The Choice Queen
Sebuah cahaya dari langit, mirip seperti sebuah komet jatuh ke atas atap sebuah istana megah yang sangat luas. Cahaya itu kemudian masuk ke tubuh seorang wanita berpakaian putih yang sedang berbaring dengan mata terpejam di atas ranjang. Wanita tersebut berusia sekitar dua puluh tahun, berwajah cantik namun bibirnya sangat pias.
Sekilas, dia seperti sesosok mayat yang baru saja meninggal. Wanita itu hanya ditemani seorang pelayan yang sedang menangis tersedu-sedu. Bulu mata lentik milik wanita itu bergerak, menandakan bahwa masih ada kehidupan.
Kemudian, matanya terbuka tidak seberapa lama, menatap ke atas langit-langit yang dipenuhi kain sutera berwarna-warni. Samar-samar, indra pendengarannya menangkap raungan dan ratapan pelayan di sekelilingnya.
“Nonaku, betapa malangnya hidup kamu! Kompetisi pemilihan belum dimulai, tetapi kamu malah meninggal. Bagaimana kami harus menjelaskannya kepada Yang Mulia Raja?” ratap seorang pelayan. Wanita itu perlahan bangkit. Pergerakannya membuat pelayan mendongakkan kepala, lalu menatapnya dengan terkejut.
“Nonaku! Ya Tuhan, Nonaku belum meninggal!” Pelayan itu berucap syukur lalu melakukan kowtow hingga keningnya terbentur lantai berkali-kali.
Li Fengran menatap horror disertai terkejut, tubuhnya otomatis mundur ke sudut ranjang. Sikap gadis berpakaian seperti pelayan itu sangat aneh, mengapa dia melakukan kowtow yang berlebihan?
Adegan seperti ini tidak ada dalam realita nyata di dunia modern. Satu-satunya hal yang ia pikirkan hanyalah…
“Kawan, kalau boleh aku tahu, ini sedang syuting drama apa ya? Kenapa kalian melibatkanku?” tanya Li Fengran itu seperti orang linglung. Gadis pelayan itu dahinya berkerut.
“Nona, apa kamu tadi bermimpi menjadi pemain opera?”
Li Fengran itu terdiam sesaat. Matanya mengamati keadaan sekitar untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Drama apa ini? Mengapa dia di sini?
Sutradara mana yang begitu kejam menculik seorang pembaca komik dan menjadikannya salah satu pemeran tanpa melalui casting terlebih dahulu?
Apa mungkin sutradara menculiknya dan membawanya kemari? Jangan-jangan, sutradara nakal itu telah lama mengincarnya? Lalu mengapa suasananya seperti ini? Di mana kamera dan semua kru? Mengapa hanya dia sendiri?
“Aku ingin bertemu dan bicara dengan sutradaranya!” ucap wanita itu. Namun, si pelayan jutsru terlihat semakin kebingungan. Tiba-tiba, perut Li Fengran sakit.
Setelah batuk beberapa kali, seteguk darah dimuntahkan dari dalam mulutnya. Darah tersebut mengenai pakaian dan kain selimut, membuat pelayan di sampingnya terkejut dan berteriak panik.
“Nona! Tabib! Panggil tabib!”
Li Fengran itu justru menatap darah yang keluar dari mulutnya dengan tatapan aneh. Dia mengusap sisa cairan merah itu di mulutnya, kemudian mencium baunya. Anyir. Ini adalah darah asli, bukan pewarna buatan. Kekentalannya juga sama persis dengan darah manusia asli.
“Adegan muntah darahnya asli? Apa itu adalah darahku?” tanyanya sambil menunjuk muntahan darah yang berceceran.
“Nona! Bertahanlah, saya akan memanggil tabib!”
Li Fengran masih menatap ceceran darah dengan aneh. Hebat, pikirnya. Pembuat naskah dan sutradara drama ini pasti benar-benar gila.
Li Fengran merasakan kepalanya berputar seperti perputaran planet yang mengelilingi matahari. Di matanya muncul jutaan bintang yang membulat membentuk mahkota seperti mahkota Princess Aurora yang berputar, membuat pandangan matanya agak kabur.
“Li Fengran, kamu harus memarahi sutradara itu jika bertemu nanti. Oh, jutaan bintang ini kenapa terus berputar-putar? Membuat kepalaku pusing saja!”
Melihat Li Fengran memaki diri sendiri, gadis pelayan di sampingnya sangat panik, lalu berteriak memanggil siapapun yang ada di sekitar sana. Malam sudah sangat larut, puncak musim dingin sedang berlangsung. Di malam bersalju tersebut, gadis pelayan itu menangis, meraung dan meratapi kembali kemalangan yang menimpa majikannya.
