Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 (Sebuah Tawaran)
Dua hari berlalu, hari ini Teresa memutuskan untuk menyetujui tawaran Thomas untuk ikut ke pertemuan bisnis luar kota. Ia sudah membawa beberapa barang untuk pertahanan diri. Tapi sepertinya itu semua tidak perlu ia gunakan, karena Thomas memberi kamar terpisah untuk Teresa. Dan pria itu juga membiarkan Teresa satu kamar dengan sekretarisnya yang juga wanita.
Entah apa fungsi dirinya dalam pertemuan bisnis luar kota ini. Apakah Thomas hanya iseng mengajaknya pergi? Teresa segera menepis pemikiran itu dari kepalanya.
“Sebenarnya kau akan menjadi pasangan Thomas nanti malam. Biasanya dia mengajak istrinya, tetapi dia sudah tidak memilikinya sekarang” ucap sekretaris Thomas yang bernama Helen.
“Jadi ini alasan dia mengajakku Helen?” Ucap Teresa.
“Ya, aku akan meriasmu sebentar lagi” ucap Helen dan mengeluarkan alat make up serta sebuah pakaian berwarna merah.
Teresa sedikit jengkel saat mengetahui fakta itu. Thomas tidak memberitahunya apapun tentang ia yang akan menjadi pasangan di acara itu. Jika seperti itu, maka sudah dapat dipastikan bahwa Wiliam akan melihatnya bersama Thomas malam ini.
“Apakah dia akan menganggapku wanita licik nantinya?” Batin Tere.
Helen mulai merias Teresa dengan peralatan yang ia bawa. Tere bisa melihat bahwa semuanya sudah di persiapkan dengan sangat lengkap. Mereka memang sudah merencanakan bahwa Teresa akan dipaksa menjadi pasangan Thomas malam ini.
Sudah satu jam lebih sejak Helen mulai meriasnya. Dan sekarang, Teresa hanya bisa melihat tampilannya di depan cermin dengan raut wajah tak suka. Baju yang diberikan helen sangat terbuka dibagian dada dan juga punggungnya.
“Aku tidak nyaman memakai ini Helen” ucap Tere protes.
“Kau hanya bisa menahannya sebentar. Atau Thomas akan memecatku” ucap Helen.
Raut wajah putus asa itu membuat Teresa terdiam. Kenapa rasa tidak enak kepada orang lain selalu melekat pada dirinya? Padahal ia sudah bertekad bahwa ia hanya akan memperdulikan dirinya sendiri.
“Baiklah aku berangkat sekarang. Tapi, bisa pinjamkan aku selendangmu itu?” Ucap Teresa sembari menunjuk selendang hitam yang dipakai Helen.
“Kau bisa memakainya” ucap Helen dan memberikan selendang miliknya ke Teresa.
Teresa memakainya untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka. Ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar hotel yang di tempatinya. Ia memaksakan senyumannya saat ia melihat Thomas sudah menunggunya di depan pintu lift.
“Teresa! Cantik sekali malam ini” ucap Thomas sembari memegang pinggang Teresa.
Teresa hanya tersenyum tipis untuk menanggapinya. Jika bukan karena terpaksa, ia tidak akan pernah sudi berpasangan dengan pria ini di acara malam ini. Tentu saja semua ini demi pertemuannya dengan Wiliam. Hanya saja, ia sedikit tidak beruntung karena Wiliam akan mengetahui bahwa ia dekat dengan Thomas.
Mereka sudah sampai di sebuah ruangan mewah berkelas VVIP. Hotel ini juga milik Nio group, sehingga Wiliam juga berada disini. Tere hanya bisa tersenyum untuk menyapa para petinggi yang tidak ia kenali. Ia hanya mengikuti kemanapun Thomas membawanya pergi.
“Sudah saatnya bertemu dengan CEO kita” ucap Thomas.
Teresa mencoba untuk tetap mengendalikan ekspresinya. Ia mencoba untuk tetap tenang saat ia sudah berada di depan Wiliam. Tere bisa melihat bagaimana Wiliam menatapnya.
“Kenapa dia lagi?” Batin Wiliam saat mengenali wajah Teresa.
Ia tidak memperdulikan Thomas yang sedang mengajaknya berbicara. Tatapan matanya tertuju pada Teresa. Wanita yang ia sebut sebagai nona rubah itu sudah berhasil membuatnya penasaran, karena dia terus bertemu dengannya seperti bukan suatu kebetulan.
“Apa dia istrimu?” Ucap Wiliam kepada Thomas, tatapannya masih tidak lepas dari Teresa.
“Bukan, dia hanya pasanganku malam ini. Namanya Teresa” ucap Thomas.
“Teresa?” Ucap Wiliam singkat.
Mendengar Wiliam memanggil namanya saja sudah membuat Tere bergetar. Jantungnya berdegup dengan lebih kencang dari biasanya. Ia memaksakan senyuman untuk menunjukan rasa hormatnya.
“Aku tau kau menyukainya Thomas. Menikahlah! Aku akan membiayai seluruh acaranya” ucap Wiliam sembari tersenyum tipis.
Ucapan itu membuat Teresa langsung menatap kearahnya. Ada perasaan sakit dihatinya saat mendengar Wiliam mengucapkan kalimat itu. Entah kenapa Tere merasa marah dan terpancing emosi saat ini.
