Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Allard keluar dari dalam mobil dan berlari memasuki mansion. Allard melihat tiga orang pria yang berada di beranda samping mansion. Salah satu dari ketiga pria itu sedang memukuli tubuh Brianna menggunakan tongkat kayu serta menendangnya dengan membabi buta.
Allard tak kuasa menahan emosinya lagi. Ia menarik baju pria tersebut lalu memukulinya dengan cara tak kalah brutal. Kedua teman pria tersebut berniat akan membantu temannya yang sudah tak berdaya dengan cara menendang Allard dari samping. Tapi sayang, pria tersebut sama sekali tak sempat mendaratkan tendangannya di tubuh Allard. Allard sangat waspada dengan gerakan pria tadi dan dengan cepat ia bisa menghindar.
Allard menarik kaki pria tersebut hingga tubuhnya terjengkang dan kepala bagian belakangnya membentur lantai dengan sangat keras. Dengan kasar Allard meninju pria tersebut hingga dua gigi di bagian depannya patah dan mengeluarkan banyak darah. Pria tersebut tak mampu membalas pukulan Allard, ia kalah telak dan kini sudah tergeletak di lantai.
Sedangkan satu pria lagi hanya terdiam mengawasi Allard. Allard pun tak memberi ampun kepada ketiga pria tersebut. Ia kembali menghajar habis-habisan satu pria yang tersisa. Wajahnya babak belur dan sudah dipastikan giginya patah entah di bagian mana.
Brianna diam tak bergeming. Ia masih terbaring di lantainya yang dingin. Allard duduk berjongkok di sebelah tubuh Brianna. Ia melihat keadaan Brianna yang sangat menyedihkan. Tubuhnya penuh luka dan lebam, wajahnya tertutup darah yang keluar dari kening serta mulutnya. Begitupun dengan rambutnya, begitu lengket dan basah karena darah yang keluar cukup banyak dari keningnya.
Allard menggendong tubuh Brianna yang sepertinya sudah tak bereaksi apa-apa. Saat Allard keluar dari dalam mansion, datanglah beberapa anak buahnya.
"Oh my.. Apa yang terjadi Al?" Tanya Vector, pria yang berusia sekitar empat puluhan sekaligus ketua dari semua anak buah yang dimiliki oleh Allard.
"Akan ku ceritakan nanti, Paman. Sekarang urus ketiga pria itu, selidiki mereka dan selesaikan semuanya tanpa jejak dan jangan sampai terendus oleh polisi." Perintah Allard.
"Kau antar Allard ke rumah sakit." Perintah Vector kepada salah satu anak buahnya yang dijawab dengan anggukkan.
Allard kembali berjalan lalu masuk ke dalam mobil dengan posisi tubuh Brianna berada dalam pangkuannya dan kepalanya bersandar di dada bidang Allard. Mobil pun melaju dengan sangat cepat menuju rumah sakit. Allard mengusap bibir Brianna yang masih mengeluarkan darah.
"Sorry.." Ucap Allard dengan sangat lirih.
"Al.." Brianna memanggil Allard dengan sangat pelan. "Apakah aku akan mati? Aku tak merasakan apapun pada tubuhku." Tanya Brianna dengan suara setengah berbisik hingga Allard harus mendekatkan telinganya ke arah bibir Brianna agar bisa mendengar ucapannya.
"Kau akan terus hidup, Anna." Jawab Allard sembari mengambil kaos cadangannya yang menggantung di mobil.
Allard membersihkan darah yang masih keluar dari kening Brianna menggunakan kaos itu. Allard membersihkannya dengan perlahan meski tak sepenuhnya bersih. Tapi setidaknya kini Allard bisa melihat mata heterochromia milik Brianna yang sangat indah. Allard meletakkan kaos itu di kening Brianna yang terluka agar darahnya berhenti keluar.
"Bertahanlah, Anna. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit." Ucap Allard.
Tak sampai lima belas menit, mereka sudah sampai di rumah sakit. Allard menggendong tubuh Brianna dan membawanya ke dalam dengan sedikit berlari.
"TOLONG CEPAT TANGANI DIA. DIA TERLUKA CUKUP PARAH!" Teriak Allard saat ia sampai di dalam rumah sakit.
Beberapa perawat datang membawa ranjang rumah sakit dan Allard merebahkan tubuh Brianna di sana. Brianna pun langsung ditangani oleh dokter. Diperkirakan organ dalamnya mengalami cidera karena tadi Brianna mengeluarkan darah dari mulutnya.
Allard berdiri mondar-mandir menunggu hasil pemeriksaan dokter mengenai Brianna. Ia sangat menyesal dengan tindakannya yang membiarkan Brianna pulang ke mansionnya.
Saat Allard sedang merenung di ruang tunggu. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia melihat nama Paman Vector yang tertera di layar ponselnya.
"Ya, Paman." Ucap Allard.
"Mereka adalah kelompok kurir narkoba, Al. Secara tidak langsung mereka bekerja sama dengan para mafia itu. Jeffrey membawa kabur uang hasil transaksinya. Dan ketiga pria itu datang ke sana untuk mencari keberadaan Jeffrey." Kata Vector menjelaskan hasil penyelidikannya.
"Shit!" Umpatnya dengan pelan tapi penuh dengan amarah. "Ya terimakasih, Paman. Bawa mereka ke Moskow. Lenyapkan mereka bertiga di danau belakang mansion Kak Daniel yang penuh dengan buaya." Perintah Allard yang kini tak tanggung-tanggung.
