Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 17: Orang Milik Raja
Dekret pengangkatan selir dan calon ratu sudah diterima sejak beberapa hari yang lalu dan para wanita itu juga sudah resmi memasuki istana.
Tapi, setelah itu, Raja tidak pernah mendatangi mereka untuk melakukan ritual pengikatan yang mewakili pernikahan.
Berdasarkan adat Kerajaan Donghao, selir dan tuannya, termasuk Raja, akan meminum anggur yang menyimbolkan pernikahan.
Itu membuat Su Min dan Fei Jia frustasi. Mereka mendapatkan posisi resmi sebagai istri-istri Raja Donghao, meski tidak menjadi ratu tetapi itu sudah cukup untuk memenuhi harapan wilayah mereka. Namun, hati mereka jadi gelisah karena Raja Nangong tak kunjung datang mengunjungi mereka.
Bahkan Shen Lihua, calon ratu yang sudah ditetapkan juga tidak mendapat kunjungan. Rumor bahwa Raja Nangong sulit bergaul dengan wanita mungkin benar adanya.
Jika terus begitu, jangankan keturunan, kasih sayang pun akan sulit didapatkan.
Jadi, Fei Jia dan Su Min berinisiatif menemui Nangong Zirui sendiri. Keduanya pergi ke Istana Qihua sambil membawa kotak makanan, berharap Raja Nangong mau menerima kunjungan mereka dan mengetahui niat baik mereka.
Saat sampai, keduanya terpesona oleh kemegahan Istana Qihua yang seperti berlian, berdiri kokoh di antara komplek istana yang luas dan besar.
Saat itu, tengah hari sudah lewat dan petang mulai membayang. Nangong Zirui baru selesai memeriksa dokumen yang tidak sempat diperiksa di pengadilan tadi pagi.
Di aulanya, ia berdiri menghadap jendela, ke arah kolam favoritnya. Begitu suara Su Min dan Fei Jia terdengar, ia menoleh sedikit, tapi tidak berniat menyambut mereka.
“Su Min dan Fei Jia datang memberi salam kepada Yang Mulia,” ucap kedua wanita itu.
“Apa yang membuat Selir Su dan Selir Fei datang kemari?” Nangong Zirui balik bertanya pada mereka.
“Kami datang karena kami sangat merindukan Yang Mulia. Yang Mulia tidak datang mengunjungi kami, tentu saja hati kami tidak tenang,” ucap Su Min.
“Tidak tenang karena takut aku tidak mengunjungi kalian atau karena takut Tuan Besar Beichuan dan Nanchuan mempertanyakan kemampuan kalian?”
Seketika, Fei Jia dan Su Min langsung berlutut. Mereka sama sekali tidak menyangka Nangong Zirui akan berpikir ke arah sana.
Pria itu dapat menebak niat mereka dengan benar, tetapi tidak mungkin Fei Jia dan Su Min mengungkapkannya secara langsung. Selain karena suka, mereka juga mengharapkan hal lain dari Nangong Zirui.
“Yang Mulia, sungguh bukan begitu. Harap Yang Mulia menyelidiki kebenarannya,” ucap Fei Jia dengan suara bergetar.
Nangong Zirui masih tidak berminat membalikkan tubuhnya. Tangannya terjalin ke belakang jubah kerajaannya, masih menatap kolam favoritnya yang sudah tak lagi menjadi lautan es.
Dua selirnya jelas datang dengan misi dan jika saja dia tidak mempertimbangkan hubungan Empat Wilayah Prefektur, Nangong Zirui tidak akan mengubah peraturan dari seleksi pemilihan ratu.
“Kudengar kalian menghalangi Pemangku Pedang di Istana Belakang, apakah itu benar?”
Fei Jia dan Su Min berwajah cantik dan berpenampilan menawan, tapi mereka tidak pandai menilai situasi dan sedikit bodoh dalam menilai.
Keduanya langsung sepakat untuk menggunakan kesempatan ini sebagai ajang balas dendam dengan mengadukan perbuatan Li Fengran pada mereka sehari yang lalu.
“Yang Mulia, bukan kami yang menghalanginya. Dia sendiri yang mempersulit kami. Yang Mulia, lihat, dia bahkan memukul wajah kami. Memarnya masih belum hilang sampai sekarang,” Su Min segera angkat suara.
Sampai saat itu, Nangong Zirui masih tidak berniat membalikkan tubuh. Ia dapat membayangkan ekspresi kedua selirnya yang pura-pura menyedihkan.
Nangong Zirui tidak bodoh. Mata dan telinganya ada di mana-mana, dia punya banyak bawahan yang mengawasi semua orang di istana ini. Jika kedua selirnya berpikir ia akan mengasihaninya, maka itu hanya mimpi saja.
“Oh? Bagaimana caranya dia mempersulit kalian?”
“Nona Li memukul kami dan menampar wajah kami. Yang Mulia, meskipun dia Pemangku Pedang, kami juga istri-istrimu. Kamu harus memberi keadilan kepada kami!” tegas Fei Jia.