Wajah yang tenang berubah menjadi merah padam. Tangan Teresa menggengam dengan sangat kuat, ia menggigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali mengucapkan sumpah serapah ke pria bernama Wiliam ini.
“Sebenarnya malam ini juga adalah malam untuk mengumumkan pertunanganku dengan putri pemilik Sans group” ucap Wiliam.
Dan ‘deg!’ , seperti dijatuhkan dari ketinggian seribu kaki. Rasa kecewa itu langsung Teresa rasakan saat ini juga. Ia merasa bahwa kesempatannya untuk mendapatkan Wiliam sudah tidak ada lagi.
“Ah selamat! Selamat Pa Wiliam, kebahagiaan selalu menyertaimu” ucap Thomas.
Sementara Teresa hanya terdiam. Ia merasa telah kehilangan sesuatu yang besar. Ia tidak rela, tapi dia bukan siapa-siapa. Kenapa rencananya tidak selalu berjalan sesuai keinginannya?
“Terimakasih Thomas, aku akan kembali ke kamarku sebentar. Sekretarisku akan menemani kalian sebagai gantinya” ucap Wiliam dan pergi.
“Pa Thomas, aku ingin pergi ke toilet sebentar” ucap Teresa.
Ia bisa pergi saat Thomas sudah memberikan izin untuknya. Ia sedikit berlari untuk mengejar langkah Wiliam. Masa bodoh orang akan menganggapnya kehilangan akal. Ia tidak bisa hanya diam saja seperti ini, ia tidak rela jika pria dengan sendok emas itu tidak menjadi miliknya.
Langkah Teresa berhenti di sebuah lorong kamar, ia mencari dimana keberadaan Wiliam. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya, tapi sebuah tangan memegang bahunya.
Tere segera melihat siapa pemilik tangan itu. Dan ia tersentak saat melihat Wiliam sudah berdiri sedang menatapnya. Teresa tersenyum saat akhirnya ia menemukan Wiliam.
“Cepat katakan apa maumu?” Ucapnya dengan wajah datarnya.
“Apa maksudmu?” Ucap Teresa tak mengerti.
“Kau mempunyai niat lain padaku. Katakan, apa maumu” ucapnya lagi.
“Sial! Apa dia bisa membaca rencanaku?” Batin Tere.
Teresa tersenyum tipis dan mendekatkan dirinya. Lalu jari tanganya menyentuh pelan dada bidang yang tertutup oleh setelan jas berwarna hitam itu. Tere menggerakkan jari-jarinya disana.
“Kapan kau menyadarinya?” Ucap Teresa.
“Saat kau mengembalikan jasku” ucapnya singkat.
Teresa hanya tersenyum kecut. Ia memang tidak memiliki kelebihan untuk hal seperti itu, karena ini memang untuk yang pertama kalinya. Wajar jika Wiliam cepat menyadarinya.
“Bukankah dia Wiliam?” Ucap seseorang sembari mencoba untuk memotretnya dengan kamera.
Wiliam yang melihat itu segera menarik Teresa untuk masuk kedalam kamarnya. Keberadaannya tidak lepas dari media. Setiap hal yang dilakukannya, selalu diawasi.
Teresa sedikit terkejut saat tiba-tiba Wiliam membawanya masuk kedalam sebuah kamar. Mata mereka bertemu, mereka saling bertatapan untuk beberapa saat.
Teresa yang tersadar segera tersenyum kearahnya, dan melepaskan selendang hitam yang menutupi tubuhnya. Wiliam bisa melihat dengan jelas pemandangan indah di depannya.
Wiliam segera mengalihkan pandanganya kearah lain. Dia benar-benar mengabaikan Teresa, dia lebih memilih untuk mengecek apakah orang yang membawa kamera sudah pergi.
“Wartawan semakin banyak, kurasa kau terperangkap disini” ucapnya.
“Tidak apa, aku tidak keberatan” ucap Teresa.
Wiliam duduk diatas sofa yang berada di dekat jendela. Teresa langsung menyusul dan duduk di depannya. Mereka hanya diam satu sama lain, karena mereka memang tidak begitu saling mengenal.
“Bagaimana cara kau memandangku?” Ucap Tere.
“Kau seperti rubah, licik” ucapnya asal berbicara.
“Bagaimana kau tau bahwa aku wanita licik?” Ucap Tere.
“Aku melihatmu dengan Albert, lalu sekarang dengan Thomas, lalu kau mengejarku sampai kesini” ucap Wiliam.
Teresa terdiam, ia tidak bisa menyangkal fakta itu. Ia memang melakukan semua itu. “Aku terpaksa melakukan semua ini” ucapnya dengan nada sedih.
“Jadi kau memang tidak benar-benar menyukaiku bukan?” Ucap Wiliam:
“Ya, aku memang tidak menyukaimu” ucap Teresa jujur.
“Jadi kau mengejarku karena uang?” Ucapnya.
“Kau berhasil menebaknya” ucap Tere sembari tersenyum tipis.
Wiliam hanya diam tanpa ekspresi. Ia tidak terkejut dengan semua ini. Hanya saja, ini adalah pertama kalinya ada wanita yang berbicara jujur kepadanya. Dia tidak menyangka bahwa wanita bernama Teresa ini akan berbicara terang-terangan bahwa ia tidak menyukainya.
“Apa kau bisa menikah denganku?” Ucap Wiliam.
“Tapi kau tidak boleh jatuh cinta padaku seumur hidupmu”
lanjutttttt
lanjutttttttt