Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.
Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.
Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.
Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.
Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan Belas
Adam mengendarai mobilnya menuju rumah. Tadi mereka sempat makan terlebih dahulu. Di dalam perjalanan pulang, keduanya terdiam tanpa ada satu pun yang membuka suara.
Satu jam dijalanan, akhirnya sampai keduanya di halaman rumah orang tua Adam yang mewah. Baru Laura sadari kenapa selama ini Nayla tak pernah mengatakan jika Adam, calon suaminya itu adalah anak orang kaya, seorang pengusaha sukses.
Tadi Laura mencari tahu latar belakang keluarga ayahnya Ariel. Mereka cukup terpandang. Mungkin itu alasannya kenapa ibunya tak dinikahi. Dan yang lebih mengejutkan Mama Ratna adalah anak pengusaha yang lebih sukses lagi dari keluarga Ariel. Seperti di film-film atau novel, keduanya pasti dijodohkan atau dinikahkan dengan tujuan bisnis.
Laura turun dari mobil dan masuk ke rumah mengikuti Adam. Saat sampai di ruang keluarga dia melihat ayahnya Ariel sedang memeluk Mama Ratna dengan mesra. Ada rasa sesak di dadanya. Kasihan memikirkan jika sang ibu yang tak pernah mendapatkan perlakuan yang sama.
Adam menghampiri kedua orang tuanya. Dan menyalami tangan mereka. Laura juga melakukan hal yang sama.
"Bagaimana Laura, apakah sudah tau keberadaan ayahmu?" tanya Mama Ratna dengan lembutnya. Sementara itu Papa Ariel langsung membuang mukanya dari tatapan Laura.
"Sudah, Tante." Laura menjawab singkat, tapi itu mampu membuat Adam terkejut. Takut jika gadis itu mengatakan di depan mamanya siapa ayah kandungnya.
"Terus ... Kamu sudah ketemu? Dimana rumahnya? Alhamdulillah ... tadi Tante masih juga berpikir kalau Papa Ariel adalah ayah kandungmu. Ternyata kamu sudah bertemu," ucap Mama Ratna dengan menarik napas lega.
Laura tak menjawab pertanyaan Mama Ratna. Dadanya terasa sesak saat melihat ayahnya tak mau sedikitpun menatap wajahnya. Dia tahu jika pria itu pasti tak menginginkan dirinya.
"Aku pamit dulu, Om, Tante. Aku capek," ujar Laura. Tanpa menunggu jawaban dari kedua orang itu dia melangkahkan kakinya. Tak peduli jika dikatakan kurang sopan. Dia sudah merasakan sebak di dada. Tangisnya hampir pecah.
Laura membuka pintu kamar dengan tergesa. Tangisnya langsung pecah begitu masuk. Badannya luruh ke lantai. Tanpa dia bertanya, sudah jelas terlihat jika ayahnya tak pernah menganggapnya. Tak akan menerimanya seperti sang ibu.
Aku seorang anak perempuan yang sedang menyembunyikan rasa sakit yang sedang dirasakan dalam dirinya. Aku yang setiap malam menangis tanpa suara. Seorang anak yang berusaha menguatkan diri sendiri tanpa ada yang tahu keadaannya. Anak perempuan yang berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja, padahal dia sendiri ingin melarikan diri dari hidupnya sendiri. Dia yang berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang padahal dia dalam keadaan down. Begitu kerasnya hantaman yang menabrak pikiran dan hatinya sehingga dia sendiri kehilangan arah. Kemana dia harus berlindung? Siapa yang dapat memberikan rasa aman? Anak perempuan yang selalu memeluk lukanya sendiri. Anak perempuan yang selalu menopang dirinya sendiri. Dia yang selalu berusaha untuk kuat sendiri.
Laura memukul dadanya yang terasa sesak. Dia merasa hidupnya tak ada arti lagi. Saat pikirannya meminta untuk mengakhiri hidup, gawainya berdering. Awalnya Laura mengabaikan saja. Setelah beberapa kali berdering. Dia melihat ke layar. Ada nomor tak dikenal. Dia mencoba mengangkat karena siapa tahu itu berita penting.
Laura lalu mengangkatnya dan ternyata dari administrasi perusahaan tempatnya melamar. Gadis itu kembali di terima di perusahaan besar. Harinya terasa sedikit lega.
"Mungkin ini jawaban dari semuanya. Aku harus bisa mandiri dan buktikan pada ayah dan ibu, jika anak yang tak mereka harapkan ini bisa tetap hidup tanpa dukungan mereka. Akan aku buktikan bisa sukses walau tanpa dukungan kedua orang tua," gumam Laura pada dirinya sendiri.
Laura lalu bangun dan menghapus dengan kasar air mata yang jatuh membasahi pipinya. Dia mulai menyusun semua barangnya. Diterima atau tidak diakui, dia akan meninggalkan rumah ini. Mencari kontrakan atau kos dekat dengan perusahaan.
Sementara itu di ruang keluarga, ketiga orang itu masih berbincang. Mama Ratna masih bertanya dengan Adam, apakah mereka sudah bertemu dengan ayah kandungnya Laura.
"Laura akan menemuinya besok, Ma. Saat ini dia masih lelah dan juga mau mempersiapkan mentalnya dulu."
"Mama tadi sudah menuduh papamu. Karena melihat kemiripan wajah mereka. Maafkan aku, Mas," ucap Mama Ratna dengan memeluk lengan suaminya mesra.
Adam melirik dengan tatapan tajam. Tak percaya jika papanya hanyalah seorang pengecut. Berarti pria itu tak mengakui adanya Laura.
"Ma, aku mau minta temani ke toko perhiasan." Adam sengaja mengajak sang mama sesuai janjinya dengan Laura.
"Mau beli apa, Nak?" tanya Mama Ratna dengan ramah.
"Aku mau Mama Carikan cincin yang pas untuk Laura. Sebagai ucapan terima kasihku karena dia bisa menjadi anak gadis yang kuat. Masih bertahan hingga saat ini, walau kehadirannya tak diharapkan kedua orang tuanya," ucap Adam sekalian menyindir papanya.
"Baiklah. Mama juga merasa kasihan melihatnya. Mama ganti baju dulu," balas Mama Ratna.
Setengah jam kemudian mama Ratna dan Adam meninggalkan rumah. Di saat yang bersamaan Laura keluar dari kamar. Dia melihat ayahnya Ariel sedang duduk sendirian. Gadis itu lalu berjalan mendekati.
"Maaf, Om. Aku bisa bicara ...?" tanya Laura.
Ariel yang sedang memainkan gawainya tampak terkejut dengan kehadiran Laura. Dia menatap wajah gadis itu dengan intens sebelum akhirnya menjawab.
"Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Ariel balik bertanya.
"Banyak ... banyak yang ingin aku katakan dengan Om atau ayah. Menurut Om aku sebaiknya panggil apa? Om atau ayah?" tanya Laura dengan suara serak.
Ariel makin terkejut mendengar pertanyaan gadis itu. Dia tampak gugup.
Mungkin hanya Laura yng sama darah nya dngn ayah kandung nya , persoalannya bersedia kah Laura membantu ayah yng sdh membuang diri nya 😠😠😠