Kejadian tadi sama sekali tidak terprediksi oleh Allard. Karena Allard mengira urusan Jeffrey dengan para mafia itu telah selesai. Tapi sepertinya urusan ini tidak bisa dianggap remeh karena Jeffrey selalu membuat ulah dan yang terkena imbasnya adalah Brianna, satu-satunya keluarga Jeffrey.
Untuk kedua kalinya, ponsel Allard kembali berdering. Dan kali ini, Belinda- sang mommy yang menghubunginya.
"Al, bagaimana keadaannya? Mommy sangat khawatir padanya sampai mommy tak bisa tidur karena memikirkan gadis itu." Tanya Belinda dengan nada paniknya.
"Mom tenanglah. Anna sedang ditangani oleh dokter. Tapi saat aku menemukannya tadi, kondisinya benar-benar sangat menyedihkan. Mom tak perlu khawatir, sekarang tidurlah." Jawab Allard.
"Baiklah, besok pagi mommy akan ke sana."
"Ya mommy.. Aku akan di sini menemaninya." Sahut Allard.
Lalu Belinda pun memutus panggilan di ponselnya dan Allard kembali duduk termenung di ruang tunggu rumah sakit dengan pakaian yang penuh darah Brianna. Akhirnya karena tak nyaman, Allard pun menelpon anak buahnya yang tadi mengantarnya ke rumah sakit, untuk membawakan baju Allard.
Tiga puluh menit berlalu, dokter yang menangani Brianna pun terlihat keluar dari ruangan. Allard yang melihatnya langsung beranjak dari kursi. Ia sama sekali belum mengganti pakaiannya. Paper bag yang berisi pakaiannya, sejak tadi hanya dibiarkan saja. Ia sama sekali tak ingin meninggalkan Brianna.
"Bagainana keadaannya Dokter?" Tanya Allard.
"Dia harus segera di operasi karena ada robekan di organ dalamnya." Jawab dokter tersebut.
"Oh my God.." Sahut Allard sembari memegang pelipisnya dengan sebelah tangan. "Baiklah, aku akan mengurus administrasinya sekarang." Lanjut Allard tanpa banyak bertanya lagi agar operasinya segera di lakukan.
Pengurusan administrasi telah selesai Allard lakukan. Brianna akan segera di operasi malam ini juga karena ini adalah kondisi gawat darurat. Allard masih menunggu dengan gusar di ruang tunggu di depan ruang operasi. Allard berharap agar operasinya berjalan dengan lancar tanpa ada kesalahan dan hambatan sedikitpun.
*
*
Akhirnya operasi Brianna berjalan dengan lancar. Kata dokter kondisinya saat ini sangat stabil. Hanya saja Brianna belum sadar karena efek dari obat bius. Brianna pun sudah di pindahkan ke ruang perawatan VVIP. Hal itu membuat Allard sedikit tenang meskipun masih ada sedikit kegusaran di hatinya karena dirinya belum melihat Brianna membuka mata.
Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Allard pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi yang tersedia di ruangan tersebut. Lalu setelah itu ia akan kembali menemani Brianna.
Allard benar-benar tidak beranjak dari samping tubuh Brianna. Setelah ia tadi berganti pakaian, ia langsung terduduk di kursi yang ada di samping ranjang Brianna. Allard pun tertidur dengan posisi duduk dan kepala yang ia taruh di ranjang di samping tubuh Brianna. Ia terlelap meski sebenarnya telinga dan tubuhnya masih awas jika mendengar ada sesuatu atau ada sebuah pergerakan.
Pagi harinya, Allard terbangun karena ia mendengar pintu ruangan tersebut di buka.
CEKLEK
"Al.." Panggil Belinda dari ambang pintu.
"Mom.." Sapa Allard sembari menoleh ke belakang.
Belinda berjalan mendekat lalu terkejut saat melihat Brianna yang sudah sadar.
"Oh my God. Sayang sejak kapan kau sadar?" Tanya Belinda.
Allard yang mendengar hal itu pun mengerutkan keningnya dan langsung menoleh ke arah Brianna.
"Mungkin satu jam yang lalu, Aunty." Jawab Brianna dengan suara yang masih agak lemah.
"Anna, Thanks God.." Ucap Allard. "Mengapa kau tak membangunkanku?"
"Aku tahu kau semalaman menjagaku, Al. Kau pasti kelelahan. Maafkan aku merepotkanmu." Jawab Brianna.
"Sayang, kau tak perlu meminta maaf. Ooooh betapa aku sangat khawatir padamu sampai membuatku tak bisa tidur semalaman." Sahut Belinda yang kini sedang mengelus pipi Brianna yang sedikit pucat.
"Apakah ada yang terasa sakit?" Tanya Allard.
"Hmm.. Kepalaku sedikit pusing, seluruh tubuhku juga terasa sangat sakit." Jawab Brianna.
"Jangan dulu banyak bergerak. Kau baru saja di operasi." Ucap Allard.
Saat mereka bercengkrama, pintu ruangan tersebut kembali dibuka.
CEKLEK
Seorang dokter dan perawat datang berkunjung untuk mengecek kondisi Brianna. Ada satu perawat lain yang juga datang mengantarkan sarapan untuk Brianna.
TBC..