Suka duka kami lalui bersama, berharap kami menua bersama.

Kata cerai yang baru saja Mas Rayyan ucapkan memupuskan harapan ku. Entah apa yang membuat Mas Rayyan tiba-tiba memutuskan untuk bercerai ? padahal hubungan kami sedang baik baik saja.

Tok tok tok, suara ketukan di pintu kamarku menghentikan tangisanku.

"Ayu, apa kamu di dalam. Boleh Mbak masuk? " itu suara Mbak Mira, kakak iparku.

" Iya Mbak, masuk saja" teriakku, kemudian aku memaksakan bangkit dan duduk ditempat tidur. Buru buru menghapus air mata meskipun aku tak yakin menghilangkan jejak.

Pintu terbuka, Mbak mira menghampiriku dan ikut duduk di sampingku.

"Kamu baik baik saja, Yu ?" tanya Mbak Mira, "Kamu menangis ?" tambahnya kemudian sambil mengusap usap punggungku.

"Kelihatan banget ya Mbak?" ucapku melihat kearahnya sambil tersenyum samar.

"Iya. Kamu tidak bisa menyembunyikannya dengan baik dari Mbakmu ini, Ayu." ucapnya sambil mengusap kedua pipiku menghilangkan sisa sisa air mata yang tertinggal.

"Kamu sedang bertengkar dengan Rayyan ?" aku hanya menggelengkan kepala, karena memang kenyataannya seperti itu.

"Katakan yang sebenarnya,Yu. Ada ada dengan kalian ? Kalau kalian tidak sedang bertengkar, kenapa Rayyan..."

"Kenapa dengan Mas Rayyan, Mbak ?" aku menyela ucapannya sambil melihat kearahnya dengan perasaan yang tak sabar.

"Rayyan bilang kalian akan bercerai." mendengar ucapannya bulir bening yang sedari tadi aku tahan pun tak bisa ku bendung lagi.

Mbak Mira memelukku erat, "Menangislah bila itu membuatmu menghilangkan rasa sesak, setidaknya rasa sakitnya berkurang" mendengar ucapannya tangisku semakin kencang.

"Bagaimana, sudah tenang ?" setelah beberapa saat aku pun menghentikan tangisanku dan mengurai pelukan diantara kami.

"Iya Mbak. Maaf bila membuat Mbak cemas. Mas Rayyan bilang apa, tolong katakan Mbak" pintaku pada Mbak Mira.

"Setelah Mbak pulang dari Pasar, Rayyan menghubungi Mbak. Dia bilang kalian akan bercerai. Mbak tanya alasannya, dia hanya mengatakan nanti juga Mbak akan tahu, makanya Mbak bergegas menemui mu. Mbak kira kalian bertengkar, makanya Mbak tanyakan itu padamu. Bukannya tadi pagi kalian baik baik saja kan? ada apa dengan kalian ?"

"Jadi perkataan Rayyan memang benar" sontak kami menoleh bersamaan kearah pintu.

"Mas Yudi ?" ucap kami serempak. Mas Yudi adalah kakak pertama Mas Rayyan, entah kapan dia datang. Melihat reaksinya mungkin Mas Yudi mendengar percakapan diantara kami. Mbak Mira bangkit lalu menghampirinya.

"Rayyan menghubungiku tadi, lalu menyuruh Mas kesini. Mas tanya ada apa, dia hanya menjawab akan bercerai denganmu, Ayu. " Mas Yudi melihat ke arahku, " Kami tunggu penjelasan kamu di ruang tamu Ayu, secepatnya !"

"Baik Mas" jadi, Mas Rayyan sudah memberi tahu Mas Yudi tentang hal ini. Aku tidak menyangka sama sekali.

"Sebaiknya kamu mandi saja dulu, supaya pikiran mu sedikit tenang, Yu. Biar Mbak yang menemani Mas Yudi " ucap Mbak Mira membuyarkan lamunanku sambil berlalu pergi menyusul Mas Yudi.

Aku membenarkan ucapan Mbak Mira barusan, sebaiknya aku mandi terlebih dulu sebelum menemui mereka.

Gegas aku bangkit melangkahkan kakiku kearah kamar mandi. Membersihkan badan sekaligus mendinginkan berbagai macam pikiran yang membuat perasaanku kacau balau.

Setelah selesai dengan aktivitas dikamar mandi, gegas bersiap menemui Mbak Mira dan Mas Yudi yang sudah berada diruang tamu.

Entah apa yang dikatakan Mas Rayyan pada Mas Yudi ? Apakah sama dengan yang dikatakannya terhadap Mbak Mira ?

Menilai dari ucapan mereka sepertinya hanya mengatakan bahwa kami akan bercerai saja, tanpa mengatakan alasannya sama seperti yang dikatakan Mas Rayyan terhadapku.

Mas Rayyan, apa yang terjadi padamu ? Selingkuh kah, tak mungkin kamu melakukannya, lagi kan Mas ?

Luka yang baru mengering ini tak mungkin kamu gores kembali, kan ? Sakitnya masih terasa sampai saat ini, meski sudah berlalu hampir 8 tahun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!