Ling Zhi seorang Ratu kerajaan besar, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang terbaring di sebuah ruangan bersalin. Dirinya berpindah ke masa depan, sebagai seorang ibu dan istri yang tidak diinginkan bernama Shera.
"Aku tidak pernah menunduk pada siapapun!"
Ikuti perjalanan nya menjadi seorang Ibu dan wanita hebat di masa depan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak vs Adik ipar
Joseph menghubungi putranya, tapi wajah pria itu memperlihatkan bahwa tidak ada jawaban dari Abra. "Bagaimana?" Tanya Viola yang khawatir dengan putranya.
"Tidak aktif. Kemana dia?"
"Kemana Abra?" Viola jadi cemas melihat putranya tidak bisa dihubungi seperti ini.
"Tidak apa, aku cari dulu ke dalam. Kalian masuklah dulu ke mobil." Tutur Joseph membuat para wanita itu setuju.
Joseph yang kembali menuju ke gedung kembali berpapasan dengan Shelina. "Paman kemana?" Tanya Shelina.
"Itu, Abra tidak ada di mobil. Ponselnya juga tidak aktif, entah kemana dia." Jelas Joseph.
"Baiklah, semoga dia di dalam." Ucap Shelina.
"Ya, kau pergilah ke mobil dan tunggu disana." Shelina mengangguk setuju.
***********
Mobil itu akhirnya melaju, dan hanya dipenuhi oleh 3 wanita dan satu pria dengan seorang bayi mungil. Ya, Joseph tidak menemukan dimana keberadaan putranya, membuat hari juga semakin malam. Ditambah, mengingat Leo yang masih begitu kecil. Hingga mereka akhirnya memutuskan untuk pulang, berharap Abra sudah di sana.
Petugas membuka pagar, ketika melihat tuanya sudah kembali. "Tuan Abra sudah tiba duluan tuan besar." Lapor petugas keamanan membuat Viola dan Joseph menjadi tenang.
"Sungguh?" Tanya Viola memastikan.
"Iya Nyonya, sekitar lima belas menit lalu."
"Baiklah, terimakasih."
"Iya tuan." Joseph memasukkan mobil menuju halaman rumah.
Dengan segera pintu dibuka, dan benar saja terlihat Abra sudah duduk manis di sofa.
"Ma, pa aku......" Abraham tidak bisa melanjutkan kata-katanya ketika melihat sosok wanita yang berada di balik tubuh Shera.
'Shelina?'
"Apa kabar adik ipar?" Sapa Shelina dengan senyuman penuh arti.
"Shelina akan tinggal disini beberapa hari. Dia baru saja datang dan ingin bertemu dengan Shera." Jelas Joseph.
"Ya, tentu saja. Kamar begitu banyak kan."
"Kau darimana? Kenapa pulang duluan? Ponselmu juga tidak aktif Abra. Apa kau tidak tau, Mama mu jadikan khawatir."
"Maaf pa, ponsel ku lowbat. Aku pulang duluan karena aku melihat Shera tidak ada. Aku pikir dia akan pulang bersama kalian, aku juga sudah lelah, jadi aku naik taksi saja." Jelas Abra membuat Joseph menatap lekat putranya itu.
"Aku akan ke kamar dulu, ma,pa." Ucap Shera yang tidak ingin terlibat dengan pembicaraan itu.
"Ya, kau dan Leo pasti lelah. Dan Shelina, pelayan akan menunjukkan kamar mu."
"Baik paman. Sampai jumpa besok keponakan bibi."
"Sampai jumpa lagi bibi." Ucap Shera dan menaiki tangga menuju kamar nya.
Joseph melanjutkan pembicaraannya ketika adik kakak itu telah pergi. "Kau tidak bohong kan Abra?"
"Apa maksud Papa? Aku bicara sungguhan." Balas Abra dengan meyakinkan.
"Sudahlah suamiku. Ini juga sudah malam, kita sudah lelah kan. Kita lanjutkan besok saja." Ucap Viola yang menengahinya.
"Baiklah, kau tidurlah. Bukankah kau lelah?" Sindiran itu membuat Abra mengerti.