“Hei, apa kamu bisa mencubitku?” pinta Li Fengran.
Dia berharap jutaan bintang di kepalanya bisa hilang jika ada yang mencubitnya. Tapi, gadis pelayan di sampingnya menggeleng dengan cepat sambil menangis.
“Mana mungkin aku berani mencubitmu, Nona,” tolak pelayan tersebut.
Li Fengran masih linglung. Kalau dia bertemu sutradaranya nanti, dia akan memarahinya. Bisa-bisanya sutradara berbuat seperti ini. Biarpun dia tidak pernah bermain film, tapi dia tahu kualitas sebuah naskah yang bagus seperti apa.
Wanita itu tidak ingat bagaimana dia bisa jadi pemeran, karena dia hanya tahu kalau beberapa waktu lalu dia sedang membaca sebuah komik sambil menyetir dan mengalami kecelakaan beruntun.
Tunggu dulu! Sepertinya dia melupakan sesuatu!
Beberapa jam lalu, dia masih ada di jalan tol, meratapi tubuhnya yang bersimbah darah akibat kecelakaan beruntun. Saat itu, paramedis sedang melakukan intubasi dan mencoba menariknya kembali dari gerbang kematian. Li Fengran justru melihat dirinya semakin lama semakin memudar, hilang dalam kegelapan, dan tiba-tiba dia bangun di tempat ini.
“Bukankah aku sudah mati? Kalau begitu, apa ini adalah mimpi sebelum kematian datang menjemputku? Atau apakah aku dikirim ke dunia lain?” gumamnya.
Li Fengran mengira dirinya sudah gila karena terlalu banyak membaca komik dan menonton drama bergenre time travel yang kebanyakan plotnya sama. Bahkan di ambang kematian, dia masih memimpikannya. Parahnya lagi, dia bermimpi menjadi seorang pemeran.
“Ya Tuhan! Aku memang bukan orang baik, tapi aku juga tidak pernah melakukan kejahatan! Tolong jangan biarkan aku bermimpi yang aneh sebelum menuju akhirat!”
Noda darah di pakaiannya membuat Li Fengran mengingat kembali momen ketika kecelakaan itu terjadi. Dia berteriak seperti orang gila, namun suaranya tercekat. Wajahnya kembali pias, dahinya berkerut seperti sedang menahan sesuatu.
Li Fengran pingsan. Di alam bawah sadarnya, wanita itu masih bisa mendengar ratapan pilu pelayan tersebut secara samar-samar, yang perlahan menghilang karena pelayan tersebut keluar untuk mencari pertolongan.
Seorang pria bertubuh gagah berjalan memasuki Istana Changsun, istana tempat Li Fengran berada dengan langkah tegap tanpa suara. Seorang pelayan wanita lain mengikutinya dari belakang, berjalan menunduk dan berhati-hati. Pria itu menatap tubuh Li Fengran yang terpejam dengan tajam.
“Segera kirim dia keluar istana. Atur sesuai dengan rencana.”
Pelayan wanita mengangguk. Setelah itu, tanpa berkata apapun, pria itu langsung pergi. Mereka belum tahu kalau sebenarnya Li Fengran belum mati.
Dilihat dari gelagatnya, pria itu seperti seorang penjahat dan pelayan yang mengikutinya adalah bawahannya. Mereka ingin membuang Li Fengran ketika dia sedang tidak sadarkan diri.
Pelayan yang datang lalu menyuruh beberapa orang masuk. Tubuh Li Fengran dibungkus oleh kain selimut, digulung dan siap dipindahkan ke kereta yang sudah menunggu di luar istana.
Mereka melakukannya dengan hati-hati. Malam bersalju membuat istana itu sepi dan tidak ada yang memperhatikan.
Akan tetapi, ketika orang-orang itu hendak mengangkat tubuhnya, Li Fengran tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap orang-orang asing itu dengan aneh, dahinya sampai berkerut. Reaksi keterkejutan juga tampak di wajah orang-orang itu.
“Apa kalian malaikat pencabut nyawa?”
Lalu, pelayan dan orang-orang itu berteriak seketika dengan panik. Mereka lari terbirit-birit karena ketakutan seperti melihat hantu. Benar saja, mereka lari sambil berteriak ada hantu. Li Fengran bergidik, lalu melihat ke sekelilingnya dengan ragu.
“Hantu? Apa kalian datang untuk memakanku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Dewi Ansyari
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣lucu
2024-09-18
0
Hikam Sairi
baca
2024-08-19
0
オーロラ79
"Menarik..."
2024-08-05
0