Perebutan Kekuasaan yang menyebabkan seorang gadis bernama Mutia,yang pada akhirnya membuatnya pergi dari rumah, dan memulai hidup baru sebagai agen rahasia , dan melakukan pemberontakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiwik Mayasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa
Daeng menatap tita yang akan kabur dari gudang, tapi ia tidak tega saat mendengar perut tita berbunyi.
" ayah ... Kamu telfon " kata daeng memberikan ponsel tita, dan dengan cepat tita menjawab panggilan dari Iskandar namun sepertinya daeng sudah siap menggorok leher tita, bila tita salah bicara sedikit saja.
" Kamu ... Dimana ? Kata staf di kantor kakek kamu, hari ini daeng tidak ditemukan di luar kota ?" nada suara iskandar terdengar bergetar.
" tapi daeng berusaha mengabari, kalau kalian tersesat di sebuah pedesaan " sambung Iskandar.
Tita mencoba untuk tenang dan berniat mengucapkan kode rahasia pada Iskandar, akan tetapi daeng tersenyum dan segera merebut ponsel tita.
" saya ... Bukan orang bodoh ... Jadi jangan berusaha untuk membodohi saya, kamu pikir saya tidak tahu kode rahasia itu " daeng membuat tita geram, tita sengaja semakin menekankan lehernya pada pisau yang diarahkan daeng di lehernya.
" kalau ... Anda berani ... Silahkan ... Lukai saya ..." teriak tita membuat daeng semakin emosi.
Akan tetapi tiba-tiba saja saat mereka bertengkar, daeng mendapati ibunya sedang pingsan.
Daeng segera berlari kembali kerumah gubuknya, diikuti dengan tita yang berlari dibelakang daeng.
***
Baru kali ini tita melihat sosok pria dewasa sekuat daeng menangis sembari merawat ibu kandungnya yang sedang sakit.
" biarkan ... Saya membantu anda ..." kata tita seraya mencoba mengambil kain untuk mengompres kepala ibu kandung daeng.
" bukankah ... Kamu ingin membela kakek kamu, dan mengatakan saya jahat " maki daeng.
" apa tidak sebaiknya ... anda membawa ibu anda ke rumah sakit ... Untuk mendapatkan pengobatan yang lebih layak" sambung tita.
" sebenarnya ... Ada yang bisa membuat ibu saya sembuh " kata daeng.
" apa ? " tita mencoba menatap daeng.
" menghancurkan keluarga kamu, dan membawa kepala kakek kamu kehadapan ibu saya, sebagai wujud balas dendam atas tewasnya ayah saya " jawab daeng penuh kebencian.
" Paman ... Daeng ... Tolong ... jangan lakukan itu " tita memanggil daeng dengan panggilan yang benar.
" paman ? Saya bukan paman kamu ...!" daeng membuang wajahnya.
Tak lama kemudian ibu daeng siuman, dan ia melirik kearah tita.
" Ibu ingin bicara dengan nak tita ... Apa boleh ?" wanita paruh baya itu meminta daeng untuk meninggalkannya bersama tita.
" daeng ... " ibunya meyakinkan daeng untuk meninggalkan ibunya bersama tita.
***
Tita membantu wanita asing itu minum obat dan bersandar di dinding, tita menangis dan memohon maaf atas apa yang dilakukan kakeknya, tita mulai mengatakan bahwa tita akan siap melakukan apapun, agar keluarga daeng memaafkan kakeknya.
" menikahlah ... Dengan anak saya ..." wanita itu mengatakan sebuah permintaan yang membuat tita terkejut.
" tidak ... ! Daeng menolak sambil berdiri disamping tita yang sedang duduk bersimpuh dilantai.
" Daeng ... Tidak setuju ... Dan daeng juga sudah bertunangan ... !" daeng menolak permintaan ibunya.
" Daeng ... Awalnya ,ibu ingin kamu balas dendam ... Tapi jika dipikir lagi ... Ibu sudah tua dan sakit-sakitan, ibu rasa ... Ibu bisa pergi ke kota, jika kamu menikahi cucu dari ayah angkat kamu ... Ibu merasa , kamu juga tidak perlu diam-diam menyembunyikan ibu disini" Isak ibu daeng.
Daeng membuka kemejanya dan menunjukkan sebuah tanda bulan dan bintang, ia menjelaskan pada ibunya, bahwa ayah kandungnya sudah memasang sebuah perangkat kasar mata pada tubuhnya, sehingga ia akan kesakitan saat menyentuh tita.
***
Malam itu tita tidak tidur , karena menjaga ibu kandung daeng, dan ia juga berfikir keras untuk mendapatkan cara agar ia bisa mencegah niat daeng untuk membantai keluarganya.
Tita segera menerobos masuk kekamar daeng, dan malam itu saat daeng menelfon Aira , tita segera memeluk daeng.
Ia mencoba melawan rasa malunya, entah daeng akan menolak atau akan menerimanya, ia sudah siap.
Tita perlahan membuka kancing kemeja daeng, dan tita juga membuka beberapa kancing bajunya.