“Yang Mulia, jika kamu tidak memberi keadilan kepada kami, bagaimana cara kami menjelaskan pada orang-orang? Bukankah itu akan mempermalukan wajahmu bahwa Pemangku Pedang Raja ternyata orang yang kasar dan kejam?”
“Diam!”
Nada suara itu terdengar sangat dingin dan arogan. Su Min dan Fei Jia awalnya tidak sadar, namun setelah ini, mereka akhirnya tahu apa yang telah mereka lakukan.
Raja Nangong sama sekali tidak berminat meladeni sandiwara mereka, karena sejak tadi yang ia tanyakan hanyalah Li Fengran. Mati, mereka sudah masuk dalam jebakan sendiri!
“Besar sekali keberanian kalian! Hari ini, kalian memaksaku, apakah besok kalian akan memaksa Ibu Suri dan seluruh istana ini?”
“Kami tidak berani! Yang Mulia, mohon ampuni kami!”
Nangong Zirui baru membalikkan tubuhnya. Dia berjongkok di depan Su Min dan Fei Jia, mengangkat dagu mereka dan membuat mereka menengadah.
Tatapan buas Nangong Zirui seperti serpihan es di musim dingin, dalam dan sangat dingin. Fei Jia dan Su Min menjadi takut.
“Minta tabib kerajaan menyembuhkan wajah kalian dan kembali ke istana kalian!”
“Te-Terima kasih Yang Mulia.”
Su Min dan Fei Jia segera bangkit setelah Nangong Zirui melepaskan mereka. Amarah Nangong Zirui sangat menakutkan.
Su Min dan Fei Jia salah perhitungan, mereka tidak memprediksi jika Raja Nangong akan memihak Pemangku Pedangnya dibandingkan istri-istrinya sendiri.
“Dia adalah orangku. Bagaimana mengaturnya, hanya aku yang berhak memutuskannya!” tegas Nangong Zirui sebelum para selirnya pergi. Su Min dan Fei Jia segera menyahut, “Kami mengerti, Yang Mulia.”
Setelah itu, Nangong Zirui menghela napas. Pemangku Pedangnya sungguh pandai menyiapkan pekerjaan untuknya.
Jika Nangong Zirui tidak mengurus masalahnya dengan baik, para pejabat itu akan mengkritiknya lagi di pengadilan. Tetapi, Nangong Zirui juga tidak ingin menghukum Li Fengran karena apa yang dilakukan wanita itu hanyalah sebuah pembelaan untuk dirinya sendiri.
Kepalanya berdenyut. Urusan Empat Wilayah yang sekarang saling bertentangan semakin menumpuk. Tidak cukup dengan mengangkat utusan mereka menjadi anggota harem, mereka menuntut lebih.
Nanchuan, Beichuan, dan Zichuan sekarang berusaha memperbesar pengaruh dan mengintervensi istana. Jika Nangong Zirui tidak segera mengatasinya, urusan negara bisa kacau.
Dari Empat Wilayah, hanya Dongchuan yang tidak mementingkan pengaruh. Tuan Besar Dongchuan, Li Yan hanya mementingkan kesejahteraan wilayahnya saja.
Pengaruh dan kekuasaan tidak membuatnya menjadi gelap mata dan menyerang istana. Itu pula yang membuat Nangong Zirui akhirnya memutuskan menjadikan Li Fengran sebagai Pemangku Pedang.
“Yang Mulia, Ratu mengirim pesan bahwa Pemangku Pedang berada di istananya dan memohon pada Yang Mulia agar mengizinkannya menemaninya selama beberapa hari,” ucap Wang Bi.
“Wanita kurang ajar itu! Aku tidak mengizinkannya pergi ke Istana Belakang, tapi dia malah memaksa. Keras kepala!” gerutu Nangong Zirui. Entah mengapa dia tidak suka Li Fengran pergi ke Istana Belakang.
“Jadi, Yang Mulia tidak mengizinkannya?”
“Menurutmu wanita itu akan menurut? Izinkan saja!”
Melihat emosi rajanya terganggu akibat seorang wanita bernama Li Fengran, Wang Bi diam-diam tersenyum. Tampaknya rajanya akan segera mengalami musim semi yang baru.
Wang Bi menuangkan secangkir teh, menyodorkannya kepada Nangong Zirui untuk menenangkan emosinya.
Nangong Zirui meminum teh tersebut, lalu menghela napas. Dia mengambil salah satu dokumen kenegaraan yang berisi berita bencana banjir musim dingin yang disebabkan sungai yang mencair dari Beichuan.
Masalah banjir ini menyebabkan banyak penduduk kehilangan rumah dan membangun tenda-tenda pengungsian di dekat kantor Tuan Besar Beichuan.
“Suruh Kementrian Sosial untuk mengirimkan dana bantuan kepada korban banjir Beichuan!”
“Mengerti, Yang Mulia,” Wang Bi mengangguk.
“Tunggu!”
“Aapakah ada perintah lagi, Yang Mulia?”
“Periksa apakah Li Fengran makan dan minum dengan baik di Istana Ratu!”