NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Galang harus disembuhkan. Kalau dia tidak sembuh, trauma yang dimiliki oleh putra bungsu mu akan terus menghantui nya. Ingat Naraya juga, dia memiliki Trauma karena Galang yang selalu menyakiti dirinya. Kita harus menyembuhkan mereka..."

Angga menghela napas nya kasar saat mengingat ucapan dokter yang menangani Galang dan juga Naraya. Karena kejadian Galang yang dulu pernah menyakiti dirinya didepan Naraya, Naraya jadi memiliki trauma terhadap darah. Apalagi jika Galang terluka, Naraya akan mengalami ketakutan dan berakhir menyalahkan dirinya sendiri.

"Ada apa Papa memanggil ku?" Angga tergugah dari lamunan nya saat Galang sudah duduk di sofa ruangan nya. Angga bangkit dari kursi nya dan ikut duduk di sofa.

"Aku ingin menjemput Raya di sekolah. Dia belum sepenuhnya sembuh tapi memaksa untuk pergi ke sekolah. Anak itu benar-benar..." Galang mendesis dengan kebebalan adiknya itu, yang tadi pagi memaksa untuk pergi ke sekolah.

"Dia pasti kesal jika harus terus berada dirumah Galang. Naraya sudah keluar dari rumah sakit sekitar seminggu. Dan selama seminggu kau selalu melarang nya keluar rumah, pantas dia ingin cepat cepat ke sekolah. Jangan terlalu berlebihan padanya Galang." Angga mencoba menasihati putranya itu agar tidak terlalu protektif terhadap Naraya.

"Tapi aku melakukan nya juga demi kebaikan dia Papa." protes Galang karena sang ayah yang membela adiknya.

Angga akhirnya menyerah melihat tatapan tajam Galang. "Haaah baiklah Papa mengerti. Oh ya Galang, nanti malam akan ada pertemuan dengan teman bisnis Papa. Kau ikut yah." Angga tersenyum sambil membujuk putranya itu. Dia akan mempertemukan Galang dengan seorang gadis dari teman bisnis nya.

"Kenapa harus? Aku lebih baik dirumah menemani Raya." jawab Galang acuh.

"Hanya pertemuan biasa Galang. Ikut saja sebentar yah." bujuk sang ayah lagi.

"Aku mengerti. Tapi jangan terlalu lama Papa. Aku tidak mau lama-lama meninggalkan Naraya sendiri dirumah. Takutnya dia kembali nakal." Lagi-lagi Naraya, memangnya siapa lagi yang lebih penting dibandingkan adik cantiknya itu?

"Raya sudah besar, pantas jika dia seperti itu Galang..."

Galang menggeleng tidak setuju. "Bagiku dia tetap seorang adik kecil yang harus dijaga. Papa, aku pergi dulu menjemput Naraya, takutnya dia malah keluyuran tidak jelas dengan teman-teman nya."

Angga hanya mengangguk dan mengijinkan Galang untuk menjemput Naraya. Seperti biasa, kemauan Galang itu mutlak dan sulit untuk dirubah.

.

.

"Jadi, kakak mu melarang keluar rumah selama seminggu ini?" Tanya Davin kaget setelah mendengar cerita Naraya.

Naraya mengangguk lucu sambil memakan eskrim nya. Saat ini dia sedang melihat teman-temannya yang sedang bermain basket, ditemani oleh Pak Davin yang semakin hari semakin akrab dengan nya.

"Eoh. Aku benar-benar serasa mau mati karena kesal Pak.." keluh Naraya sambil mempoutkan mulut nya. Selama ini dia tidak punya tempat untuk mengeluhkan kekesalan nya. Jika pada Davin dia serasa bercerita pada seorang kakak, berbeda dengan dia bercerita pada kedua temannya. Karena kedua temannya juga takut dengan Galang.

"Hey bicara nya. Jangan sembarangan!" seru Davin main-main.