"Iya pa, aku menunggu kalian. Aku akan tidur, selamat malam ma, pa."
Dentingan jam menunjukkan pukul 2 dini hari, Shelina tampak bangun dan tidak menemukan air di kamar nya. "Sepertinya mereka lupa, aku ke dapur saja." Wanita itu langsung menuju dapur, tidak ada siapapun di sana. Selain lampu temaram yang menemaninya. Hingga matanya melihat seseorang di sudut tembok.
"Abra?" Ucapnya sambil berjalan lebih dekat.
Tampak pria itu tengah menelpon seseorang. "Ya, untung saja tidak ada yang bertanya lebih lagi. Aku juga tidak sabar untuk besok. Jangan lupa, aku ini sudah bebas sekarang. Aku mencintaimu."
Abra hampir saja menjatuhkan ponselnya ketika melihat kehadiran Shelina di hadapannya. "Wah, adik ipar. Kau tidak berubah tampaknya."
"Aku tau kau sudah mendengar ucapan ku dengan baik. Dengar Shelina, adikmu itu bukan lagi istriku."
"Kau kaget? Sedih? Terserah, tapi yang jelas, adik manja mu itu tidak lagi terikat dengan ku. Jadi minta padanya untuk menganggu ku lagi."
Shelina justru tersenyum dan berdiri melipat kedua tangannya. "Oh ya? Itu sangat bagus! Akhirnya adikku mengerti bahwa memberikan warna pada orang yang buta warna tidak akan pernah bisa, selama nya."
"Kau bangga adik mu menjadi janda dan singel mother?"
"Tentu! Aku lebih bahagia dengan gelar itu, daripada adikku menjadi istri dari pria seperti mu."
"Kau bisa berkata dengan percaya diri, tapi nyatanya adikmu pasti begitu sedih karena kehilangan ku." Shelina tertawa terbahak-bahak mendengar nya.
"Kau besar kepala. Kau tau, jangankan sedih. Adikku tidak pernah memikirkan mu. Apa kau lihat air mata atau permohonan darinya? Aku akui, dulu adikku tidak bisa hidup tanpamu. Tapi sekarang, aku senang dia sudah menyadari nya. Kau jangan khawatir, besok aku akan membawa adikku dan dia tidak akan kembali lagi menemui mu! Aku pastikan itu! Dan ya, selamat kembali dengan kekasih mu itu, Abraham."
"Dia akan menolak nya, ada putraku bersama nya."
"Sungguh? Aku melihat kau tidak menganggap keponakan ku seperti itu. Adikku menjadi ibu yang luar biasa sekarang, dan keponakan ku tidak membutuhkan ayah tidak berguna seperti mu."
"Kau!"
"Jangan mengangkat tangan padaku Abraham. Kau tau benar aku."
"Baik, kita lihat. Sampai mana adikmu bisa bertahan tanpaku dan keluarga ku!"
"Adikku akan berdiri sendiri dengan kedua kakinya." Balas Shelina dengan penuh keyakinan.
Sedangkan di kamar lain, dibalik lampu temaram itu. Seseorang masih terlihat bangun, ditengah tidur pulas nya sang anak.
Shera tampak memikirkan dengan baik apa keputusan yang akan ia ambil mengenai penawaran dari kakaknya.
"Sayang, ibu sudah memutuskan. Kita akan pergi, pergi meninggalkan negara ini. Ibu akan memulai usaha sendiri dari nol. Dan untuk resort itu, untukmu di masa depan. Ibu tidak menampik kau mendapatkan bagian dari garis keturunan Jonatan. Tapi ibu ingin dirimu memiliki usaha yang lain, tanpa hadiah dari kakek mu."
Shera bangkit dari ranjang dan menatap jendela yang memperlihatkan langit yang gelap. "Lagipula aku rasa, Abra berbohong. Bisa saja itu adalah awal Leo memiliki saudara lain nantinya. Aku tidak ingin putraku mengharapkan warisan dari sini. Aku akan membentuk putraku dengan caraku sendiri."
"Besok, adalah hari terakhir kita disini sayang. Ibu akan bicara pada kakek mu, seperti yang telah disepakati."
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
ternyata tuan josept tau abra pergi dg kekasihnya