" Daeng ada apa ?" Aira memastikan tunangannya masih berada ditempat.
" tidak ... Papa , saya akan hubungi kamu ... Setelah ini " jawab daeng kemudian mengakhiri percakapannya dengan Aira.
Ia melempar tita ke ranjang kecil yang ada dikamarnya.
" apa yang mau kamu lakukan ..." daeng menatap tita dengan buas.
" anda ... bisa melakukan apapun pada saya, bahkan ... Jika anda mau ... Saya siap ...untuk menjadi ..." tita terlihat ragu-ragu.
" menjadi apa ...? Katakan dengan jelas " daeng membuat tita gugup.
Tita menutup kedua matanya dan ia melingkarkan tangannya di leher paman angkatnya.
" apa ... Kamu yakin ? Bisik daeng ,membuat dada tita berdetak begitu kencang.
Tita menganggukkan kepalanya dengan mata terpejam.
" buka mata kamu !!!" bentak daeng membuat tita semakin ketakutan.
Tita mencoba membuka kedua matanya, dan menatap kearah daeng yang sedang menatapnya.
" apa kamu yakin ... Saya akan tertarik pada kamu ...?" bisik daeng lagi.
" Dan ... Apa benar ... Jika kamu memberikan tubuh kamu, saya akan luluh " sambung daeng.
" saya ... a ..." tita ketakutan.
" apa ...,katakan dengan jelas" bentak daeng membuat tita terkejut.
" saya ... Akan melakukan apa yang paman minta, saya akan melakukan apa yang paman suru, saya akan menukar hidup saya ... Untuk keselamatan keluarga saya ... " Isak tita membuat daeng tersenyum.
" baiklah ... Jika kamu yakin , dengan keputusan kamu ... Lakukan apa yang saya minta " kata daeng kemudian membuka kemejanya, hingga membuat tita melihat dadanya yang bidang dan otot perutnya yang sangat indah.
Di Punggungnya terdapat dua tanda bulan dan bintang yang masa dengan miliknya.
" bantu saya mandi " kata daeng kemudian menarik tita untuk pergi kekamar mandi yang berada diluar rumah kecil itu.
Sesampainya di kamar mandi yang sederhana itu, tita mencoba untuk menggosok punggung daeng dengan tangannya, dan anehnya tiba-tiba saja kepala daeng seperti terkena setrum.
" jadi ... Apa kamu yakin, kalau tubuh kamu bisa ditukar dengan pengampunan saya ... Apa saya bisa benar-benar menyentuh kamu ... Sedangkan kakek kamu ... Begitu licik" maki daeng lalu memukul dinding kamar mandi itu, hingga tangannya berdarah.
" saya ... Akan mencari cara untuk melepaskan segel ini ... Saya akan membalikan kesakitan yang paman rasakan kepada saya ..." teriak tita.
Karena geram , dan tak bisa lagi mengendalikan emosi.
Daeng mendorong tita Kedinding kamar mandi, dan mulai menciumi wajah tita, meski ia semakin merasakan kepalanya sangat sakit, ia mengunci kedua tangan tita hanya dengan sebelah tangannya yang kekar.
Tita tak bisa berbuat apapun, ia tidak bisa menghindar, ia juga tidak bisa menerima perlakuan kasar daeng.
Ia hanya bisa menangis , dalam hati.
***
Keesokan harinya, daeng sudah menyiapkan sebuah Baju adat pernikahan untuk tita, lengkap dengan kepala sukunya yang akan menikahkan tita dan daeng.
" jadi ini pengantin wanitanya ...?" sosok pria yang sudah membawa beberapa surat-surat penting menyapa tita yang baru saja bangun tidur.
" pengantin wanita ?" tita terkejut
" tita ... Daeng setuju untuk menikah dengan kamu" jawab ibu daeng mendahului daeng.
Tita sebenarnya ingin menolak, akan tetapi sepertinya ini adalah satu-satunya jalan , agar ia segera kembali kepada keluarganya.
Setelah mengucap sumpah pernikahan, dan janji untuk bersama, daeng diminta untuk melukai lengannya untuk diambil sedikit darahnya dan di usapkan di dahi tita.
" Kalian sudah resmi menikah secara adat, namun kalian harus tetap mendaftarkan pernikahan kalian kepada pemerintah kota , agar mendapat pengakuan dari pulau dan sah di mata negara " kata kepala desa itu kemudian memberikan ucapan selamat pada daeng dan tita.
***
Daeng dan tita mendadak saling diam, setelah melangsungkan pernikahan itu.
Daeng juga memutuskan untuk membawa ibunya kembali ke kota, daeng juga segera meminta anak buahnya mencarikan tempat tinggal untuk ibunya, yang dekat dengan kantornya.
" Tita ... Sebagai seorang istri, kamu harus bisa melayani suami kamu dengan baik, meski kalian belum resmi di mata negara, namun kalian sudah sah di mata Tuhan " kata ibu kandung daeng sambil menggenggam tangan tita.
Entah mengapa ibu daeng begitu menyukai tita, dan meminta daeng untuk menikahi tita.