Naraya merengut. "Habisnya, kakak ku itu benar-benar over! Dia selalu berlebihan dengan apapun yang berhubungan dengan ku! Kak Davin mengerti tidak?"

Davin mengangguk mengerti, dia pernah sekali bertemu Galang saat memberikan surat izin Naraya. Dan yah Galang memang nampak begitu kaku. Dan sepertinya sangat keras.

"Kalau olahraga? Kakak mu juga melarang nya?" Tanya Davin lagi, dia benar-benar merasa tertarik dengan kehidupan Naraya.

Naraya mengangguk sambil melihat kedua teman nya yang sedang bermain basket dengan kesal. " Hm. Dulu bahkan hobiku itu main bola, aku memang agak tomboy, tapi kakak ku langsung memanggil seorang guru les piano. Dan menyuruh ku untuk mengganti hobi ku, bisa bayangkan? Seseorang yang aktif seperti ku harus duduk didepan piano. Membosankan!" Naraya dibuat kesal dengan kenyataan tersebut. Apalagi kenyataan dia tidak pernah bisa menolak perintah Kak Galang.

"Sampai segitunya?" Tanya Davin kaget. Kalau seperti ini, bukannya terlalu berlebihan?

"Kak Davin, kakak ku itu, dia akan membatasi kegiatan apapun yang akan membuat ku lelah. Dia berpikir aku ini lemah, dan harus selalu dijaga." Naraya merengut sambil menggembungkan pipinya membuat Davin tertawa geli.

"Ya ampun... Jadi seberlebihan itu kakak mu? Pantas anak ini sering cemberut dan memasang wajah lesu! Haha.." Davin tertawa puas sambil mencubiti kedua pipi bulat Naraya yang seperti bakpau.

"Kak Davin! Aku sedang bercerita sedih! Kenapa malah tertawa! " Naraya memandang kesal gurunya itu.

"Habisnya, kau itu lucu sekali! Coba! Gembungkan lagi pipi bulat mu hahahah." Davin tertawa puas melihat mata bulat itu kini melotot galak, yang justru malah membuat gadis itu terlihat imut.

"Kak Davin~" Naraya merengek kesal karena Davin yang terus mencubiti pipi bulatnya. Padahal Naraya sedang serius curhat dengan guru nya itu.

"Naraya!"

Naraya menghentikan tawa lepas nya saat mendengar suara Kak Galang yang memanggilnya. "Oh Kak Galang?"

Naraya mengernyit melihat Kak Galang yang berada di sekolah nya.

Wajah Galang nampak keruh melihat Naraya yang lebih dekat dengan orang lain dibandingkan dengan dirinya.

"Kau tidak ada di parkiran jadi kakak menyusul mu kemari, kau sedang tidak mencoba untuk berolahraga setelah kemarin sakit kan?"

Naraya menunduk. Tidak mau melihat tatapan gelap Kak Galang yang agak menakutkan.

Abim dan Revan yang sedang bermain langsung berhenti dan melihat Galang takut. Takutnya kejadian seperti kemarin terjadi lagi, kasian Naraya.

Galang memandang tajam seseorang pria dewasa yang nampak akrab pada Naraya. Dia juga melihat bagaimana interaksi keduanya tadi, Naraya nampak bercanda dengan bebas dan merengek layak nya seorang adik pada kakak nya. Galang jelas tidak suka! Naraya itu adiknya! Tidak boleh ada yang menyamai kedudukannya sebagai seorang kakak bagi Naraya. Karena hanya Galang lah, sosok kakak bagi  Naraya. Tidak boleh ada yang lain!

Galang menjauhkan Davin dan langsung merangkul Naraya. Davin sendiri nampak tidak terkejut dengan perlakuan Galang setelah mendengar cerita Naraya.

"Kita pulang!" ucap Galang sambil sedikit menyeret adiknya yang masih belum mau pulang.

.

.

Ada yang baca kah?

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!